May 26, 2018

Keajaiban Ikhlas


Apa Itu Ikhlas ? “ Katakan , sesungguhnya sholat ku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, seru sekalian alam, tiada sekutu baginya, dan demikianlah yang di perintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am : 162-163)


Ikhlas, adalah sebuah kata yang tak asing lagi di telinga kita. Kata ikhlas sering digunakan dalam berbagai aktifitas hidup kita, mulai saat bersedekah, beribadah, bekerja, berusaha, membantu orang lain, berkeluarga, dan banyak aktifitas hidup lainnya. Kata ikhlas biasanya, sering kita gunakan untuk menjelaskan tindakan-tindakan yang tidak beroreintasi materil, tanpa pamrih dan tulus.

Tindakan yang disertai keikhlasan, sering membuat decak kagum banyak orang, karena tindakan tersebut adalah bentuk pengorbanan diri seseorang pada orang lain, tanpa berharap pamrih dari orang dibantunya. Ternyata ikhlas bukan sembarang “kata”, makna ikhlas bagaikan sebuah mantra yang mampu memberikan keajaiban dalam kehidupan manusia. Karena manusia-manusia yang ikhlas, memiliki keistimewaan-keistimewaan tersendiri dalam hidupnya ”?”.

Kekuatan ikhlas, ternyata dapat memberikan perubahan positif dalam kehidupan manusia. Kekuatan positif inilah yang membuat orang ikhlas, selalu mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam hidupnya. Orang ikhlas hatinya, akan selalu di lapangkan hidupnya oleh Allah, jiwanya selalu berserah diri pada pencipta-Nya. Sehingga beban-beban di punggungnya, akan di ringankan oleh Allah dari beban-beban ujian yang memberatkan hidupnya, semua kesulitannya akan di mudahkan oleh Allah. Karena orang ikhlas selalu percaya, sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Dan ia percaya, Allah akan selalu menolong hamba-hambanya yang ikhlas.

Apa itu ikhlas? Bagaimana penggunaannya? Apa urgensinya sikap ikhlas dalam kehidupan manusia? Kekuatan positif apa yang dimiliki oleh seorang manusia, ketika dia bersikap ikhlas?. 

Semua jawaban itu akan kita dapatkan, setelah kita memahami makna ikhlas. Caranya yaitu dengan memahami makna ikhlas terlebih dahulu, setelah itu baru kita akan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehar--hari. Dengan ikhlas, kita tak perlu lagi bergundah hati, resah-gelisah, takut pada kemiskinan, kesempatan, penyakit dan ketidakjelasan masa depan. Ikhlas dapat melapangkan kesempitan, mempositifkan energi-energi negatif dalam diri, menghapuskan kebencian, menghilangkan dendam, dan mendobrak segala bentuk penyembahan-penyembahan pada Dunia, yang tak sedikit manusia terjebak di dalamnya.

Dengan kemurnian ikhlas, seorang manusia dapat membebaskan dirinya dari segala bentuk perbudakan Duniawi. Ia akan mampu melepaskan dirinya dari segala penyembahan kepada selain Allah. Seperti penyembahan pada materi, Uang, Harta benda, Wanita, Perhiasan, Alkhohol, Narkoba, Birahi, Jabatan, Tahta, Kekuasaan, Tradisi, yang selama ini banyak manusia terbukti terbudaki olehnya. Sesuai penjelasan surat Al-an’am di atas, Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, Hidupku, dan matiku hanya untuk Allah semata!, Inilah hakikat Ikhlas. Apalagi penjelasan dalam Surat Al-fatihah.

“ Hanya Engkaulah (Allah) yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah (Allah) kami mohon pertolongan, “  (AL-Fatihah : 5)

Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Sang Khalik, sudah sepantasnyalah manusia hanya berhak menyembah, berharap, dan memohon pertolongan hanya kepada Allah saja. Dan keikhlasan, adalah pondasi awal untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Tanpa keikhlasan, kita tidak akan mampu mengendalikan hawa nafsu, agar tetap berada di jalan lurus, jalan yang di ridhoi oleh Allah.

