Video klip di atas ada "Wildflower" milik Billie Eilish saat tampil di Amazon Music Songline. Baju yang di kenakan mirip motif baju Surjan Jawa. Lagunya sendiri tentang seseorang dihadapkan sebuah dilema. Dalam menjalani kehidupan, kadang muncul sesuatu yang membuat kita terjebak dalam dilema, bahkan ndak sedikit orang yang akhirnya ganguan psikis karena ndak mampu menghadapi dilema hidupnya. Mengapa dilema hadir? Petanyaan yang juga kadang sulit dijelaskan, tapi yang penting bukan menyesali mengapa dilema mengampiri kita, yang perlu dilakukan adalah bagaimana memanajemen ketika dilema datang dan kita mampu mencarikan solusinya.
Pada dasarnya semua orang pernah mengalami dilema, karena terkadang ada pilihan yang harus kita ambil, seiring waktu dilema dapat aja menghampiri setiap orang, entah suami, istri, anak, orangtua bahkan siapapun. Artinya dilema ndak mengenal batas usia maupun strata sosial. Sebenarnya dilema yang menimpa Anda dan kita semua adalah suatu kewajaran, jangan sampai dilema Anda dan dilema kita, mengurung kita dalam lingkaran "kebingungan" yang menyiksa jiwa.
Semua Manusia memiliki obsesi dan harapan, dan itu bagian dari karakternya, ndak sedikit orang yang berkembang dengan obsesi yang negative. Kadang manusia terjebak pada pilihan yang sulit, terlebih jika menyangkut obsesi dalam hidupnya, maka Rasullullah SAW mengingatkan kepada kita semua bahwa manusia ndak pernah puas dengan apa yang diterimanya, "Jika manusia memiliki dua lembah penuh dengan harta, pasti dia akan mencari lembah harta ketiga. Tidak ada yang bisa memenuhi perut anak adam, selain tanah" HR. Al-Bukhari no. 6436 dan Muslim No. 2462.
Sejatinya kita manusia mudah mengalami dilema dan menjadi galau, karena ndak ada seorangpun manusia yang mengetahui masa depannya. Dan setiap orang pasti memimpikan punya kehidupan yang tentram dan bahagia atau memiliki kehidupan yang sempurna. Namun, faktanya sering ndak seindah seperti apa yang di angan-angankan atau di impikan. Berusaha keras untuk mencapai kesempurnaan justru hanya akan membuat hati kita menjadi semakin ndak pernah tenang. Sulit untuk bersyukur, selalu dan selalu merasa kekurangan. Jika sudah berhasil mencapai sesuatu yang diinginkan, kita akan terus-menerus mencari dan mencapai hal lain untuk memuaskan hati. Padahal, kesempurnaan bukanlah merupakan sebuah jawaban yang tepat, jika kita ingin hidup bahagia. Lebih baik menerima dan mensyukuri dengan semua kekurangan yang ada dan berterima kasih pada diri sendiri karena sudah mampu bertahan hingga saat ini.
Sebenarnya, sempurna dan ketidaksempurnaan hanyalah sebuah ilusi yang kita buat berdasarkan kriteria sendiri. Sehingga terkadang, lupa dengan rasa terima kasih pada diri dan syukur yang akan membuat hati tenang menjadi terlupakan. Maka dari itu, terimalah kekurangan diri dan lengkapilah dengan kelebihan yang kita miliki. Kita sering lupa dan khilaf bahwa terlalu mengejar kesempurnaan hanya membuat kita menjauh dari kesempurnaan itu sendiri. Seringkali manusia terobsesi dengan kesempurnaan. Padahal ketidaksempurnaan adalah guru sekaligus sahabat yang teramat baik. Justru dengan ketidaksempurnaan itu, kita bisa menumbuhkan kesadaran bahwa kita membutuhkan orang lain untuk saling melengkapi dan menyempurnakan diri. Sehingga mampu dan ikhlas menghargai mereka yang berada di sekitar kita.
