Aug 26, 2024

Rahasia Sunatullah

 


Video klip di atas ada "Airfootworks", salah satu kontestan AGT asal negara Jepang. SettiaBlog tertarik konsepnya yang seolah - olah menentang gravitasi bumi. Bicara soal gravitasi akan membawa kita pada makna filosofis yang mendalam tentang eksistensi, keterbatasan manusia, dan hubungannya dengan alam semesta. Penggambaran daun, bunga, buah, burung, dan bintang yang pada akhirnya jatuh dan kembali ke tanah melambangkan siklus alam semesta yang ndak terelakkan. Keindahan dan kejayaan yang terlihat di puncak hanyalah fase sementara, dan pada akhirnya semua kembali ke bumi, "tempat abadi" yang menjadi pijakan dan fondasi kehidupan.

Gravitasi, sebagai hukum alam yang diciptakan oleh Allah SWT, berperan sebagai penjaga keseimbangan dan pengingat keterbatasan manusia. Ia menarik semua yang "di atas" kembali ke "bawah", mengingatkan kita bahwa ambisi dan egoisme manusia ndak dapat mengalahkan aturan alam semesta.

Meskipun manusia dengan kecerdasan dan teknologinya telah mampu mencapai angkasa, usaha ini membutuhkan perjuangan panjang dan rumit. Kita ndak pernah benar-benar "menaklukkan" semesta, melainkan beradaptasi dan belajar untuk hidup berdampingan dengan hukum-hukum alam, termasuk gravitasi.

Lebih dari sekadar penjelasan ilmiah, gravitasi mengundang refleksi filosofis tentang keberadaan manusia di alam semesta. Kita dihadapkan pada realitas bahwa kejayaan dan kekuasaan bersifat sementara, dan bahwa kita terikat pada hukum-hukum alam yang lebih besar.

Ada pertanyaan beberapa orang mengenai beberapa Negara yang tadinya lemah, tetapi karena kerja keras mereka kini menjadi bangkit. Seperti Korea dan Jepang. Padahal mereka dalam pengelolaan sitem bernegara ndak pernah mengatasnamakan syariah. Demikian juga negara-negara maju lainnya di Eropa maupun di Amerika. Sementara umat Islam hanya berteriak syariah, tetapi mereka belum bangkit-bangkit.
Di manakah yang salah?
Memang pertanyaan seperti ini kerap kali muncul. Kalau ndak diimbangi dengan keimanan yang kuat dan pemahaman yang luas, bisa saja seseorang salah paham, lalu tiba-tiba ia keluar dari Islam. Sebab pada kenyataannya banyak negara umat Islam yang ndak berdaya dan ndak berwibawa. Bahkan mereka ndak sanggup menyelesaikan persoalan mereka sendiri secara internal. Lalu bagaimana cara menjawab pertanyaan seperti ini?

Di alam ini ada dua sistem:
Pertama, sistem yang didisain secara khusus untuk mengatur jalannya segala wujud, sehingga semuanya berjalan dengan rapi dan terartur. Ini disebut dengan sunnatullah, dan para ilmuwan sering menyebutnya dengan istilah hukum alam.
Kedua, sistem yang diturunkan melalui wahyu, untuk mengatur dan menuntun bagaimana manusia hidup di muka bumi sehingga ndak bertentangan dengan tujuan yang telah Allah SWT. tentukan, ini disebut dengan syari’atullah. Adapun mengenai sunnatullah  siapa saja yang mematuhinya ia akan mendapatkan manfaat secara duniawi. Ndak ada bedanya antara orang yang beriman maupun yang ndak beriman. Sebab  sunnatullah  lebih berupa hukum kausalitas (sebab akibat). Ia bersifat matematis. Siapa yang bersungguh-sungguh dapat manfaatanya. Siapa yang makan, akan merasakan kenyang sekalipun ia ndak beriman, dan yang ndak makan, akan merasakan lapar, sekalipun ia beriman. Dalam hal ini pernah dicontohkan dengan dua tempat. Satunya masjid dan satunya tempat maksiat. Secara sunnatullah tempat maksiat lebih patuh, yaitu di atas bangunan tersebut dipasang penangkal petir. Sementara masjid mengabaikan sunnatullah, dengan anggapan bahwa itu tempat ibadah. Maka ndak perlu diberi penangkal petir. Apa yang terjadi kemudian adalah bahwa tiba-tiba petir menyambar, masjid itu hancur dan tempat maksiat itu ndak.

