Untuk bahasan kali ini SettiaBlog gunakan background rumput di depan pendopo yang SettiaBlog ambil kemaren. Dengan sedikit pengaturan backdrop-filter: blur(5px) brightness(0.9) contrast(1.1), jadilah seperti yang Anda lihat. Ya kalau code yang di gunakan tepat akan bisa di baca. Untuk font nya SettiaBlog gunakan epilogue, karena ini bulan terakhir tahun 2024. Epilog itu kan kata penutup atau kesimpulan yang terdapat di akhir sebuah cerita atau drama. Epilog biasanya berisi pesan moral, amanat, atau hikmah yang bisa diambil dari cerita. Alhamdulillah di akhir tahun ini bisa menutup cerita dengan indah. Untuk video klipnya SettiaBlog ambil dari lagu yang belakangan ini sering masuk Top 100 Music Apple. Dan SettiaBlog pilih "Birds of A Feather" milik Billie Eilish. Tema lagunya c tentang cinta yang obsesif dan posesif, serta komitmen yang kuat antara dua orang.
Komitmen merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, baik dalam konteks pribadi maupun profesional. Secara ilmiah, komitmen dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan psikologis yang mencerminkan keterikatan individu terhadap suatu tujuan, hubungan, atau entitas tertentu. Kekuatan komitmen sendiri telah menjadi subjek penelitian yang menarik dalam berbagai bidang ilmu, termasuk psikologi, sosiologi, dan manajemen.
Dari perspektif psikologi, komitmen melibatkan proses kognitif dan emosional yang kompleks. Teori self-determination menjelaskan bahwa komitmen yang kuat terbentuk ketika seseorang mengintegrasikan tujuan atau nilai-nilai eksternal ke dalam konsep dirinya. Proses ini melibatkan internalisasi, di mana individu mengadopsi tujuan tersebut sebagai bagian dari identitas mereka.
Penelitian neurosains telah mengungkapkan bahwa komitmen berkaitan erat dengan aktivitas di prefrontal cortex, bagian otak yang bertanggung jawab untuk perencanaan, pengambilan keputusan, dan kontrol impuls. Ketika seseorang berkomitmen pada suatu tujuan, terjadi peningkatan aktivitas di area ini, yang membantu mempertahankan fokus dan motivasi dalam jangka panjang.
Studi longitudinal menunjukkan bahwa individu dengan tingkat komitmen yang tinggi cenderung lebih sukses dalam mencapai tujuan mereka. Hal ini dapat dijelaskan melalui konsep “grit” yang dikembangkan oleh psikolog Angela Duckworth, yang menggambarkan ketekunan dan semangat jangka panjang untuk tujuan yang menantang.
Dalam konteks hubungan interpersonal, teori investasi oleh Caryl Rusbult menjelaskan bahwa komitmen terbentuk sebagai hasil dari kepuasan, kualitas alternatif, dan besarnya investasi dalam suatu hubungan. Semakin tinggi tingkat komitmen, semakin besar kemungkinan hubungan tersebut bertahan dan berkembang.
Di bidang organisasi, komitmen karyawan telah terbukti memiliki dampak signifikan terhadap produktivitas dan kinerja perusahaan. Model komitmen organisasi yang dikembangkan oleh Meyer dan Allen mengidentifikasi tiga jenis komitmen: afektif (keterikatan emosional), kontinuans (berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat), dan normatif (berdasarkan rasa kewajiban).
Penelitian meta-analisis menunjukkan bahwa komitmen afektif memiliki korelasi paling kuat dengan hasil kerja yang positif, seperti peningkatan kinerja, perilaku kewargaan organisasi, dan penurunan tingkat turnover. Hal ini menekankan pentingnya membangun koneksi emosional antara karyawan dan organisasi.
Dari sudut pandang evolusioner, kemampuan untuk berkomitmen mungkin telah berkembang sebagai mekanisme adaptif yang memungkinkan manusia untuk bekerja sama dalam kelompok dan membangun hubungan jangka panjang. Komitmen membantu membangun kepercayaan dan timbal balik, yang penting untuk kelangsungan hidup dan reproduksi.
Studi tentang neuroendokrinologi komitmen menunjukkan bahwa hormon oksitosin memainkan peran penting dalam pembentukan dan pemeliharaan ikatan sosial. Pelepasan oksitosin terkait dengan perasaan kepercayaan, empati, dan keterikatan, yang semuanya berkontribusi pada komitmen yang kuat.
Dalam konteks pengambilan keputusan, “efek ikatan” (sunk cost effect) menjelaskan mengapa orang cenderung mempertahankan komitmen mereka bahkan ketika hasilnya ndak menguntungkan. Fenomena ini menunjukkan kekuatan psikologis komitmen dalam memengaruhi perilaku manusia.
Teori disonansi kognitif oleh Leon Festinger juga relevan dalam memahami kekuatan komitmen. Ketika seseorang berkomitmen pada suatu keyakinan atau tindakan, mereka cenderung mencari informasi yang mendukung keputusan mereka dan mengabaikan informasi yang bertentangan untuk menghindari ketidaknyamanan psikologis.