Sebab hanya dengan berserah diri pada  kehendak Allah lah, hidup manusia akan di selamatkan. Dan keikhlasan adalah kemurnian sikap yang akan membuat manusia menjadi hamba Allah, bukan hamba nafsunya, bukan hamba selain Allah, bukan hamba materialisme, sesuatu yang justru hanya ciptaan-ciptaan Allah.

Kemurnian sikap, ucapan, dan perbuatan ikhlas inilah yang membuat kata “ikhlas” bagaikan mantra yang mampu menghujam hati, mengetarkan jiwa, dan sinarnya mampu memancarkan kekuatan positif yang mampu menyelesaikan berbagai macam persoalan hidup. Sebab hanya dengan berserah diri secara utuh kepada Allah lah, semua bebanbeban hidup manusia akan di ringankan oleh-Nya.

Sungguh sombong manusia yang hanya menggantungkan hidupnya pada dirinya sendiri, pada kekayaan materi yang di miliki, pada kekuasaan politik maupun tradisi yang sandang, pada popularitas yang membuai, pada ciptaan-ciptaan Allah yang keberadaannya sangat bergantung pada Penciptanya. Sungguh tersesat, manusia yang tidak menggantungkan hidupnya pada Allah, karena sesungguhnya manusia adalah makhluk lemah yang tak memiliki daya dan upaya kecuali dia hanya berserah diri pada Allah. Sebab, tak ada satu helai rambut pun yang jatuh ke Bumi, tak ada satu lembar daun pun yang jatuh ke tanah, kecuali atas seizin Allah. Kalau kita menyadari hal itu, lantas alasan apalagi yang harus kita tunggu untuk tidak menyerahkan diri dan hidup kita kepada Allah saja. Dan cara satu-satunya adalah dengan mengikhlaskan hati.

Dan apa sajakah buah dari keikhlasan :

1. Memurnikan Keesaan Allah

Orang yang ikhlas menyadari sepenuhnya, bahwa Allah adalah tempat segala sesuatunya bergantung. Mulai hal-hal yang makro kosmos seperti alam semesta, galaksi, planet-planet, Matahari, Bulan, Bintang, Meteor, dan segala hal yang disebut materi. Hingga hal yang mikro kosmos seperti struktur atom, tarik menarik antara proton dan netron. Keseimbangan-keseimbangan alam semesta, keteraturan yang kita temui di planet Bumi, spesies-spesies yang hidup di dalamnya dengan jumlah yang tak terhitung. Bagaimana cara hidup spesies-spesies itu, dengan bakat-bakatnya yang mengagumkan. Sungguh semua tatanan yang sempura itu hanya bergantung pada penciptanya, yaitu Allah SWT.

أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ - 39:22

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya ?). Maka kecelakaan besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kedekatan yang nyata.” (QS. Az-Zumar : 22)

Apakah dengan mengucapkan “Saya Beragama Islam” cukup untuk membuktikan keikhlasan kita?, padahal hati kita masih membatu dalam mengingat Allah “???”. Hamba yang ikhlas, adalah hamba yang hatinya selalu mengingat Allah di setiap detik dalam hidupnya, ia penuhi hatinya untuk berserah diri pada pencipta-Nya. Mulai ia bangun dari tidur hingga ia tertidur kembali, hati orang ikhlas tak akan pernah membatu dalam mengingat Allah. Karena hanya kepada Allah lah ia serahkan segala sesuatunya, dan manusia adalah makhluk yang tak memiliki daya, dan upaya apabila dirinya tidak menggantungkan hidupnya pada Sang Pencipta. Sebab apabila Allah menghendaki manusia tak bisa menghirup oksigen saja (bernafas), maka nyawa manusia di Bumi ini tak dapat tertolong lagi.

2. Meringankan Beban Kehidupan


“(1) Bukankah kami telah melapangkan untukmu dada Mu?

(2) Dan kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu,

(3) Yang membuatkan punggung Mu?

(4) Dan kami tinggikan sebutan (nama) Mu,

(5) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

(6) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

(7) Maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

(8) Dan hanya kepada Tuhan mulah hendaknya kamu berharap.“
(QS. Alam Nasyrah : 1-8)

Surat Alam Nasyrah sangat gamblang menjelaskan keistimewaa manusia yang ikhlas!. Di sana di jelaskan, bahwa hanya dengan berharap kepada Allah lah, hati kita akan dilapangkannya, punggung kita akan di ringankan dari beban hidup yang memberatkan. Dan segala kesulitan akan di mudahkan, dan Allah akan tinggikan derajatnya, bagi orang-orang yang hanya berharap kepada Allah.