Dengan ketidaksempurnaan yang kita miliki, justru kita akan sempurna menjadi manusia. Manusia yang utuh, sempurna dan paripurna. Terlebih jika untuk mendapatkan kesempurnaan itu, ada banyak hal berharga yang harus kita korbankan. Teman, keluarga, pencapaian kita sebelumnya, dan kepercayaan orang pada diri kita. Menjadi sempurna itu baik, tetapi lebih sempurna untuk terus menjadi manusia yang lebih baik lagi, dari hari demi hari. Marilah kita menjadi manusia yang sempurna dengan menyadari ketidaksempurnaan yang ada pada diri kita. Menyadari bahwa hidup kita tidaklah sempurna, maka hal itu akan mengajarkan, bahwa hidup kita adalah sebuah proses, yakni dari yang ndak baik menjadi lebih baik. Sedang terlalu mengejar kesempurnaan akan mengurangi syukur atas nilai kita sebagai manusia yang memang ndak akan pernah bisa sempurna. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan roh (ciptaan)-NYA ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur (QS. As-Sajdah Ayat : 9)
Tabiat manusia, memang sedikit sekali yang bersyukur. Sehingga Allah SWT mengingatkan kepada kita bahwa kelengkapan seluruh anggota tubuh kita yang Allah ciptakan hendaknya kita syukuri, sehingga kita mampu beribadah dan aktivitas. Belum lagi curahan rejeki yang begitu banyak, tapi ternyata memang sedikit sekali manusia yang mau bersyukur. Hal ini lah yang menyebabkan Allah SWT mengulang-ulang firman-NYA sampai 31 kali dalam Surat Ar-Rahman, yakni:
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?" (QS. Ar-Rahman Ayat : 77)
Dalam kondisi diberikan kesehatan prima dan waktu luang yang cukup pun, ternyata kita masih aja mengeluh. Bahkan lebih banyak mengeluh daripada syukurnya. Bukti nyata, bahwa kita masih kurang bersyukur dengan kesehatan dan waktu luang adalah ndak memanfaatkan kedua-duanya untuk istiqamah dan qana’ah melakukan amal kebaikan dengan sungguh-sungguh.
Ketidaksempurnaan pada diri kita adalah bentuk ujian dari Allah SWT, apakah kita makin dekat dengan-NYA, apakah kualitas dan kuantitas amal ibadah kita makin meningkat, apakah keimanan dan ketakwaan kita semakin baik?. Semoga Allah SWT senantiasa mengkaruniakan hidayah-NYA kepada kita semua, sehingga kita tetap istiqamah bersyukur atas ketidaksempurnaan yang kita miliki untuk meraih ridha-NYA.
Udah ya, maaf in SettiaBlog lho ya. SettiaBlog mau buat kopi dulu, ini agak dingin suasananya. Tadi Bojonegoro habis di guyur hujan deras.
Pada dasarnya semua orang pernah mengalami dilema, karena terkadang ada pilihan yang harus kita ambil, seiring waktu dilema dapat aja menghampiri setiap orang, entah suami, istri, anak, orangtua bahkan siapapun. Artinya dilema ndak mengenal batas usia maupun strata sosial. Sebenarnya dilema yang menimpa Anda dan kita semua adalah suatu kewajaran, jangan sampai dilema Anda dan dilema kita, mengurung kita dalam lingkaran "kebingungan" yang menyiksa jiwa.
Semua Manusia memiliki obsesi dan harapan, dan itu bagian dari karakternya, ndak sedikit orang yang berkembang dengan obsesi yang negative. Kadang manusia terjebak pada pilihan yang sulit, terlebih jika menyangkut obsesi dalam hidupnya, maka Rasullullah SAW mengingatkan kepada kita semua bahwa manusia ndak pernah puas dengan apa yang diterimanya, "Jika manusia memiliki dua lembah penuh dengan harta, pasti dia akan mencari lembah harta ketiga. Tidak ada yang bisa memenuhi perut anak adam, selain tanah" HR. Al-Bukhari no. 6436 dan Muslim No. 2462.