Penelitian tentang penetapan tujuan oleh Edwin Locke dan Gary Latham menunjukkan bahwa komitmen terhadap tujuan yang spesifik dan menantang dapat meningkatkan kinerja secara signifikan. Komitmen membantu mengarahkan perhatian, memobilisasi upaya, meningkatkan ketekunan, dan mendorong pengembangan strategi untuk mencapai tujuan.
Dalam konteks perubahan perilaku, model Transtheoretical oleh Prochaska dan DiClemente menggambarkan komitmen sebagai tahap kritis dalam proses perubahan. Tahap “persiapan” dan “aksi” mencerminkan tingkat komitmen yang tinggi, yang sangat penting untuk keberhasilan perubahan jangka panjang.
Studi tentang resiliensi menunjukkan bahwa individu dengan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan mereka lebih mampu mengatasi kesulitan dan bangkit kembali dari kegagalan. Komitmen memberikan rasa tujuan dan makna yang membantu orang bertahan dalam menghadapi tantangan.
Di bidang ekonomi perilaku, konsep “precommitment” telah digunakan untuk menjelaskan strategi di mana individu sengaja membatasi pilihan masa depan mereka untuk memastikan mereka tetap berkomitmen pada tujuan jangka panjang. Ini menunjukkan kesadaran manusia akan potensi kelemahan diri dan keinginan untuk mengatasi hal tersebut.
Terakhir, penting untuk dicatat bahwa meskipun komitmen memiliki banyak manfaat, komitmen yang terlalu kaku dapat menjadi kontraproduktif. Fleksibilitas dan kemampuan untuk mengevaluasi kembali komitmen secara periodik juga penting untuk adaptasi dan pertumbuhan. Keseimbangan antara keteguhan dan fleksibilitas merupakan aspek kunci dari komitmen yang efektif dan berkelanjutan. Dengan memahami aspek-aspek ilmiah di balik kekuatan komitmen, kita dapat lebih baik dalam memanfaatkan potensinya untuk meningkatkan berbagai aspek kehidupan, mulai dari pengembangan pribadi hingga kinerja organisasi dan hubungan interpersonal.
Komitmen merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, baik dalam konteks pribadi maupun profesional. Secara ilmiah, komitmen dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan psikologis yang mencerminkan keterikatan individu terhadap suatu tujuan, hubungan, atau entitas tertentu. Kekuatan komitmen sendiri telah menjadi subjek penelitian yang menarik dalam berbagai bidang ilmu, termasuk psikologi, sosiologi, dan manajemen.
Dari perspektif psikologi, komitmen melibatkan proses kognitif dan emosional yang kompleks. Teori self-determination menjelaskan bahwa komitmen yang kuat terbentuk ketika seseorang mengintegrasikan tujuan atau nilai-nilai eksternal ke dalam konsep dirinya. Proses ini melibatkan internalisasi, di mana individu mengadopsi tujuan tersebut sebagai bagian dari identitas mereka.
Penelitian neurosains telah mengungkapkan bahwa komitmen berkaitan erat dengan aktivitas di prefrontal cortex, bagian otak yang bertanggung jawab untuk perencanaan, pengambilan keputusan, dan kontrol impuls. Ketika seseorang berkomitmen pada suatu tujuan, terjadi peningkatan aktivitas di area ini, yang membantu mempertahankan fokus dan motivasi dalam jangka panjang.
Studi longitudinal menunjukkan bahwa individu dengan tingkat komitmen yang tinggi cenderung lebih sukses dalam mencapai tujuan mereka. Hal ini dapat dijelaskan melalui konsep “grit” yang dikembangkan oleh psikolog Angela Duckworth, yang menggambarkan ketekunan dan semangat jangka panjang untuk tujuan yang menantang.
Dalam konteks hubungan interpersonal, teori investasi oleh Caryl Rusbult menjelaskan bahwa komitmen terbentuk sebagai hasil dari kepuasan, kualitas alternatif, dan besarnya investasi dalam suatu hubungan. Semakin tinggi tingkat komitmen, semakin besar kemungkinan hubungan tersebut bertahan dan berkembang.
Di bidang organisasi, komitmen karyawan telah terbukti memiliki dampak signifikan terhadap produktivitas dan kinerja perusahaan. Model komitmen organisasi yang dikembangkan oleh Meyer dan Allen mengidentifikasi tiga jenis komitmen: afektif (keterikatan emosional), kontinuans (berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat), dan normatif (berdasarkan rasa kewajiban).
Penelitian meta-analisis menunjukkan bahwa komitmen afektif memiliki korelasi paling kuat dengan hasil kerja yang positif, seperti peningkatan kinerja, perilaku kewargaan organisasi, dan penurunan tingkat turnover. Hal ini menekankan pentingnya membangun koneksi emosional antara karyawan dan organisasi.