Kita semua manusia sadar, bahwa menjalani hidup bukanlah hal yang mudah. Hidup itu di penuhi ujian dan cobaan, jalan menanjak terjal yang di penuhi krikil-krikil tajam. Kesedihan dan kebahagian adalah dua hal yang datang bergantian, bagai siang dan malam. Kadang di tengah perjalanan kita merasa bosan, malas dan sedih, sesekali kita mengeluh, menuntut dan menyalahkan keadaan. Walaupun tidak sedikit pula kebahagiaan, keberhasilan, cinta kasih datang menghampiri, menghapus segala luka, dan kecewa yang menghimpit kesengsaraaan.

Tapi di satu sisi, terkadang kebodohan manusia sendiri yang membuat dia sombong dan lupa diri pada pencipta-Nya. Saat keberhasilan dan kebahagian datang, seolah-olah kesuksesan itu, adalah hasil jenih payahnya sendiri. Bahkan ia hampir lupa, bahwa Allah Yang Maha Berkehendak, punya andil di dalamnya. Tapi sebaliknya saat ujian dan bencana datang, yang ia hujat malah Tuhan-Nya sendiri. Seolah-olah dia tak pernah melakukan kesalahan sedikit pun, yang membuat bencana itu datang padanya. Padahal kalau ia mau teliti, tindakannya itu hanyalah bentuk-bentuk pembenaran bagi dirinya, atas kesalahan yang dia perbuat sendiri ”???”.

Disinilah, letak kekhilafan manusia yang perlu di dasari segera mungkin kalau kita ingin memulai mengikhlaskan hati. Karena manusia yang ikhlas, hatinya  sedikit pun tak pernah menghujat Tuhannya. Sesulit apapun kesedihan, penderitaan, dan kesempitan meghampirinya.  Justru, semakin besar ujian yang datang maka semakin besar pula kepasrahan dirinya ia panjatkan pada Allah SWT.  Karena orang ikhlas selalu percaya, setelah kesulitan pasti akan datang kemudahan. Bagi hambahambanya yang hanya berharap pada Allah, tak ada kamus kesombongan, dalam dirinya. Sebab hanya karena kehendak dan ridha Allah lah, keberhasilan dan kesuksesan itu datang padanya. Sungguh, hanya keikhlasan lah akan membuat hati kita lapang dari belenggu jiwa yang memenjara, menghilangkan beban-beban kehidupan yang semakin hari, semakin memberatkan pundak manusia.

3. Menentramkan Hati

“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah lah hati menjadi tentram. Orang-orang yang beriman dan berawal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.“ (QS. AR-RAD : 28-29)

Kemajuan peradaban umat manusia saat ini ternyata telah melupakan sesuatu. Saat umat manusia berlomba-lomba membangun Gedung-Gedung Pencakar Langit, Ilmu pengetahuan mencapai puncaknya hingga manusia bisa menginjak bulan, segala sesuatu di Bumi ini mampu di pelajari, di prediksi, bahkan di manipulasi. Tapi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, harusnya membuat umat manusia lebih bersyukur, bahwa tak ada satu pun yang sia-sia, yang Allah ciptakan di Bumi ini. Tapi sebaliknya, yang terjadi saat ini kemajuan peradaban membuat sebagian manusia semakin sombong, bertindak sesuka hati, dan melupakan Tuhan-Nya.

Di sinilah sebagian manusia modern melupakan sesuatu, sesuatu yang membuat manusia modern hidup dalam kegelisahan hati, kegersangan jiwa, keserakahan hawa nafsu, pemujaan materi, dan ketakutan hidup. Masalah tersebut membuat manusia modern menyadari, pentingnya ketentraman dan ketenangan hati. Sebuah kondisi dimana hati dan pikiran manusia merasa bahagia dan damai. Banyak cara lebih dilakukan manusia modern untuk mencapai itu, tapi tak ada yang pernahpernah berhasil seratus persen mencapainya.

