Sering kali kita mendengar peribahasa "semakin tinggi pohon, maka akan semakin kencang angin menerpanya", yang diartikan dengan "semakin tinggi nilai seseorang maka semakin besar hal yang akan menjatuhkannya".
Dan biasanya peribahasa itu sering diartikan juga bahwa "semakin tinggi derajat atau jabatan atau kedudukan seseorang, atau semakin sukses seseorang dalam usahanya dalam hidup, maka semakin banyak orang yang ingin menjatuhkannya atau semakin besar rintangan yang akan dihadapinya untuk mempertahankan kedudukan atau kesuksesannya itu".
Namun aku kurang setuju jika peribahasa itu hanya di maknai seperti di atas. Rasanya terlalu sempit jika semua hal dinilai dari fisik dunia dan kacamata manusia saja. Apalagi semua hal mungkin akan nampak seperti peribahasa itu, jika manusia merasa seperti pohon yang tinggi karena merasa benar, merasa derajatnya di mata manusia berada di atas dan lain-lain. Padahal bisa jadi manusia itu menapikkan kaca mata Allah SWT, serta menapikkan mana yang baik dan yang buruk, saat manusia itu hanya menilai semua hal dari padangannya dan fisik dunia semata. Dan bisa jadi sebagian hal itu hanyalah terjebaknya manusia pada prasangkanya sendiri saja. Prasangka merasa benar kepada hal yang salah, dan berprasangka buruk pada jalan lurus ajaran Agama dari Allah SWT. Misalnya ketika manusia menjadi besar dan sukses tetapi dengan usaha yang tidak diridhoiNya serta tidak baik, manusia itu malah merasa benar, lalu ketika ada kritik dan nasehat positif Allah SWT, yang menggoncangkan kesuksesannya, ia malah merasa seperti pohon tinggi yang diterpa angin, sehingga terus mempertahankan keyakinan (prasangka merasa benar)nya. Maka itu hanyalah terjebaknya manusia pada prasangkanya sendiri semata.
Peribahasa "semakin tinggi pohon, maka akan semakin kencang angin menerpanya", bisa juga di artikan "Semakin tinggi Iman dan taqwa seseorang manusia pada Allah SWT, maka akan semakin besar hal yang akan menganggu keimanan dan ketaqwaan manusia itu". Atau " Semakin tinggi derajat iman dan taqwa manusia pada dan di mata Allah SWT maka semakin besar ujian yang harus dihadapinya untuk peningkatan derajat manusia itu dimata Allah SWT".
Dalam hal inipun, peribahasa "semakin tinggi pohon, maka akan semakin kencang angin menerpanya" itu seperti layaknya siswa yang belajar di sekolah formal, bahwa semakin tinggi tingkatan atau kelas siswa itu di sekolah maka soal ujian yang harus diselesaikannya untuk naik kelas atau tingkatan pendidikan itu akan semakin sulit atau sesuai dengan tingakatan pendidikannya itu. Masa siswa SMP ingin dapat soal untuk anak SD, atau masa anak kuliah ingin mendapatkan soal anak SMU, atau malah ingin mendapatkan soal anak TK? Tidak naik tingkat doong.. kalau begitu...
Dan begitu juga dengan derajat manusia di mata Allah SWT, semakin tinggi derajatnya di mata Allah SWT maka ujian hidup akan semakin sulit. Dengan ujian hidup itu manusia dapat naik tingkat derajat iman dan taqwanya pada dan di mata Allah SWT. Ujian hidup itu pula yang akan meningkatkan kualitas diri, kualitas keimanan dan ketaqwaan , dan kedewasaan akhlak di hadapanNya. Dan tentu hanya manusia yang mampu meneguhkan keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT-lah yang mendapatkan kenaikkan derajat itu. Seperti kokohnya pohon yang diterpa angin yang kencangnya angin sesuai ketinggiannya, begitu pula seharusnya Iman dan taqwa manusia padaNya, harus tetap kokoh tertanam dalam jiwa, dan berdiri menjulang dalam perilaku walau diterpa ujian sesuai kualitas tingkat imannya.
Jadi, apapun yang dipandang manusia atau penilaian manusia pada manusia lain atau bahkan penilainnya pada dirinya sendiri tidak akan menentukkan tinggi rendahnya padangan Allah SWT terhadapnya, dan tidak akan menentukkan angin ujian yang menerpanya. Orang yang tidak pernah dipandang penuh hormat derajatnya oleh manusia, mungkin saja ia adalah pohon yang menjulang tinggi di mata Allah SWT, dalam hal iman dan taqwa-nya, dan justru padangan rendah manusia itu bisa jadi adalah angin ujian yang menerpa keimanannya itu. Sebalikknya orang yang merasa hidup bergelimang sambutan, kehormatan, pujian, dan di pandang tinggi derajatnya oleh manusia, bukanlah manusia yang seperti pohon tinggi ketika ia meraih semua itu dengan menapikkan akhlak yang baik serta keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT. Dan justru apa yang datang padanya kemudian juga bukanlah angin yang menerpanya untuk kokoh pada perilakunya, tetapi sentilan Allah SWT akan kesalahannya. Wallahualam bishawab...
Saya mungkin masih jauh dari sempurnanya kekokohan pohon iman dan taqwa pada Allah SWT, dan entah seberapa kencang Dia berikan ujian atau bahkan mungkin kritik dalam hidup saya. Bagaimanapun itu, semoga Allah SWT menjadikan diri saya dan semua manusia lainnya menjadi pribadi yang baik dan dapat seperti pohon yang kokoh kala diterpa angin dalam hal imtaq padaNya.. amin..
Keharmonisan rumah tangga akan menopang pohon dari terpaan angin
Sertakan sumber dong Kak, artikelnya, lagipula ini full copy paste banget dari https://www.ilmair.com/2010/03/semakin-tinggi-pohon-maka-akan-semakin.html Duh, melanggar hak cipta itu
ReplyDelete