Aug 15, 2016

Bukan Sekedar Kegigihan


Untuk meneliti kebiasaan manusia, seorang penemu coba mewawancarai sejumlah responden. Salah satunya, seorang anak kos.
"Sabun apa yang kamu gunakan selama ini?" tanya si Penemu.
"Sabun Baba" jawab Si Anak Kos dengan santai.
"Kalau odol, odol apa yang kamu gunakan?" tanya Si Penemu lagi.
"Odol Baba," sahut Si Anak Kos.

"Parfum?"
"Parfum Baba."
"Sampo?"
"Sampo Baba."

Dijawab terus-terusan begitu,Si Penemu jadi penasaran karenanya. Maka,kembali ia bertanya,"Boleh saya tahu, Baba itu perusahaan lokal sekelas Wings atau perusahaan multinasional sekaliber Unilever? Kok saya belum pernah dengar, ya?"
"Bukan perusahaan kok. Baba itu teman kos saya,"jawab Si Anak Kos enteng.

Itu tadi hanya selingan, selanjutnya akan bawakan penemu-penemu ke hadapan Anda. Tentunya penemu betulan. Pertama-tama, kami perkenalkan Dean Kamen kepada Anda. Siapa sih dia? Asal tahu saja, dialah sosok inovatif yang telah menciptakan alat suntik otomatis, alat penyaring darah untuk penderita gagal ginjal yang bisa di pakai di rumah, dan alat transportasi Segway yang berpeluang mengatasi kemacetan dan polusi udara. Pokoknya, dia adalah tokoh yang hebat.

"Acap kali ide yang gagal tidak bisa dibedakan dengan ide yang berhasil, sebelum dicoba."
Satu-satunya kata kunci di sini adalah kegigihan.

Bukannya ikut-ikutan, tetapi memang itu pula yang kami yakini, "Tidak akan berubah potensi menjadi prestasi, tanpa persistensi."

Kegigihan mengalahkan penolakan. Dengan rambut depannya yang melambai-lambai, pengusaha Donald Trump pun mengingatkan, "Jadilah orang yang keras kepala." Itu betul. Betul sekali. Namun demikian, kegigihan semata, cukupkah? Tentu tidak! Kita juga harus meniscayakan kecerdikan. Nah, disinilah otak kanan mesti beraksi.

August Dvorak lahir di Nelahozeves, dekat Praha(saat itu wilayah Kekaisaran Austria,8 September, meninggal 1 Mei1904 pada umur 62 tahun) adalah seorang komponis Ceko dari aliran musik romantik. Ia berhasil menggabungkan nada-nada musik rakyat dengan musik simfoni dan musik kamar. Dia adalah pencipta mesin ketik Dvorak. Kerap kali disebut-sebut, mesin ketik Dvorak lebih efisien dibanding mesin ketik Qwerty. Katanya sih begitu. Tetapi kenyataannya, ia tidak cukup cerdik menggeser dominasi Qwerty. Dikabarkan, ia meregang nyawa dengan kesedihan yang menghujam dan mendalam. Bahkan diranjang kematiannya ia pernah berseru, "Saya coba berbuat sesuatu yang berarti bagi umat manusia. Sayangnya, mereka tidak mau berubah."

Adalah seorang warga Hongaria bernama Ladislao Biro. Sehari-hari ia berprofesi sebagai pemahat, pelukis, sekaligus jurnalis. Harap maklum, dua profesinya yang terakhir membuatnya sering berkubang dengan pena dan tinta. Diam-diam, ini membuatnya sebal. Pasalnya? Yah, setiap sebentar ia terpaksa mengisi penanya dengan tinta. Betul-betul menyebalkan!

Awal 1930, ia bersama saudara laki-lakinya yang seorang ahli kimia, coba menemukan pena yang tidak harus diisi dengan tinta setiap kali akan digunakan. Cara yang kakak beradik tempuh ini adalah dengan menaruh semacam botol kecil (ball) di ujung pena. Nah, tiap kali ujung pena menyentuh kertas, maka bola kecil akan berputar dan mengalirkan tinta dari cartridge di dalam pena ke bagian bawah. Jadilah mereka berdua penemu ballpen!