“Kenapa?”, Karena mereka melupakan sesuatu yang sangat subtansial yang menjadi penyebab tercapainya kebahagiaan dan kedamaian hati. Jawaban lengkapnyanya, ada dalam AL-Quran surat ARRAD ayat 28-29 yang tertulis diats. Dalam ayat tersebut sangat tegas di sampaikan, Bahwa hanya dengan mengingat Allah lah hati manusia akan menjadi tentram, dan hanya orang-orang yang ikhlas yang mampu mencapai titik ketentraman hati. Karena dengan memurnikan keesaan Allah dalam diri, lalu berserah diri kepada-Nya secara utuh, dalam kesedihan, maupun kebahagiaan, disetiap waktu, dalam setiap waktu, dimanapun manuis berada. Maka seorang hamba Allah yang ikhlas, akan mencapai ketentraman hati dalam hidupnya.

Sebetulnya manusia modern tak perlu repot-repot mencari cara untuk menenangkan hati. Karena ketentraman hati akan dapat  di capai dengan keikhlasan. Segala kegelisahan hati, kegersangan jiwa, dan ketakutan, akan di hilangkan dari hati hamba-hambanya yang ikhlas. Manusia di zaman ini, terlalu sibuk mengejar materi, birahi, dan kekuasaan. Dan hal-hal tersebut belum tentu memberikan ketenteraman hati bagi jiwanya. Allah tidak melarang manusia mengejar kehidupan duniawi, tapi jangan sampai aktivitasmu melupakanmu pada Allah.

4. Memurnikan Ketaatan

Keikhlasan akan membawa seorang hamba memurnikan ketaatannya kepada Allah. Karena ikhlas adalah inti ibadah bagi jiwa manusia. Mustahil ketaatan pada Allah, akan di terima tanpa di sertai keikhlasan. Karena ikhlas adalah hakikat ketaatan yang sesungguhnya. Saat manusia masih menjadi Ruh, Allah memberikan pertanyaan padanya di alam ruh, “Siapa Tuhanmu?“. Dan Ruh tersebut menjawab,“Engkaulah (Allah) Tuhanku!“. Lalu dia menghembuskan Ruh tersebut kejanin manusia, setelah 9 bulan lahirlah seorang bayi manusia ke alam Dunia. Bayi yang lahir ke Dunia, berada dalam kondisi suci dan bersih. Orang tua-orang tua merekalah yang menjadikannya Islam, Nasrani, Yahudi, Majusi, Hindu, Buddha, Pagantisme, Dinamisme, dan lain sebagainya.

Keikhlasan seorang manusia, seungguhnya akan membawa manusia pada hakikat dirinya saat masih menjadi Ruh. Hakikat bahwa, dirinya adalah makhluk ciptaan Allah, dan hanya kepada-Nyalah dirinya harus menyembah. Karena itu tak ada satu pun yang dapat menolong dirinya kecuali Penciptanya (Allah).

Saat manusia mengalihkan penyembahan, dan ketaatannya pada hal-hal selain Allah. Sesungguhnya manusia itu telah berada dalam kesesatan yang nyata, dan orang-orang munafik dan tersesat itu, akan Allah tempatkan mereka semua dalam Neraka. Kecuali mereka-mereka yang bertaubat dan kembali pada keimanannya, mengadakan perbaikan, dan berpegang teguh pada tali Allah dengan tulus dan ikhlas. Keikhlasan dalam diri, akan membawa diri seorang hamba, pada kemurnian ketaatan yang selalu membawa-Nya pada pertolongan Allah.

5. Memperkuat Kesabaran

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ - 3:200

“ Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkalah kesabaranmu, tetaplah bersiap-siaga di perbatasan negerimu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. “ (QS. Ali Imran : 200)

Kehidupan adalah perjalanan panjang yang meletihkan. Lambatnya memperoleh keberhasilan usaha, sukses yang selalu tertunda, kegagalan dan halangan yang kerap kali mendera, membuat manusia menjadi malas, kecewa, mengeluh dan berputus asa. Sering kali manusia memperoleh keberhasilan secara instan, tanpa kerja keras dan usaha yang sepadan. 

