Sedangkan yang di maksud berhati keras itu seperti ini. Pernahkah Anda terbukti bersalah namun sukar sekali mengeluarkan minta maaf? Alasannya: orang yang dimintai maaf lebih muda dari kita, lebih miskin dari kita, atau status jabatannya lebih rendah dari kita. Jika kita penah mengalami demikian atau menyaksikan orang yang berperilaku begitu, yang bersangkutan sesungguhnya telah mengidap penyakit hati yang keras. Surat Al-Baqarah ayat 67-74. Egoisme, gengsi, atau perasaan paling istimewa, biasanya menjadi biang keladi mengapa hati seseorang membatu sehingga sukar dimasuki kebenaran dan kebaikan yang datang dari luar dirinya. Namun, susah disembuhkan bukan berarti tidak bisa diobati. Suatu hari seorang laki-laki datang mengadu kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam tentang hatinya yang keras (qaswatul qalb). Nabi menjawab
: إن أردت تلين قلبك، فأطعم المسكين، وامسح رأس اليتيم
Artinya: “Jika kamu ingin melunakkan hatimu maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak)
Dalam hadits tersebut, Rasulullah menganjurkan orang yang keras hatinya untuk melatih diri berempati dengan orang-orang lemah. Empati tersebut diwujudkan salah satunya dengan memberi makan orang miskin. Makan adalah di antara kebutuhan primer (hâjiyât) setiap manusia. Penghasilan orang miskin sering hanya bisa mencukupi keperluan pokok tersebut tanpa bisa menambah kebutuhan sekunder lainnya. Lebih dari miskin disebut faqîr. Keduanya merupakan kelompok rentan yang sama-sama membutuhkan uluran tangan. Ibnu Rajab al-Hanbali saat menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa bergaul dengan orang-orang miskin dapat meningkatkan rasa ridha dan syukur seorang hamba atas nikmat yang dikaruniakan oleh Allah SWT. Sebaliknya, bergaul dengan orang kaya potensial membuatnya kurang menghargai rezeki yang diterimanya. Selanjutnya adalah mengusap kepala anak yatim. Kata “mengusap” di sini merupakan kiasan dari anjuran untuk menyayangi, berlemah lembut, dan mengayomi mereka. Tentang hal ini, Nabi bersabda:
من مسح رأس يتيم أو يتيمة لم يمسحه إلا لله ، كان له بكل شعرة مرت عليها يده حسنات ، ومن أحسن إلى يتيمة أو يتيم عنده ، كنت أنا وهو في الجنة كهاتين ، وقرن بين أصبعيه
"Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan hanya karena Allah, baginya setiap rambut yang diusap dengan tangannya itu mengalirkan banyak kebaikan, dan barangsiapa berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, aku bersama dia di surga seperti ini (Nabi menyejajarkan dua jarinya).”
Dalam hadits itu, Allah SWT memberikan kebaikan kepada orang-orang yang mengusap kepala anak yatim. Jumlah rambut di hadits ini merupakan ilustrasi dari kebaikan yang tak terhitung sebagaimana tak terhitungnya jumlah rambut kepala orang. Artinya, sebanyak apa kebaikan seseorang kepada anak yatim, sebesar itu pula Allah SWT berikan kebaikan kepadanya. Inilah mengapa hati yang keras menjadi mudah melunak, terbuka terhadap kebenaran dan kebaikan. Sebab, Sang Penguasa Hati sedang berada di pihaknya.
Di atas adalah salah satu cara untuk meredam kerasnya hati. Hati yang keras juga sering menimbulkan kekerasan atau penindasan. Oleh karena di dunia ini ada sebagian orang yang senang menindas yang lemah tetapi takut pada yang kuat, maka dari itu membuat orang-orang timbul semacam kesalahpahaman, mengira bahwa dengan keras mampu melawan yang keras dan menunjukkan bahwa dia seorang yang pandai. Sebenarnya orang kuat yang benar-benar kuat akan menggunakan kelembutan untuk mengatasi kekerasan, hal itu baru benar-benar menunjukkan dia adalah seorang yang bijak!
“Di dunia ini yang paling lemah lembut adalah air, yang keras dan kuat tidak selalu bisa menang, jika posisi ini ditukar. Lemah bisa menjadi lebih kuat, lembut bisa menjadi lebih keras..”