Di sini menarik untuk dicatat bahwa hidup di dunia ndak cukup hanya dengan patuh kepada syariatullah tetapi juga harus patuh kepada sunnatullah. Islam bukan hanya ikut syariatullah  tetapi juga ikut sunnatullah. Rasulullah SAW ndak hanya mengajarkan shalat dan puasa tetapi juga mengajarkan kejujuran dan keadilan, kerapian, kerja keras, kedisiplinan, kesungguhan menegakkan hukum (sisi yang kedua ini termasuk sunnatullah). Islam ndak hanya melarang tindakan mengabaikan shalat, puasa dan ritual lainnya, tetapi juga melarang sogok menyogok, korupsi, menipu, mencuri, kedzaliman dan sebagainya. Banyak di antara kita hanya mengambil sisi syariahnya (baca: ritualnya) saja. Sementara sunnatullah di lapangan sosial diabaikan. Kebiasaan menipu, ndak jujur dianggap pemandangan yang biasa. Sementara negara-negara maju, sangat takut dari kebiasaan seperti ini. Setiap tindakan menipu, sogok-menyogok, korupsi dan lain sebagainya, sekecil apapun mereka lakukan, maka akan ditindak secara hukum dengan tegas. Karenanya mereka maju secara keduniaan.

Sementara di sisi lain  kita menyaksikan orang-orang Islam ndak berdaya dan ndak bisa memberikan kontribusi bagi kemanusiaan secara luas. Padahal dalam sejarah Islam, telah terbukti bahwa umat ini pernah memimpin seperempat dunia, dengan kegemilangan sejarah ndak terhingga bagi kemanusiaan. Puncaknya di zaman Umar Bin Khatthab lalu di zaman Umar bin Abdul Aziz. Pada zaman itu ndak ada seorangpun yang didzalimi. Umar bin Khaththab pernah mengumumkan bahwa anak bayi dari sejak lahir sampai umur lima tahun, ditanggung oleh negara. Dan ternyata aturan ini kini dipraktikkan di Amerika. Seluruh pajak pada zaman itu benar-benar disalurkan secara benar. Ndak ada yang diselewengkan. Ditambah lagi dengan kewajiban zakat yang secara khusus disiapkan untuk membantu kemanusiaan. Kareananya pada zaman ke dua Umar tersebut rakyat ndak hanya mencapai puncak kesejahteraan tetapi juga mendapatkan keadilan hukum secara proporsional.

Di negara-negara maju ternyata telah mempraktikkan ini. Mereka hidup di atas pajak. Dan secara tarnsparan pajak-pajak tersebut dikelola dengan benar. Baik untuk pengembangan infra-struktur maupun untuk kebutuhan sosial secara umum. Semakin banyak tuntutan kebutuhan infra-struktur dan sosial semakin mereka tingkatkan pajaknya. Kota-kota besar di Kanada dan Amerika, belum pernah di sana ada seorang pasien ditolak masuk rumah sakit karena ndak punya biaya. Para homeless dan jobless (orang-orang yang nfak punya rumah dan ndak punya pekerjaan) mendapatkan tunjangan khusus dari negara berupa tempat tinggal dan kebutuhan makanan. Orang-orang jompo dirawat dan ditanggung oleh negara. Bagi mereka menyelamatkan kemanusiaan adalah hal yang harus diprioritaskan.

