SettiaBlog itu kagum dengan anak-anak kecil sekarang. Masih kecil tapi sudah cerdik dan pintar strategi. SettiaBlog main game adi sore kalah terus....he...he.... Tahu ndak yang main itu anak - anak kecil. Tapi mau di apakan, SettiaBlog kalah cerdik. Ya. orang yang cerdik. Orang yang dapat mengalahkan orang pintar. Karena orang pintar belum tentu cerdik. Kalau SettiaBlog itu ndak pintar dan ndak cerdik. SettiaBlog jadi ingat cerita waktu kecil, Raja Serakah dan Dermawan yang Cerdik, begini ceritanya.
Dahulu kala, ada suatu kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja serakah. Ia adalah raja yang kaya, namun ia tidak pernah mau membantu rakyatnya yang kesulitan. Ia justru sering membungakan uang. Ia juga menguasai semua ladang dan sawah milik rakyat. Tidak ada rakyat yang menyukainya.
Seorang dermawan kaya dari kampung sebelah mendengar cerita tentang raja yang serakah. Ia pun berpikir untuk mengelabui raja yang serakah itu. Ia berpikir bahwa ia harus menyusun rencana untuk mengambil harta sang raja, lalu membagikannya kepada rakyat. Ia pun menyusun rencana untuk si Raja.
Suatu hari, ia datang ke kerajaan dan menghadap Raja. Sebagai orang kaya, ia berpura-pura menawarkan sebuah perhiasan untuk Raja. Sebuah berlian yang sangat indah. Raja pun tertarik membelinya. Ia rela mengeluarkan uang banyak untuk membeli berlian itu.
Kemudian, si orang kaya lalu membagikan uang yang diberikan Raja secara diam-diam kepada rakyat. Akhirnya, setiap hari si orang kaya selalu datang ke istana dan menawarkan berlian-berlian memukau.
Raja yang serakah ingin menguasai semua berlian itu. Raja pun membeli semuanya bahkan hingga uangnya habis. Setelah uangnya habis, ia berpikir untuk menjual berlian itu kembali. Namun, alangkah kagetnya Raja ketika mengetahui bahwa semua berlian yang dijual si orang kaya adalah palsu. Si Raja yang serakah akhirnya jatuh miskin dan ia tidak menjadi Raja lagi.
Seorang dermawan kaya dari kampung sebelah mendengar cerita tentang raja yang serakah. Ia pun berpikir untuk mengelabui raja yang serakah itu. Ia berpikir bahwa ia harus menyusun rencana untuk mengambil harta sang raja, lalu membagikannya kepada rakyat. Ia pun menyusun rencana untuk si Raja.
Suatu hari, ia datang ke kerajaan dan menghadap Raja. Sebagai orang kaya, ia berpura-pura menawarkan sebuah perhiasan untuk Raja. Sebuah berlian yang sangat indah. Raja pun tertarik membelinya. Ia rela mengeluarkan uang banyak untuk membeli berlian itu.
Kemudian, si orang kaya lalu membagikan uang yang diberikan Raja secara diam-diam kepada rakyat. Akhirnya, setiap hari si orang kaya selalu datang ke istana dan menawarkan berlian-berlian memukau.
Raja yang serakah ingin menguasai semua berlian itu. Raja pun membeli semuanya bahkan hingga uangnya habis. Setelah uangnya habis, ia berpikir untuk menjual berlian itu kembali. Namun, alangkah kagetnya Raja ketika mengetahui bahwa semua berlian yang dijual si orang kaya adalah palsu. Si Raja yang serakah akhirnya jatuh miskin dan ia tidak menjadi Raja lagi.
Selanjutnya, tahukah Anda, ternyata orang pintar dan orang cerdik dapat dikalahkan oleh seseorang yang bukan karena pintar maupun karena cerdik. Namun karena rajin. Coba bayangkan, orang pintar, tapi ndak rajin. Begitu pula orang cerdik, tapi ndak rajin. Apa yang akan terjadi? Umm... Tentu kepintaran dan kecerdikan yang dimilikinya akan sia-sia. Tidak akan mampu bertahan jika tidak rajin.
