Mar 4, 2019

Keutamaan Bertafakur dalam Perjalanan Spiritual



Ketahuilah bahwa banyak sekali keutamaan tafakur. Tafakur merupakan kunci berbagai pintu makrifat, khazanah kesempumaan dan pengetahuan. Tafakur merupakan prasyarat bagi manusia untuk bersuluk menuju Allah SWT. Berbagai ayat Al-Qur'an dan hadis Nabi saw mengagungkan tafakur dan mencela orang yang tidak mau bertafakur.
Dalam kitab Al-Kafi diriwayatkan oleh Imam Ja`far ash-Shadiq as: "Ibadah yang paling afdal adalah bertafakur tentang kekuasaan Allah SWT."

Dalam hadis lain dikatakan bahwa bertafakur sesaat lebih baik daripada beribadah semalam suntuk. Dalam hadis lainnya disebutkan:

"Bertafakur sesaat lebih baik daripada beribadah setahun."

Dalam hadis lain lagi dijelaskan bahwa bertafakur sesaat lebih baik daripada beribadah 60 tahun atau 70 tahun. Sebagian ahli fiqih dan ahli hadis malah menyebutkan adanya hadis yang menyatakan bahwa bertafakur sesaat lebih baik daripada beribadah seribu tahun.

Salah satu tingkat tafakur adalah merenungkan kecermatan dan kehebatan alam ciptaan sebatas kemampuan kita. Hasil tafakur itu adalah perkenalan dengan Pencipta yang Mahabijak. Setelah bertafakur, apakah akal masih memerlukan bukti lain untuk meyakini adanya Maujud yang Maha mengetahui, Mahakuasa dan Mahabijaksana yang tidak serupa dengan maujud lainnya?! Setelah bertafakur, apakah masih tersisa keraguan bagi akal untuk meyakini adanya Pencipta semua maujud yang cerdas dalam sistem dan aturan yang pasti? Dalam surah Ibrahim ayat 10 Allah SWT berfirman: Berkata rasul-rasul mereka:

"Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?"

Semua penciptaan yang teratur secara universal yang tidak mampu dimengerti oleh akal manusia tak mungkin tercipta dengan sendirinya dan tanpa saling ada kaitan-nya. Celakalah mata dan hati yang tidak dapat rnelihat kebenaran dan keindahan Allah SWT pada alam wujud.

Mereka yang masih ragu dan bimbang padahal melihat semua tanda-tanda kebesaran Allah SWT pastilah terpasung oleh waham-waham (pemikiran tanpa dasar logika) yang kosong. Jika engkau menunjukkan sebuah tasbih dan engkau mengklaim bahwa tasbih itu teratur dengan sendirinya tanpa ada seorang pun yang membuatnya demikian, maka semua manusia akan menertawakan akal dan nalarmu. Itu baru sebuah tasbih. Bagaimana kalau engkau tunjukkan sebuah jam saku dan mengklaim bahwa jam saku itu terbuat dengan sendirinya, maka semua manusia akan menganggapmu gila. Setiap orang yang menolak contoh sederhana dari sistem sebab akibat itu layak dikeluarkan dari barisan orang-orang yang berakal waras!

Jika kita berpikir dan merenungkan alam semesta yang mana kita merupakan bagian darinya, maka kita akan mendapatkan bahwa tidak satu maujud pun yang memiliki sesuatu dari dirinya sendiri. Sebaliknya, semua yang dimilikinya adalah karunia Allah SWT semata. Baik pemberian itu sebelum kelahiran kita, setelah kelahiran kita di dunia ini maupun setelah kematian kita. Pelbagai pemberian setelah kematian kita Allah berikan melalui para pembimbing yang ditugaskan untuk memberi petunjuk kepada kita. Dengan renungan seperti itu, semoga saja akan muncul sepercik rasa cinta dalarn hati ini kepada Sang Pencipta Mahatinggi yang kita terhijab dari-Nya. Lalu, kita akan menyadari kelemahan dan kehampaan diri kita dan membuka jalan menuju Tuhan yang Maha Agung.

No comments:

Post a Comment