Pagi-pagi habis mandi nyeruput kopi, terus sarapan gethuk, rencana SettiaBlog pagi tadi mau bersih - bersih rumput sekitar taman, karena beberapa hari ini sering lihat ular seliweran. SettiaBlog ingat ada janji dengan teman untuk menemani mengerjakan ujian masuk perguruan tinggi. Kebetulan ujiannya jam 9, dan kami standby setengah 9. Sekitar jam 9 lebih 5 menit ujian mulai bisa di buka. Dengan sedikit tegang kami pun log in, ternyata gagal, beberapa kali di coba masih gagal. Waktu cepat berlalu, sudah seperempat jam masih belum bisa log in. Teman SettiaBlog coba chat ke Admin fakultas tersebut. Belum dapat jawaban....peeet...listrik tiba-tiba mati. Kami masih berusaha tenang dan cepat - cepat cari tempat yang ada listriknya. Sekitar 50 m ada warung kopi yang buka kayaknya dia gunakan genset. Kami pun langsung ke situ. Menurut Admin log in harus menggunakan email baru, teman SettiaBlog langsung membuat. Setelah punya email baru, teman SettiaBlog berusaha log in kembali. Sukses. Teman SettiaBlog melihat jam, "waktunya kayaknya ndak cukup untuk kerjakan soal" gumannya. Waktu memang sudah hampir jam 10. Teman SettiaBlog ada dalam dilema, lanjut atau tidak. Teman SettiaBlog chat Admin lagi untuk minta ujian minggu depan dan di terima.
Sekitar jam 2 siang SettiaBlog lenger-lenger (termangu) di kursi panjang. Tidak terima dengan keputusan teman SettiaBlog, masalahnya ini menyangkut masa depannya. SettiaBlog sampai tidak tahu ada orang yang mendekati SettiaBlog, orang tersebut minta air minum, terus SettiaBlog ambilkan. Habis itu orang tersebut pergi. SettiaBlog berdiri, mendekati pohon sikas, biasanya di situ ada ular kecil. Sambil berjalan mengelilingi taman, hati SettiaBlog terus bertanya. Apakah sudah benar keputusan teman SettiaBlog. SettiaBlog coba mengkaji ulang, dalam waktu 1 jam mengerjakan ujian tersebut kayaknya tidak mungkin bisa selesai, paling 50 % dan itu kemungkinan tidak lulus. Kalau di undur minggu depan, peluang bisa tuntaskan ujian lebih besar. Tapi apa benar-benar bisa undur ujian tersebut. Kayaknya keputusan teman SettiaBlog lebih benar. Tak satupun ular SettiaBlog temukan, hampir semua sudah SettiaBlog kelilingi. Ndak mungkin ini, beberapa hari ini SettiaBlog sering lihat ular seliweran di pohon dan bunga. Semoga saja tidak ada lagi ular seliweran di sekitar sini. Mengalami dilema seperti teman SettiaBlog itu memang tidak mudah. Seperti yang di singgung Selena dalam lagu "dilemma" di atas. Teman SettiaBlog cukup tenang dalam menghadapi situasi tersebut, SettiaBlog mungkin ndak bisa menghadapi setenang itu, maaf Selena.
Dalam membuat suatu keputusan, cukup banyak orang yang merasa kesulitan, kebingungan dan ragu-ragu. Banyak hal yang bisa jadi penyebabnya dan yang cukup sering terjadi adalah karena pertentangan antara logika dan suara hati. Ada orang yang lebih memilih untuk mengikuti logika daripada suara hatinya. Sebaliknya, ada pula orang yang lebih memilih mengikuti suara hati daripada logikanya. Hal ini sering menjadi dilema, karena bingung untuk menentukan pilihan yang lebih tepat dan sesuai. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
1. Pertama, sadari kalau logika dan suara hati itu sama pentingnya
Sejatinya, kita memerlukan keduanya dalam kehidupan kita, yakni logika dan suara hati. Ini artinya, baik logika maupun suara hati adalah sama pentingnya. Nah, tiap orang tentu punya alasan sendiri untuk menganggap mana yang lebih penting dalam hidupnya. Hanya saja, saat terjadi konfik antara logika dan suara hati, di sini dilema mulai muncul dan bikin bimbang. Jadi, langkah pertama yang perlu dilakukan untuk mengatasi dilema tersebut adalah menyadari bahwa logika dan suara hati adalah sama pentingnya dalam hidup
2. Coba telusuri pengalaman pribadi Anda sendiri
Bukankah Anda sebetulnya telah dihadapkan dengan berbagai keputusan sejak dulu? Baik itu keputusan kecil atau besar, telusurilah dan jangan lupa untuk direnungkan. Sesungguhnya, pengalaman-pengalaman yang sudah Anda alami bisa jadi salah satu arahan yang tepat dalam membuat keputusan. Bila, berbagai pola dan hasil dari keputusan yang Anda buat mirip dengan yang Anda alami sekarang, maka seharusnya bukan lagi perkara sulit untuk membuat keputusan tersebut. Bukankah Anda juga sering mendengar ungkapan bahwa 'pengalaman adalah guru terbaik'?
3. Bila belum cukup, coba lihat dan dengarkan pengalaman orang lain
Memang, semua pengalaman yang kita alami belum tentu cukup untuk menjadi bahan acuan dalam membuat keputusan. Lalu, bagaimana cara solusi atau alternatif yang bisa dilakukan? Ya, Anda bisa mencoba untuk melihat dan mendengar pengalaman orang lain. Coba , gali pengalaman dari orang-orang yang Anda kenal, siapa tahu pengalaman mereka bisa menjadi pencerahan bagi diri Anda yang saat ini sedang diliputi keraguan dan kesulitan.
4. Jangan terlalu serius, lupakan sejenak pertentangan antara suara hati dan logika
Jika Anda mulai merasa lelah dengan pertentangan antara logika dan suara hati, maka sebaiknya berhenti sejenak dengan segala keruwetan yang terjadi. Jangan terlalu serius ya, cobalah untuk lebih santai untuk menghadapi hal ini. Yakin, dengan mengistirahatkan hati dan pikiran sejenak, Anda akan merasa lebih segar dan mungkin juga akan segera mendapatkan inspirasi dan solusi atas permasalahan tersebut.
5. Keputusan apapun memiliki risikonya masing-masing, yang terpenting siapkan mental dengan baik
Sadarilah kalau tak ada keputusan yang betul-betul bebas dari risiko. Entah apapun keputusan yang Anda lakukan, baik itu mengikuti suara hati atau logika memiliki risikonya masing-masing. Yang terpenting, jangan lupa untuk menyiapkan mental dengan baik agar tidak kecewa dengan hasil dari keputusan tersebut. Jadikan semua keputusan yang telah dibuat sebagai pelajaran berharga untuk ke depannya.
No comments:
Post a Comment