Sejatinya kita manusia mudah mengalami dilema dan menjadi galau, karena ndak ada seorangpun manusia yang mengetahui masa depannya. Dan setiap orang pasti memimpikan punya kehidupan yang tentram dan bahagia atau memiliki kehidupan yang sempurna. Namun, faktanya sering ndak seindah seperti apa yang di angan-angankan atau di impikan. Berusaha keras untuk mencapai kesempurnaan justru hanya akan membuat hati kita menjadi semakin ndak pernah tenang. Sulit untuk bersyukur, selalu dan selalu merasa kekurangan. Jika sudah berhasil mencapai sesuatu yang diinginkan, kita akan terus-menerus mencari dan mencapai hal lain untuk memuaskan hati. Padahal, kesempurnaan bukanlah merupakan sebuah jawaban yang tepat, jika kita ingin hidup bahagia. Lebih baik menerima dan mensyukuri dengan semua kekurangan yang ada dan berterima kasih pada diri sendiri karena sudah mampu bertahan hingga saat ini.
Sebenarnya, sempurna dan ketidaksempurnaan hanyalah sebuah ilusi yang kita buat berdasarkan kriteria sendiri. Sehingga terkadang, lupa dengan rasa terima kasih pada diri dan syukur yang akan membuat hati tenang menjadi terlupakan. Maka dari itu, terimalah kekurangan diri dan lengkapilah dengan kelebihan yang kita miliki. Kita sering lupa dan khilaf bahwa terlalu mengejar kesempurnaan hanya membuat kita menjauh dari kesempurnaan itu sendiri. Seringkali manusia terobsesi dengan kesempurnaan. Padahal ketidaksempurnaan adalah guru sekaligus sahabat yang teramat baik. Justru dengan ketidaksempurnaan itu, kita bisa menumbuhkan kesadaran bahwa kita membutuhkan orang lain untuk saling melengkapi dan menyempurnakan diri. Sehingga mampu dan ikhlas menghargai mereka yang berada di sekitar kita.
Dengan ketidaksempurnaan yang kita miliki, justru kita akan sempurna menjadi manusia. Manusia yang utuh, sempurna dan paripurna. Terlebih jika untuk mendapatkan kesempurnaan itu, ada banyak hal berharga yang harus kita korbankan. Teman, keluarga, pencapaian kita sebelumnya, dan kepercayaan orang pada diri kita. Menjadi sempurna itu baik, tetapi lebih sempurna untuk terus menjadi manusia yang lebih baik lagi, dari hari demi hari. Marilah kita menjadi manusia yang sempurna dengan menyadari ketidaksempurnaan yang ada pada diri kita. Menyadari bahwa hidup kita tidaklah sempurna, maka hal itu akan mengajarkan, bahwa hidup kita adalah sebuah proses, yakni dari yang ndak baik menjadi lebih baik. Sedang terlalu mengejar kesempurnaan akan mengurangi syukur atas nilai kita sebagai manusia yang memang ndak akan pernah bisa sempurna. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan roh (ciptaan)-NYA ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur (QS. As-Sajdah Ayat : 9)
Tabiat manusia, memang sedikit sekali yang bersyukur. Sehingga Allah SWT mengingatkan kepada kita bahwa kelengkapan seluruh anggota tubuh kita yang Allah ciptakan hendaknya kita syukuri, sehingga kita mampu beribadah dan aktivitas. Belum lagi curahan rejeki yang begitu banyak, tapi ternyata memang sedikit sekali manusia yang mau bersyukur. Hal ini lah yang menyebabkan Allah SWT mengulang-ulang firman-NYA sampai 31 kali dalam Surat Ar-Rahman, yakni:
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?" (QS. Ar-Rahman Ayat : 77)
Dalam kondisi diberikan kesehatan prima dan waktu luang yang cukup pun, ternyata kita masih aja mengeluh. Bahkan lebih banyak mengeluh daripada syukurnya. Bukti nyata, bahwa kita masih kurang bersyukur dengan kesehatan dan waktu luang adalah ndak memanfaatkan kedua-duanya untuk istiqamah dan qana’ah melakukan amal kebaikan dengan sungguh-sungguh.
