Pada bahasan kali ini SettiaBlog kasih background yang cukup melankolis. Ndak sengaja SettiaBlog lihat film Korea, "Miracle: Letters to the President". Filmnya sendiri di ambil dari kisah nyata. SettiaBlog ikut terbawa suasana. Untuk melengkapi suasana, SettiaBlog kasih video klip "canzone d'Amore" di atas. Tema film nya bagus kok, cukup menginspirasi. Seseorang yang memiliki harapan cukup sederhana namun tulus. Dan itu yang akhirnya membawa dia menjadi orang hebat.
Rasulullah SAW pernah bersabda,
”Ketahuilah, bahwa ilmu adalah cahaya (nur).”
Sifat cahaya yang paling utama adalah memberi penerang. Ilmu yang benar akan menjadi cahaya yang mengusir kegelapan, sekaligus menunjukkan arah kebaikan. Posisi ilmu sebagai cahaya adalah posisi mulia dalam kehidupan manusia. Ilmu begitu mulia, bahkan karena kemuliaan ilmu, Allah SWT memerintahkan Nabi-Nya untuk berdo'a agar Rabbul Izzati berkenan memberi ilmu sebagai rezeki.
”Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS Thaha 114)
Kesadaran berilmu sangat dipahami oleh orang-orang yang beriman, karena syarat diterimanya amal adalah ilmu. Tanpa ilmu maka amal akan tertolak. Tujuan mencari ilmu pun lurus untuk mencari ridha Allah, beramal dengan ilmu dan mengharapkan surga-Nya. Apalagi kita yang berada di negeri merdeka, walaupun ada yang bilang kita masih terjajah secara pemikiran. Masyarakat kita mencari ilmu untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, mengumpulkan harta, mendapatkan jabatan serta kekuasaan. Itu kata orang lho ya. Kalau menurut SettiaBlog kita hidup di negeri yang merdeka dan SettiaBlog sangat bersyukur di lahirkan di Indonesia.
Maka dari itu SettiaBlog mengajak kita semua perbanyak mengkaji ilmu agar kita bisa berjuang dengan cara yang benar. Berjuang dengan thariqah (jalan perjuangan) yang telah Rasulullah SAW ajarkan dan dengan uslub (metode) terbaik agar tujuan tercapai. Ilmu itu cahaya yang akan membawa kita pada tujuan. Jika ndak ada cahaya maka akan gelap hingga ndak sampai tujuan. Menuntut ilmu adalah jalan menuju surga. Para malaikat akan membentangkan sayapnya pada majelis ilmu.
Allah SWT itu Mahaluas karunianya. Sekecil apa pun kebaikan yang kita lakukan, Allah SWT akan membalasnya dengan yang lebih baik dan lebih banyak dari apa yang kita lakukan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sebesar dan sebanyak apa pun dosa kita kepada Allah, jika kita bertobat kepada-Nya, Allah SWT akan mengampuninya. Karenanya, salah satu hal yang harus kita tumbuhkan dalam diri kita ketika berinteraksi dengan Allah SWT adalah sifat raja', yakni mengharap akan karunia dan rahmat-Nya. Dalam kitab Madariju al-Salikina Manazilu Iyyaka na'budu waiyyaka nasta'in, Ibnu Qayyim al-Zaujiyah mengatakan, raja' (mengharap) merupakan ayunan langkah yang membawa hati ke tempat sang kekasih, yakni Allah SWT dan negeri akhirat. Ada yang berpendapat bahwa raja' artinya kepercayaan tentang kemurahan Allah SWT.
Raja' (mengharap) berbeda dengan berangan-angan. Berangan-angan adalah harapan yang disertai dengan kemalasan, pelakunya ndak pernah bersungguh-sungguh dan berusaha. Sementara, raja' itu disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh dan tawakal. Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa raja' ndak dianggap sah kecuali disertai dengan usaha. Raja' atau mengharap terbagi tiga macam. Dua macam merupakan perbuatan terpuji dan satu lagi merupakan perbuatan tercela.
