May 17, 2024

Pelajaran Hidup Sederhana dari Nabi Muhammad SAW

 


Bahasan SettiaBlog kali ini gunakan bunga bakung liar yang banyak berbunga saat mau musim kemarau. Video klipnya juga sama, SettiaBlog ambilkan bunga bakung liar yang banyak berbunga di sekitar SettiaBlog dan SettiaBlog kombinasikan dengan rumput liar. Itu simbol kesederhanaan. Lalu sebagai pemanis background postingan SettiaBlog kasih daun Maple. Simbol kesetiaan. Untuk lagunya, entah kenapa kok SettiaBlog pengen ngasih "Nothing's gonna change my love for you".

Dari kecil SettiaBlog sering di ajarkan dan di ceritakan tentang Rasulullah SAW merupakan pribadi yang memiliki kesederhanaan dalam kehidupan sehari-harinya. Meskipun beliau menjadi seorang pemimpin umat Islam dan kedudukannya melebihi seorang raja, tetapi kehidupan beliau sangatlah sederhana. Sepintas memang mudah untuk menjalani kehidupan sederhana seperti yang di contohkan Rasulullah SAW. Ternyata sulit banget. Ini pengalaman pribadi SettiaBlog lho ya. Apalagi SettiaBlog lahir di akhir bulan Agustus, yang memiliki gengsi dan ego yang cukup tinggi. Tapi Alhamdulillah dengan belajar sungguh - sungguh. Bisa kok perlahan - lahan merubah kepribadian SettiaBlog.

Hidup sederhana seolah menjadi hal yang aneh dan asing di tengah kehidupan yang didominasi materialisme dan konsumerisme. Gaya hidup yang eksesif kini telah menjadi tren, yang mengakibatkan eksploitasi sumber daya alam berlebihan yang mengarah kepada kerusakan lingkungan dan ketimpangan sosial.  Sebagai Muslim, kita harus merenungkan lebih dalam mengenai tujuan dan makna kehidupan dalam bingkai ajaran Ilahi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan peran Beliau sebagai uswatun hasanah  atau suri tauladan terbaik, Rasulullah SAW telah mengajarkan sejak lebih dari seribu empat ratus tahun yang lalu mengenai hidup sederhana namun berdampak positif luar biasa terhadap lingkungan sekitar.

Ajaran Islam mengenai hidup sederhana dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Kita coba bareng - bareng ya, membahas mengenai anjuran hidup sederhana dalam Islam ditinjau dari dua sisi, yaitu larangan untuk bersikap israf dan tabdzir, serta anjuran untuk memelihara sikap qanaah dan zuhud.  

Larangan bersikap israf  atau berlebihan disebutkan dalam Al-Quran antara lain di surat Al-A’raf ayat 31.
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah SWT tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

Kata al-israf di dalam Al-Quran memiliki konotasi negatif dengan makna yang berkisar keluar dari batas keseimbangan. Dalam hadits, Rasulullah SAW menerangkan salah satu ciri dari sikap israf  atau berlebihan adalah makan tanpa batasan sesuai keinginan kita.  
من الإسراف أن تأكل ما اشتهيت
Dari Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda, “Salah satu ciri berlebihan (al-isrāf) Anda makan setiap yang Anda inginkan.”  (HR Ibnu Mâjah).
Ukuran keseimbangan yang menjadi batasan konsumsi kita adalah apa yang menjadi maslahat atau kebaikan setiap orang. Misalnya, dalam hal makanan, jika kita makan terlalu banyak, maka akan dapat menimbulkan berbagai penyakit. Di sisi lain, jika kita mengalami kekurangan gizi dan makanan, maka kita akan mudah terkena penyakit juga. Di sinilah pentingnya menjaga keseimbangan agar kita ndak melampaui batas dan berlebihan dalam mengkonsumsi atau menggunakan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan kita. 

Selain berlebihan, salah satu sikap yang juga dilarang oleh agama adalah sikap tabdzir. Larangan mengenai sikap tabdzir  disebutkan secara jelas dalam Al-Quran surat Al-Isra’ ayat 27: 
اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ ۗوَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا
Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya .

Apa definisi tabdzir  dan perbedaannya dengan israf?
الإسراف: صرف الشيء فيما ينبغي زائداً على ما ينبغي، والتبذير: صرف الشيء فيما لا ينبغي
Israf adalah menyalurkan sesuatu yang layak melebihi dari kadar layaknya. Sedangkan tabdzir adalah menyalurkan sesuatu pada sesuatu yang tidak layak.
Tabdzir    adalah pemborosan dengan cara membelanjakan atau menggunakan harta untuk hal-hal yang ndak benar. Misalnya, apabila kita membeli pakaian mahal dan mewah semata-mata untuk tampil menyombongkan diri di media sosial. Larangan israf dan tabdzir ini menjadi rambu-rambu batasan yang ditetapkan oleh agama dalam kita menjalani hidup sederhana sesuai ajaran Islam.

Ajaran mengenai hidup sederhana lainnya selain melarang sikap berlebihan dan boros, Islam juga mengajarkan kita untuk memelihara sikap zuhud dan qanaah.  Apa itu zuhud? Sebagian orang keliru memahami bahwa sikap zuhud berarti kita harus menjadi seseorang yang miskin dan ndak memiliki harta dunia. Padahal, hakikat sebenarnya dari zuhud adalah kesucian hati dari harta duniawi. Di dalam Al-Quran, Allah SWT telah mengingatkan kepada manusia mengenai kehidupan dunia yang semu dibanding kehidupan akhirat yang nyata dalam surat Al-Ankabut ayat 64:
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ 
“Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.”

Sikap zuhud atau menyucikan hati dari harta duniawi dapat meluruskan niat dan ambisi kita selama hidup di dunia agar ndak mati-matian mengejar kekayaan material, namun mengejar ridha dan rahmat Allah SWT yang dapat menyelamatkan kita di akhirat.  Bagaimanakah ciri-ciri perilaku zuhud?
Ð. Ndak berbangga ketika memiliki harta, dan ndak bersedih ketika kehilangan harta.
Ð. Ndak terpengaruh pujian maupun cacian orang lain.
Ð. Merasa senang dengan Allah SWT ditandai dengan kenikmatan ibadah dalam hatinya.

Selain menyucikan hati dari kecintaan terhadap harta dan kehidupan dunia, sikap lain yang harus kita pelihara sebagai bagian dari hidup sederhana menurut Islam adalah qanaahQanaah  adalah sikap merasa cukup dengan apa yang dikaruniakan oleh Allah SWT. Inti dari sikap qanaah adalah bersyukur atas setiap rezeki yang kita terima dari Allah SWT tanpa mengeluh dan dengan tetap berikhtiar secara maksimal. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
”Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR Bukhari – Muslim, dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu.)

Sikap zuhud dan qanaah ini menjadi inti konsep mindfulness  dalam Islam dalam hal menjalani hidup sederhana, untuk menjaga hati kita agar ndak mengejar kehidupan duniawi secara berlebihan. Dengan memelihara kedua sikap ini, setiap apa yang kita lakukan demi memenuhi kebutuhan akan terkontrol dengan baik serta ndak menjerumuskan kita ke dalam dosa dan kezaliman terhadap orang lain.   

Salah satu prinsip hidup sederhana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah agar kita hidup di dunia ini layaknya seorang pengembara mampir beristirahat. 
مَا لِيْ وَلِلدُّنْيَا مَا أَنَا وَالدُّنْيَا إِنَّمَا مَثَلِيْ وَمَثَلُ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رَاكِبٍ ظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ  رَاحَ وَتَرَكَهَا
Apalah artinya dunia ini bagiku? Apa urusanku dengan dunia?  Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon.  Ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya.  (HR At-Tirmidzi, dari Abdullah bin Mas’ud radiyallahu ‘anhu)

Ibarat seseorang yang tengah melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman dan berhenti di sebuah rest area, yang menjadi tujuan utama dari orang tersebut pastinya adalah bagaimana dia dapat mempersiapkan diri untuk kembali ke kampung halamannya, bukan bagaimana dia bisa berdiam dengan nyaman di rest area tersebut. Begitupun dengan manusia di dunia. Rasulullah SAW mengajarkan kita agar ndak terlena di kehidupan dunia sampai abai terhadap perjalanan pulang kita ke akhirat. Nilai ini yang harus kita pegang sehingga kita ndak terpedaya oleh kenyamanan dan kemewahan duniawi.   

Makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan. Di tengah maraknya tren kuliner yang ndak jarang mengakibatkan banyaknya makanan yang terbuang atau food waste, kita harus menengok kembali bagaimana Nabi Muhammad SAW makan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa porsi maksimal yang dapat kita penuhi ketika makan adalah sepertiga perut kita, dengan menyisakan dua pertiga lainnya untuk air minum dan udara. 
ما مَلَأ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا من بطن، بِحَسْبِ ابن آدم أُكُلَاتٍ يُقِمْنَ صُلْبَه،ُ فإن كان لا مَحَالةَ، فَثُلُثٌ لطعامه، وثلث لشرابه، وثلث لِنَفَسِهِ
Tidaklah manusia memenuhi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya.  Jika memang harus melebihi itu, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya.  (HR Ibnu Majah dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib radiyallahu ‘anhu)

Dari segi makanan yang beliau makan, Rasulullah SAW adalah orang yang mudah dan sederhana. Ketika dibawakan kepada beliau daging kambing, beliau makan. Namun ketika ndak ada apa-apa di rumah beliau untuk lauk makan selain cuka, beliau pun tetap makan, dengan bersabda: 
نِعْمَ الأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الأُدُمُ الْخَلُّ
Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka. (HR Muslim dari Jabir bin Abdullah radiyallahu ‘anhu)

Bersahaja namun indah dalam berpakaian. Dalam mengenakan pakaian, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk berpakaian indah namun ndak harus bermewah-mewah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengajarkan kita keutamaan orang yang meninggalkan berpakaian mewah walaupun mampu membelinya.
مَنْ ترك اللباسَ تَوَاضُعًا لله، وهو يقدر عليه، دعاه اللهُ يومَ القيامةِ على رُؤُوسِ الخَلَائِقِ حتى يُخَيِّرُهُ مِنْ أَيِّ حُلَلِ الإِيمَانِ شَاءَ يَلْبَسُهَا 
Barangsiapa meninggalkan pakaian (mewah) karena merendahkan diri kepada Allah SWT, padahal dia mampu mengenakannya, niscaya Allah SWT memanggilnya pada hari kiamat di hadapan segenap makhluk untuk disuruh memilih jenis pakaian iman mana saja yang ia kehendaki untuk dikenakan. (HR At-Tirmidzi dari Mu’az bin Anas Al-Juhani radiyallahu ‘anhu)

Namun ini bukan berarti Rasulullah SAW melarang kita untuk memakai pakaian yang indah, terutama ketika kita pergi ke masjid. Bahkan beliau juga memiliki pakaian yang beliau sukai.  

Merasa tenteram dengan rezeki hari ini. Rasulullah SAW adalah sosok yang ndak pernah risau dengan apa yang akan beliau makan di hari esok. Beliau juga mengajarkan umatnya untuk mensyukuri apa yang sudah kita dapatkan hari ini. Beliau bersabda: 
مَنْ أصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا في سربِهِ، مُعَافَىً في جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيرِهَا 
Siapa di antara kalian yang berada di waktu pagi dalam keadaan aman di tempat tinggalnya, sehat jasmaninya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan seluruh dunia ini telah diberikan kepadanya. (HR Ibnu Majah dari Ubaidillah bin Mihsan radiyallahu ‘anhu)

Sikap merasa tenteram dan bersyukur atas apa yang kita miliki hari ini dapat menjadi obat dari kecemasan dan stress yang kini sangat umum dialami oleh manusia-manusia di zaman modern yang berorientasi menumpuk kekayaan materi.   Udah ya.... Maaf in SettiaBlog lho ya, bahasan ini sebenarnya untuk mengingatkan SettiaBlog sendiri.

"Karakter yang baik tidak terbentuk dalam seminggu atau sebulan. Itu dibuat sedikit demi sedikit, hari demi hari. Upaya yang berlarut-larut dan sabar diperlukan untuk mengembangkan karakter yang baik."

No comments:

Post a Comment