Kesuksesan itu ada ukurannya, karena hanya hamba-hamba Allah yang bersabar dalam memperjuangkan impiannya, dan tetap memperkuat kesabarannya, walau badai datang bertubi-tubi hingga ia meraih kesuksesannya.

Manusia ikhlas, diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa bersabar, dan memperkuat kesabarannya. Karena sesungguhnya kebaikan dan keselamatan itu terletak pada kesabaran. Saat seorang hamba mengikhlaskan segala tujuan dan impiannya kepada Allah, lalu ia perkuat kesabarannya dalam berjuang, sampai ketentuan, dan jalan keluar datang padaNya. Itulah hakikat kesabaran yang sesungguhnya, dan mereka adalah orang-orang beruntung, yang akan mendapat pertolongan Allah di Dunia maupun Akhirat.

Manusia ikhlas itu, sesungguhnya di berikan dua senjata yang hebat untuk mengatasi ujian dan cobaan dalam hidupnya. Senjata tersebut yang pertama adalah sabar dan yang kedua adalah shalat. Hanya dengan kesabaran yang kuat, dan menyerahkan diri kepada Allah secara utuh di dalam shalat mu lah, segala persoalan-persoalan hidup hamba Allah akan diberikan jalan keluarnya. Mereka-mereka inilah, orang-orang yang akan mendapat limpahan rahmat dari Allah, sesuai firman-Nya : “

…Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya, dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada di sangkasangkaNya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)Nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan(yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan bagi tiap-tiap sesuatu.“ (QS. Ath-Thalaq : 2-3)

Manusia ikhlas tak perlu takut pada ujian dan cobaan kehidupan, karena apabila ia berserah diri kepada Allah secara utuh dalam shalat dan kehidupannya, maka Allah akan mengucapkan segala-segala keperluankeperluan hidupnya.

6. Selalu Di lindungi Allah

أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ ۖ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِن دُونِهِ ۚ وَمَن يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ - 39:36

“Bukanlah Allah cukup, untuk melindungi hamba-hamba-Nya? “         (AZ-Zumar: 36)

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ - 16:53

“ Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah lah (datamgnya). Dan bila kamu di timpa oleh kemadharatan, maka hanya kepadaNyalah kamu meminta pertolongan.“ (QS, An-Nahl : 53)

Saudaraku, tak ada satu keadaan yang membuat kita nyaman dalam hidup ini, selain keadaan dimana kita merasa terlindungi. Hamba yang hatinya ikhlas, tak akan ada perasaan takut di hatinya dalam menghadapi segala kesengsaraan, dan ujian hidupnya. Dia percaya, Allah SWT akan selalu melindunginya, karena ia telah memasrahkan seluruh kehidupannya, untuk memurnikan ketaatan kepada Allah. Cukup hanyalah Allah yang menjadi penolong, dan pelindung hamba-hambaNya yang ikhlas.“Apakah harta kekayaan yang melimpahkan dapat melindungi manusia dari kesengsaraan hidup?,” berapa banyak orang kaya yang hidup dibalik rumah mewah hari ini tapi hidupnya nyatanya sengsara, karena Allah menguji dia dengan penyakit (misalnya: stroke). “Apakah kekuasaan yang di jabat, akan melindungi seorang manusia dari Bencana Alam?” Sesungguhya apabila Allah menghendaki seorang hamba terkena bencana, apa pun jabatannya, maka tak ada satupun kekuatan yang mampu menghalanginya. Begitupun, apabila Allah menghendaki keselamatan seorang hamba, maka tak ada satupun kekuatan yang mampu menyengsarakannya. “???”

Jadi hanya kepada Allah lah hendaknya kita berserah diri, dan hanya kepadaNya pula kita memohon pertolongannya. Karena itu tak ada patut seorang manusia menyombongkan diri dengan harta benda, jabatan, pekerjaan, atau usaha yang dimiliki. Karena sesungguhnya Allah lah yang memberi nikmat, dan kemadharatan, dan hanya kepada Allah sajalah kita memohon pertolongan.

1 comment:

  1. Kajiannya sangat menarik, membuat air Mata saya mengetes, semoga yg menulis artikel ini selalu dilindungi dan di jaga oleh Allah swt, di limpahkan rezekinya dan kelak di masukan kedalam syurgaNya Allah swt. Aamiin

    ReplyDelete