Pertama, harapan seseorang agar bisa taat kepada Allah SWT berdasarkan cahaya dari-Nya, lalu dia mengharap pahala-Nya.
Kedua, seseorang yang berbuat dosa, lalu bertobat dan mengharap ampunan-Nya, kemurahan dan kasih sayang-Nya.
Ketiga, orang yang melakukan kesalahan dan mengharap rahmat Allah SWT tanpa disertai usaha. Ini sesuatu yang menipu dan harapan yang dusta.
Mengharap (raja') terletak di saat dan setelah seseorang melakukan ikhtiar atau usaha. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah SWT dalam Al Quran surah al-Baqarah [2] ayat 218,
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Orang yang senantiasa berharap akan keluasan karunia Allah SWT (raja') adalah orang yang selalu membukakan pintu harapan baginya. Cirinya, hatinya selalu mengharapkan kesempurnaan nikmat Allah dan kesempurnaan ampunan-Nya.
Ahmad bin 'Asim pernah ditanya,
"Apakah tanda raja' pada diri seorang hamba?" Dia menjawab, "Jika dia dikelilingi kebaikan, ia mendapat ilham untuk bersyukur, sambil mengharap kesempurnaan nikmat dari Allah SWT di dunia dan di akhirat, serta mengharap kesempurnaan ampunan-Nya di akhirat."
Keadaannya yang seperti demikian itu menjadikan orang yang raja' senantiasa berbaik sangka kepada Allah SWT, bersabar, dan berlapang dada serta ndak mudah putus asa dan frustrasi karena ia meyakini akan keluasan rahmat dan ampunan Allah SWT.
Cara untuk menumbuhkan raja' (mengharap) dalam diri kita adalah dengan mengetahui dan meyakini akan keluasan dan kesempurnaan karunia dan rahmat Allah SWT dan berupaya meraihnya dengan amal-amal yang kita lakukan. Dengan hal inilah sifat raja' akan tumbuh dalam diri kita.
Dan SettiaBlog ingatkan, bahasan SettiaBlog jangan terlalu di masukin hati.
"Harapan adalah kemampuan untuk melihat bahwa ada cahaya meskipun semua dalam kegelapan."
Rasulullah SAW pernah bersabda,
”Ketahuilah, bahwa ilmu adalah cahaya (nur).”
Sifat cahaya yang paling utama adalah memberi penerang. Ilmu yang benar akan menjadi cahaya yang mengusir kegelapan, sekaligus menunjukkan arah kebaikan. Posisi ilmu sebagai cahaya adalah posisi mulia dalam kehidupan manusia. Ilmu begitu mulia, bahkan karena kemuliaan ilmu, Allah SWT memerintahkan Nabi-Nya untuk berdo'a agar Rabbul Izzati berkenan memberi ilmu sebagai rezeki.
”Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS Thaha 114)
Kesadaran berilmu sangat dipahami oleh orang-orang yang beriman, karena syarat diterimanya amal adalah ilmu. Tanpa ilmu maka amal akan tertolak. Tujuan mencari ilmu pun lurus untuk mencari ridha Allah, beramal dengan ilmu dan mengharapkan surga-Nya. Apalagi kita yang berada di negeri merdeka, walaupun ada yang bilang kita masih terjajah secara pemikiran. Masyarakat kita mencari ilmu untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, mengumpulkan harta, mendapatkan jabatan serta kekuasaan. Itu kata orang lho ya. Kalau menurut SettiaBlog kita hidup di negeri yang merdeka dan SettiaBlog sangat bersyukur di lahirkan di Indonesia.