Lebih-lebih jika seseorang sedang berada pada posisi yang lemah dan dalam keadaan yang tidak menguntungkan, ia hanya bisa menggunakan ‘kelembutan melawan kekerasan’ barulah ada jalan menuju kemenangan. Hati seseorang yang baik dan murni itu 'seperti kekerasan dalam kelembutan', dia bisa memenangkan segala kekuatan dan kekerasan apapun yang ada di dunia ini. Ada sebuah cerita :
Di suatu malam yang gelap gulita, seorang laki-kaki yang biasa merampas milik orang lain sedang menguntit seorang wanita di sebuah stasiun metro. Dia mengikuti wanita itu turun di sebuah stasiun kecil yang amat sepi. Ketika itu, malam sudah larut dan sepi, dia bersiap-siap melakukan kekerasan di daerah itu. Dia bergegas melangkah melampaui wanita itu, tidak terduga wanita tersebut mendadak membalikkan badan. Dengan nada yang amat tulus dan menaruh kepercayaan wanita itu mengutarakan permohonan kepada dia, malam telah larut orang yang berlalu lalang sangat sedikit, seorang wanita bila menempuh perjalanan seorang diri kurang aman, dia sangat senang bisa bertemu lelaki itu di sini, dan memohon kepada lelaki itu untuk mengantarkan dia sepanjang perjalanan.
Tingkah laku dari wanita tersebut, membuat lelaki yang bersiap-siap merampas ini seketika itu kehilangan akal, dan bingung, hanya menganggukkan kepala menyanggupi. Di sepanjang perjalanan, wanita itu memperlakukan lelaki itu bagai teman yang sudah lama dikenal dan berbincang-bincang dengan akrabnya, sama sekali tidak ada maksud menganggap lelaki itu sebagai orang jahat apalagi menaruh waspada terhadap dia. Hal tersebut telah membuat lelaki yang sebenarnya ingin melakukan kejahatan terhadap wanita tersebut, tanpa disadari telah mengantar wanita tersebut hingga di depan pintu rumahnya, dan dari awal hingga akhir tidak melakukan suatu tindakan asusila apapun.
Setelah kejadian itu, lelaki tersebut mengingat kembali dan berkata, dia sebenarnya ingin melakukan kekerasan terhadap wanita tersebut, akan tetapi gerak-gerik tingkah laku yang baik dan tulus dari wanita ini, telah membuat sifat kemanusiaan yang terpendam di dalam hatinya itu tergugah dan membuat dia telah membatalkan semua niat jahatnya. Wanita tersebut dalam situasi yang genting telah menunjukkan hati yang tulus dan baik, telah menggugah sisi kebaikan dari sifat kemanusiaan pria itu, juga di dalam situasi yang sangat sulit telah menolong diri sendiri. Cara yang digunakan wanita itu adalah mengunakan kelembutan melawan kekerasan untuk mengubah lelaki itu, sehingga membuat dirinya terhindar dari bencana.
Ada sebuah ungkapan mengatakan, “Empat liang (4 x 50 gram) menggerakkan seribu kati”, yang dibicarakan di sini adalah prinsip ‘kelembutan menaklukkan kekerasan’. Menelusuri sejarah, tidak sulit bisa kita temukan, acapkali orang yang sangat keras mudah sekali ditaklukkan dan dimanfaatkan oleh orang yang lemah lembut. Untuk membawa diri dalam masyarakat lebih dibutuhkan kemahiran menggunakan kelembutan untuk menaklukkan kekerasan. Kebanyakan orang yang bersikap keras, perasaan hatinya mudah tersentuh maka akan sangat mudah membuat orang menjadi kehilangan akal budi, hanya berdasarkan emosional sesaat ia telah memutuskan melakukan atau tidak melakukan suatu hal, ini merupakan ciri khas dari orang yang sifatnya keras, kebetulan juga merupakan titik kelemahan yang mematikan.
Sebongkah batu besar jika jatuh di atas setumpuk kapas, maka bisa dengan mudah terbungkus oleh kapas. Bila memakai kekerasan untuk menaklukkan kekerasan maka kedua-duanya akan menderita kerugian. Jika menjumpai suatu masalah, lebih-lebih dalam keadaan yang sangat mendesak, mereka yang mengerti akan menggunakan kelembutan untuk menaklukkan kekerasan, itu baru merupakan manifestasi dari seorang yang bijak.
No comments:
Post a Comment