Tahun 1943, dua bersaudara ini hijrah ke Argentina. Untunglah, mereka cukup cerdik. Demi tujuan komersialisasi besar-besaran, mereka merangkul investor untuk mendanai. Lalu berdirilah pabrik bernama Royal Air Force dan ballpen bermerk Birome. Tidak cukup sampai di situ, ballpen ini kemudian diperkenalkan sebagai pena yang dapat menulis di dalam air. Tidak tanggung-tanggung, sekitar 5000 orang kepincut mendatangi demo tersebut. Betul-betul cerdik! Bahkan BIC Corporations pun mengembangkannya lebih lanjut hingga sekarang. Ini baru namanya marketer!

Melalui penggalan kisah di atas terselip sebuah pelajaran berharga bagi kita semua. Apa itu? Diterimanya sebuah ide tidaklah bergantung seratus persen pada kehebatan ide kita. Melainkan lebih pada seberapa cerdik kita menyampaikan ide tersebut.

Anda tahu Thomas Alva Edison? Anda tahu Joseph Swan? Kami yakin seyakin-yakinnya, untuk pertanyaan pertama, Anda akan mengangguk-angguk, sebaliknya, untuk pertanyaan kedua, Anda akan menggeleng kuat-kuat. Padahal, beberapa bulan sebelum Edison memperkenalkan bola lampunya, Swan sudah memamerkan bola lampu temuannya.

Tetapi, kok nama Swan tidak pernah seliweran di kuping kita? Begini. Edison bukan saja gigih, tetapi juga cerdik. Yap, Anda boleh menyebutnya kreatif. Alih-alih menggelar demonstrasi produk di rumah JP. Morgan--miliarder berpengaruh masa itu. Walhasil, ide plus produknya lebih mudah untuk diterima dan lebih cepat menyebar. Pendek kata, kalau kegigihan itu adalah emas, maka kecerdikan itu adalah berlian. Dengan kecerdikan Anda bisa ngakalin proses, menekan biaya, memperbesar dampak dan lain- lain.

Sejenak bayangkan wortel, telur, dan biji kopi yang dicemplungkan ke dalam air mendidih. Setelah sekian lama, apa yang terjadi? Sekalipun disekolah Anda mendapat angka merah untuk mata pelajaran kimia dan fisika, pastilah Anda tahu bahwa wortel yang semula keras menjadi lunak. Kebalikannya, telur yang semula lunak menjadi keras. Yang unik, biji kopi. Bukan saja mematangkan diri, ternyata biji kopi juga mengubah rasa, warna dan aroma air tersebut. Ketahuilah, wortel adalah perumpamaan orang yang lemah, telur untuk orang yang gigih, sedangkan biji kopi untuk orang yang cerdik.

Perkenankan kami untuk memperjelasnya. Didera dengan kesulitan-kesulitan, sejatinya kita mampu ngakalin kesulitan-kesulitan tersebut. Dan itulah orang yang cerdik! Tak ubahnya seperti biji kopi yang mengubah rasa, warna dan aroma yang merebusnya. Akhirnya, tidak jadi soal apakah Anda suka minum kopi atau tidak, kali ini kami harap Anda menjatuhkan pilihan pada biji kopi, bukan yang lain. Sekali lagi, biji kopi, bukan yang lain.

Sekedar selingan, suatu ketika seorang ustad bertanya kepada salah seorang santrinya.
"Abu, coba sebutkan berapa umurmu sekarang?" tanya sang Ustad.
"Sembilan tahun, Ustad." balas Abu.
"Tapi setelah Ustad ingat-ingat, beberapa tahun yang lalu kamu juga menyebut angka yang sama. Abu, tidak tahukah kamu, berbohong itu adalah dosa?"Sang Ustad memperingatkan.
"Saya sungguh tidak berbohong, Ustad," bela Abu."Saya jawab begitu karena saya ingin menjadi orang yang istiqomah. Gigih. Persistence." (to bbp)

No comments:

Post a Comment