Habis makan serabi, SettiaBlog mulai mengetik bahasan ini. Ini ada rasa jagung manis dan original. Rasanya lembut, selembut senyuman istri SettiaBlog (jangan bilang - bilang ya! istri SettiaBlog susah tersenyum....he....he.... bercanda, SettiaBlog belum beristri). Serabi bisa di sajikan dalam bentuk gulungan atau lembaran, seperti klip di atas. Serabi merupakan makanan asli Indonesia, tepatnya berasal dari wilayah Bandung, Jawa Barat. Namun, ada pula yang bilang bahwa makanan ini merupakan perpaduan antara budaya Indonesia dan Belanda, pada zaman kolonial, karena bentuknya mirip dengan pancake. Bentuk dan teksturnya juga serupa dengan dorayaki. Dalam tradisi masyarakat beberapa daerah di Indonesia, ada semacam kenduri pada malam tanggal 27 Rajab saat memperingati Isra Mi’raj dengan kue serabi atau apem. Dalam masyarakat Aceh, ada kisah yang mengiringi tradisi ini. Dikisahkan, ada seseorang yang ingin mengetahui nasib orang dalam kubur. Ia berpura-pura mati dan dikubur dalam tanah. Ketika malaikat maut bertanya tentang agamanya, ada benda berbentuk bulat yang melindunginya. Begitu ia keluar dari tanah, benda bulat itu ternyata kue serabi atau apem yang sedang dibuat dan dibagikan keluarganya. Tradisi ini mulai terkikis dan hanya dilakukan kalangan tua. Namun ada yang perlu di garis bawahi dari cerita di atas. Karena serabi dalam cerita di atas "di bagikan" (di sedekahkan). Ya, sedekah merupakan salah satu amal yang akan menerangi kita di alam kubur.
Dunia bukan tempat terakhir untuk makhluk ciptaan Allah SWT. Tapi kehidupan di dunia berperan penting bagi manusia untuk kehidupan selanjutnya di akhirat kelak. Hanya saja tidak banyak manusia yang memanfaatkan kesempatan tersebut.
Bagi seseorang yang ingin meninggal dalam keadaan husnul khatimah (baik), hendaknya membiasakan diri untuk melakukan amalan yang diperintahkan oleh Allah SWT. Selain itu, amalan yang telah dilakukan juga dapat menjadi penerang di alam kubur. Di bawah ini ada beberapa amalan yang akan menerangi kita di alam kubur kelak.
• Menjaga salat lima waktu
Salat merupakan perintah Allah SWT dan berbeda dengan ibadah lainnya. Salat adalah ibadah pertama yang akan dihisab di akhirat kelak. Salat juga dapat menerangi kuburan muslim yang taat. Seperti sabda Rasulullah ﷺ dalam hadis riwayat Tirmidzi:
: قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ عَزَّ وَجَلَّ اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا. رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ.
Artinya: Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya. Maka, jika salatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika salatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari salat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki salat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari salat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi)
• Memperbanyak sedekah
Banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang perintah bersedekah. Hal ini bukan sekedar keikhlasan memberi, melainkan Rasulullah ﷺ memberitahu bahwa sedekah dapat menjadi naungan umat manusia di hari kiamat kelak. Rasulullah ﷺ bersabda: “Naungan orang beriman di hari kiamat adalah sedekahnya.” (HR Ahmad).
• Banyak membaca Al-Quran
Sebagai umat muslim, membaca Al-Quran merupakan suatu ibadah yang dianjurkan. Sebagai kitab suci yang mulia, dengan membacanya akan membuat hati menjadi tenang. Rasulullah ﷺ pernah bersabda bahwa dengan membaca Al-Quran akan mendapat syafaat pada hari kiamat, serta senantiasa menjadi teman dan penerang di alam kubur:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
“Bacalah Al-Quran karena sesungguhnya di hari kiamat nanti ia akan menjadi syafa’at kepada orang-orang yang mengikutinya.” (HR. Muslim)
• Perbanyak bertasbih
Terakhir adalah perintah bertasbih. Ini sangat jelas disebutkan dalam QS. Al-Ahzab ayat 41-42:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ وَّسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (QS: Al Ahzab: 41-42)
Anjuran bertasbih ini tentunya tidak akan luput dari keutamaan yang akan didapat oleh seseorang yang melaksanakannya. Salah satu keutamaan bertasbih adalah selalu dekat dengan Allah SWT. Seperti hadis riwayat Muslim yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ هُمْ خَيْرٌ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَلَمْ يَذْكُرْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا
Artinya: Dari Abu Hurairah dia berkata; Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:"Allah azza wajalla berfirman; Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari."
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah dari Al Amasy dengan sanad ini, namun dia tidak menyebutkan kalimat; Jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa. (HR. Muslim) Oleh sebab itu, jika seseorang telah dekat dengan Allah, maka saat meninggal pun Allah tidak akan pergi darinya dan akan membuat penerangan pada kuburannya.
No comments:
Post a Comment