Ketidaksempurnaan pada diri kita adalah bentuk ujian dari Allah SWT, apakah kita makin dekat dengan-NYA, apakah kualitas dan kuantitas amal ibadah kita makin meningkat, apakah keimanan dan ketakwaan kita semakin baik?. Semoga Allah SWT senantiasa mengkaruniakan hidayah-NYA kepada kita semua, sehingga kita tetap istiqamah bersyukur atas ketidaksempurnaan yang kita miliki untuk meraih ridha-NYA.
Udah ya, maaf in SettiaBlog lho ya. SettiaBlog mau buat kopi dulu, ini agak dingin suasananya. Tadi Bojonegoro habis di guyur hujan deras.
Biar ndak dingin, ini ada cerita candaan.
Dikisahkan ada seseorang yang memiliki kesulitan dalam mengatakan huruf "R", ia datang ke sebuah warung nasi goreng,
"Pak, nasi goyeng nya satu ya pak, yang pedas," katanya memesan dengan mantap.
"Tidak ada mbak."
"Lah itu ada teltulis ditendanya, Pak."
"Itu tulisannya nasi goreng! Kalau nasi goyeng tidak ada! Sana pulang dulu, belajar ngomong nasi goreng!"
Selama tiga hari tiga malam yang keluar dari mulutnya hanyalah "nasi goyeng, nasi goyeng, nasi goyeng" dan setelah genap seminggu berlatih akhirnya ia bisa mengatakan "nasi gorrrrreng" kemudian ia kembali ke warung nasi goreng tersebut.
"Pak pesan nasi gorrrrrengnya satu piring ya Pak, yang pedas," katanya dengan percaya diri.
"Ya, bentar ya, Mbak. Oiya minumnya apa ya?"
“Es jeyuk, Pak."
Yah, alamat disuruh balik lagi deh buat belajar ngomong es jerrruk...
Ini hanya candaan lho ya, sekali lagi maaf in SettiaBlog.
" Tidak pellu menjadi sempulna untuk menginspilasi orang lain. Bialkan olang-olang telinspilasi oleh calamu menangani ketidaksempulnaanmu"
Dikisahkan ada seseorang yang memiliki kesulitan dalam mengatakan huruf "R", ia datang ke sebuah warung nasi goreng,
"Pak, nasi goyeng nya satu ya pak, yang pedas," katanya memesan dengan mantap.
"Tidak ada mbak."
"Lah itu ada teltulis ditendanya, Pak."
"Itu tulisannya nasi goreng! Kalau nasi goyeng tidak ada! Sana pulang dulu, belajar ngomong nasi goreng!"
Selama tiga hari tiga malam yang keluar dari mulutnya hanyalah "nasi goyeng, nasi goyeng, nasi goyeng" dan setelah genap seminggu berlatih akhirnya ia bisa mengatakan "nasi gorrrrreng" kemudian ia kembali ke warung nasi goreng tersebut.
"Pak pesan nasi gorrrrrengnya satu piring ya Pak, yang pedas," katanya dengan percaya diri.
"Ya, bentar ya, Mbak. Oiya minumnya apa ya?"
“Es jeyuk, Pak."
Yah, alamat disuruh balik lagi deh buat belajar ngomong es jerrruk...
Ini hanya candaan lho ya, sekali lagi maaf in SettiaBlog.
" Tidak pellu menjadi sempulna untuk menginspilasi orang lain. Bialkan olang-olang telinspilasi oleh calamu menangani ketidaksempulnaanmu"
No comments:
Post a Comment