Maka dari itu SettiaBlog mengajak kita semua perbanyak mengkaji ilmu agar kita bisa berjuang dengan cara yang benar. Berjuang dengan thariqah (jalan perjuangan) yang telah Rasulullah SAW ajarkan dan dengan uslub (metode) terbaik agar tujuan tercapai. Ilmu itu cahaya yang akan membawa kita pada tujuan. Jika ndak ada cahaya maka akan gelap hingga ndak sampai tujuan. Menuntut ilmu adalah jalan menuju surga. Para malaikat akan membentangkan sayapnya pada majelis ilmu.
Allah SWT itu Mahaluas karunianya. Sekecil apa pun kebaikan yang kita lakukan, Allah SWT akan membalasnya dengan yang lebih baik dan lebih banyak dari apa yang kita lakukan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sebesar dan sebanyak apa pun dosa kita kepada Allah, jika kita bertobat kepada-Nya, Allah SWT akan mengampuninya. Karenanya, salah satu hal yang harus kita tumbuhkan dalam diri kita ketika berinteraksi dengan Allah SWT adalah sifat raja', yakni mengharap akan karunia dan rahmat-Nya. Dalam kitab Madariju al-Salikina Manazilu Iyyaka na'budu waiyyaka nasta'in, Ibnu Qayyim al-Zaujiyah mengatakan, raja' (mengharap) merupakan ayunan langkah yang membawa hati ke tempat sang kekasih, yakni Allah SWT dan negeri akhirat. Ada yang berpendapat bahwa raja' artinya kepercayaan tentang kemurahan Allah SWT.
Raja' (mengharap) berbeda dengan berangan-angan. Berangan-angan adalah harapan yang disertai dengan kemalasan, pelakunya ndak pernah bersungguh-sungguh dan berusaha. Sementara, raja' itu disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh dan tawakal. Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa raja' ndak dianggap sah kecuali disertai dengan usaha. Raja' atau mengharap terbagi tiga macam. Dua macam merupakan perbuatan terpuji dan satu lagi merupakan perbuatan tercela.
Pertama, harapan seseorang agar bisa taat kepada Allah SWT berdasarkan cahaya dari-Nya, lalu dia mengharap pahala-Nya.
Kedua, seseorang yang berbuat dosa, lalu bertobat dan mengharap ampunan-Nya, kemurahan dan kasih sayang-Nya.
Ketiga, orang yang melakukan kesalahan dan mengharap rahmat Allah SWT tanpa disertai usaha. Ini sesuatu yang menipu dan harapan yang dusta.
Mengharap (raja') terletak di saat dan setelah seseorang melakukan ikhtiar atau usaha. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah SWT dalam Al Quran surah al-Baqarah [2] ayat 218,
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Orang yang senantiasa berharap akan keluasan karunia Allah SWT (raja') adalah orang yang selalu membukakan pintu harapan baginya. Cirinya, hatinya selalu mengharapkan kesempurnaan nikmat Allah dan kesempurnaan ampunan-Nya.
Ahmad bin 'Asim pernah ditanya,
"Apakah tanda raja' pada diri seorang hamba?" Dia menjawab, "Jika dia dikelilingi kebaikan, ia mendapat ilham untuk bersyukur, sambil mengharap kesempurnaan nikmat dari Allah SWT di dunia dan di akhirat, serta mengharap kesempurnaan ampunan-Nya di akhirat."
Keadaannya yang seperti demikian itu menjadikan orang yang raja' senantiasa berbaik sangka kepada Allah SWT, bersabar, dan berlapang dada serta ndak mudah putus asa dan frustrasi karena ia meyakini akan keluasan rahmat dan ampunan Allah SWT.
Cara untuk menumbuhkan raja' (mengharap) dalam diri kita adalah dengan mengetahui dan meyakini akan keluasan dan kesempurnaan karunia dan rahmat Allah SWT dan berupaya meraihnya dengan amal-amal yang kita lakukan. Dengan hal inilah sifat raja' akan tumbuh dalam diri kita.
Dan SettiaBlog ingatkan, bahasan SettiaBlog jangan terlalu di masukin hati.
No comments:
Post a Comment