Sebentar.....sebentar, ternyata orang yang rajin juga dapat dikalahkan. Siapakah orang yang bisa mengalahkan orang rajin? Ya. Ialah orang beruntung. Mengapa, karena walau tidak pintar maupun tidak cerdik bahkan tidak harus rajin, jika sudah beruntung. Ya sudah, apapun akan menjadi milik seseorang yang beruntung. Kalau Selena Gomez itu beda, karena dia pintar, cerdik dan rajin makanya dia beruntung. Apalagi nanti juga akan memiliki pasangan baru yang mapan dan memiliki segalanya. Komplit sudah. Tapi ingat Selena, seberuntung - beruntung nya orang harus tetap ingat dan waspada. Bagaimana SettiaBlog tahu kalau Selena akan memiliki pasangan baru yang mapan dan memiliki segalanya? SettiaBlog ngawur....he....he...., huu..s...ngawurnya SettiaBlog itu biasanya jadi kenyataan lho.... Kalau SettiaBlog c besok pasangannya cuma orang biasa dan wong ndeso. (ndak ada yang tanya SettiaBloo...g) Ooo.....ndak ada yang tanya tho? (Untuk yang sudah punya pasangan, dekap erat pasangannya, jangan di masukkan hati candaan SettiaBlog ya...., itu hanya candaan SettiaBlog untuk yang masih pada jomblo) Semoga kita semua jadi orang - orang yang selalu beruntung, seperti lagu "the lucky one" milik Alison Krauss di atas.
Yang jadi pertanyaanya, bagaimana caranya agar kita dapat menjadi orang yang beruntung? Jawabannya tercantum dalam Surat Al-Baqarah Ayat 1-5. Gitu thok jawabannya? Ya... he...he.... Ini untuk kaum muslim harus berpegangan Surat Al-Baqarah Ayat 1-5, agar selalu beruntung.
Apakah keberuntungan dan kesialan sudah suratan takdir? Adakah cara agar kita selalu jadi orang yang beruntung? Untuk mengetahui jawabannya, kita lihat penelitian berikut. Dua sisi paradoks kehidupan ini rupanya menarik minat ilmuwan. Mengapa ada orang yang (merasa) selalu beruntung, sementara sebaliknya ada yang sial dan sial lagi? Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang-orang beruntung dengan yang sial. Proyek penelitannya disebut: The Luck Project.
Metode penelitiannya sebagai berikut:
Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesannya seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial. Dalam salah satu sesi The Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada 2 kelompok tadi. Orang-orang dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa? Ya, karena sebelumnya pada halaman ke-2, Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi “Berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini”. Kelompok sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah-tengah koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: “Berhenti menghitung sekarang dan beritahu ke peneliti Anda menemukan ini, dan menangkan $250!”. Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar-benar sial. Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya “scientific” ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial:
1. Sikap terhadap peluang
Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Ternyata orang-orang yang beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan-kemungkinan baru.
Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permatanya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: “Mr. Buffet!” Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain, ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permatanya. Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian, Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.
2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan
Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan “hati nurani” (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari “good feeling”. Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.
3. Selalu berharap kebaikan akan datang
Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja lakukan tes sendiri secara sederhana. Tanya orang sukses yang kamu kenal, bagaimana prospek bisnis ke depan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.
4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik
Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka, setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tesnya Prof Wiseman meminta para relawan untuk membayangkan sedang pergi ke bank, dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: “Wah sial bener ada di tengah-tengah perampokan begitu”. Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: “Untung saya ada di sana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapat duit”.
Apapun situasinya, orang yang beruntung pokoknya untung terus. Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan. Sekarang, bagaimana kita menyikapi kesimpulan Richard Wiseman? 4 faktor di atas adalah kunci untuk mendapatkan keberuntungan. Intinya adalah: memiliki rasa syukur dan selalu berpikir positif.
No comments:
Post a Comment