Dalam Islam, semua variable dan contoh-contoh tersebut adalah sunnatullah  dan syariatullah  sekaligus.  Bahwa Islam bukan hanya sibuk mengurus perbedaan pendapat dalam masalah fikih seperti qunut, jumlah rakaat tarawih dan lain sebagainya, melainkan menyelamatkan kemanusiaa adalah juga Islam. Bahwa Islam bukan hanya shalat, dzikir di masjid-masjid, melainkan berkata jujur, menjauhi sogok menyogok, disiplin, bekerja keras, transparansi, ndak koupsi dan lain sebagianya adalah juga Islam.

Kini kita sudah saatnya umat Islam kembali ke fitrhanya semula, seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya, serta penerusnya dari para tabi’in yang salih. Fitrah kepatuhan secara komprhensif, bukan parsial. Fitrah kesungguhan menjalankan syariatullah sekaligus sunnatullah. Sebab hanya dengan langkah ini umat Islam akan kembali berdaya dan memberikan kontribusi terbaik bagi kemanusiaan di seluruh alam ( rahmatan lil aalamiin). 




Untuk video klip kedua ada " I Love You, I'm Sorry" milik Gracie Abrams. SettiaBlog suka alur cerita di video klip tersebut, sempat senyum - senyum dikit. Jadi ingat temen di KZN sana. Yang jelas artikulasi Gracie ini sangat bagus, ketika di dengar pengucapannya itu bisa di terima telinga dengan jelas. Dan yang paling penting, lupain bahasan di atas, maaf in SettiaBlog. Seperti yang di katakan Gracie dalam lagu tersebut, bahwa dalam diri manusia akan ada sifat kontradiksi (pertentangan). 'Konsistensi' dan 'inkonsistensi' merupakan ujian yang diperlukan untuk mendapatkan kebenaran. Kita itu egois. Manusia pada dasarnya memiliki karakter dan sifat yang berbeda-beda, ada yang baik hati, ramah, penyayang dan ada juga yang pemarah, kasar, dan egois. Orang yang egois pada umumnya adalah orang yang sulit untuk dihadapi dan diajak berkomunikasi. Sadarkah kita bahwa sebenarnya setiap orang memiliki sisi egois, hanya kadarnya saja yang beragam. Ada yang halus ada juga yang dominan. Pernahkah kita mengenal seseorang yang lebih mengutamakan dirinya atau ndak mau mengalah hanya supaya kenyamanannya ndak terganggu? Mungkin tanpa sadar, kita adalah bagian dari orang-orang yang mengutamakan diri sendiri. Misalnya, kita memilih merokok diantara teman kita yang jelas bukan seorang perokok. Kita yang ndak mau makan di restoran A hanya karena ndak menyukai makanannya, tanpa memperhatikan teman kita yang lain yang lebih memilih restoran A ketimbang B. Atau mungkin kita ndak mau berkumpul dengan teman-teman hanya karena salah seorang membawa temannya yang ndak kita sukai? Thu kan, kita egois.

Sifat egois itu ndak selalu buruk, karena sebagai pribadi kita juga perlu mempertahankan nilai-nilai yang dianut oleh diri kita sendiri atau norma yang berlaku dimasyarakat. Tetapi, yang perlu kita sadari, sifat egois yang berlebihan justru membawa dampak negatif sehingga ndak ada salahnya menurunkan kadar egoisme dalam diri kita sendiri. Ingat, hidup ini bukan hanya tentang diri kita, namun ada juga tujuan bersama mengingat kita pun merupakan mahkluk sosial. Bantulah orang lain yang membutuhkan, dan sebaliknya, biarkan orang lain membantu kita ketika kita membutuhkannya. Kadang kala, menjadi egois itu adalah pilihan yang tepat, terutama ketika kita membutuhkan me-time untuk menyeimbangkan kesehatan mental. Hal yang terpenting adalah mengetahui kapan kita harus egois dengan kadar yang cukup dan kapan harus mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingan kita. Untuk kita yang egois.

Dan untuk backgroundnya ini semua SettiaBlog dari warna alam. Ada pohon randu, semak belukar dan lain - lain.

No comments:

Post a Comment