Dari sudut pandang evolusioner, kemampuan untuk berkomitmen mungkin telah berkembang sebagai mekanisme adaptif yang memungkinkan manusia untuk bekerja sama dalam kelompok dan membangun hubungan jangka panjang. Komitmen membantu membangun kepercayaan dan timbal balik, yang penting untuk kelangsungan hidup dan reproduksi.
Studi tentang neuroendokrinologi komitmen menunjukkan bahwa hormon oksitosin memainkan peran penting dalam pembentukan dan pemeliharaan ikatan sosial. Pelepasan oksitosin terkait dengan perasaan kepercayaan, empati, dan keterikatan, yang semuanya berkontribusi pada komitmen yang kuat.
Dalam konteks pengambilan keputusan, “efek ikatan” (sunk cost effect) menjelaskan mengapa orang cenderung mempertahankan komitmen mereka bahkan ketika hasilnya ndak menguntungkan. Fenomena ini menunjukkan kekuatan psikologis komitmen dalam memengaruhi perilaku manusia.
Teori disonansi kognitif oleh Leon Festinger juga relevan dalam memahami kekuatan komitmen. Ketika seseorang berkomitmen pada suatu keyakinan atau tindakan, mereka cenderung mencari informasi yang mendukung keputusan mereka dan mengabaikan informasi yang bertentangan untuk menghindari ketidaknyamanan psikologis.
Penelitian tentang penetapan tujuan oleh Edwin Locke dan Gary Latham menunjukkan bahwa komitmen terhadap tujuan yang spesifik dan menantang dapat meningkatkan kinerja secara signifikan. Komitmen membantu mengarahkan perhatian, memobilisasi upaya, meningkatkan ketekunan, dan mendorong pengembangan strategi untuk mencapai tujuan.
Dalam konteks perubahan perilaku, model Transtheoretical oleh Prochaska dan DiClemente menggambarkan komitmen sebagai tahap kritis dalam proses perubahan. Tahap “persiapan” dan “aksi” mencerminkan tingkat komitmen yang tinggi, yang sangat penting untuk keberhasilan perubahan jangka panjang.
Studi tentang resiliensi menunjukkan bahwa individu dengan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan mereka lebih mampu mengatasi kesulitan dan bangkit kembali dari kegagalan. Komitmen memberikan rasa tujuan dan makna yang membantu orang bertahan dalam menghadapi tantangan.
Di bidang ekonomi perilaku, konsep “precommitment” telah digunakan untuk menjelaskan strategi di mana individu sengaja membatasi pilihan masa depan mereka untuk memastikan mereka tetap berkomitmen pada tujuan jangka panjang. Ini menunjukkan kesadaran manusia akan potensi kelemahan diri dan keinginan untuk mengatasi hal tersebut.
Terakhir, penting untuk dicatat bahwa meskipun komitmen memiliki banyak manfaat, komitmen yang terlalu kaku dapat menjadi kontraproduktif. Fleksibilitas dan kemampuan untuk mengevaluasi kembali komitmen secara periodik juga penting untuk adaptasi dan pertumbuhan. Keseimbangan antara keteguhan dan fleksibilitas merupakan aspek kunci dari komitmen yang efektif dan berkelanjutan. Dengan memahami aspek-aspek ilmiah di balik kekuatan komitmen, kita dapat lebih baik dalam memanfaatkan potensinya untuk meningkatkan berbagai aspek kehidupan, mulai dari pengembangan pribadi hingga kinerja organisasi dan hubungan interpersonal.
Untuk video klip kedua SettiaBlog kasih " Midnight Rain" milik Taylor Swift. Karena saat mengetik bahasan ini di luar masih hujan.
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia adalah ibarat air yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah karenanya macam-macam tanaman bumi yang (dapat) dimakan oleh manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, terhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang. Lalu, Kami jadikan (tanaman)-nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan secara terperinci ayat-ayat itu kepada kaum yang berpikir”. (QS Yunus 10 : 24)
Mungkin seringkali kita berfikir, di setiap apa yang kita kerjakan lalu memperoleh hasil dengan sempurna, membuat kita puas akan hasil tersebut, dan berbangga diri bahwa kita mampu untuk meraih hal tersebut dan tanpa sadar menyombongkan diri. Sombong ndak selalu dengan apa yang terucap kepada orang lain, terkadang dengan rasa bangga dalam hati menjadi kesombongan besar di mata Allah SWT yang ndak kita sadari. Maka sebenarnya ndak melakukan apa-apa, hasil yang dicapai oleh kita sebenarnya ndak akan ada tanpa seizin Allah SWT. Karena pada hakikatnya segala yang terjadi di atas muka bumi ini adalah skenario dari yang maha kuasa, Allah SWT, Tuhan semesta Alam.
Semisal orang-orang yang ahli dalam seni pahat, kemudian menyulap pohon-pohon dan bebatuan menjadi karya seni yang begitu menawan. Dengan teknologi yang dicanggihkan, kemudian menciptakan sesuatu yang mustahil untuk dilakukan oleh manusia. Karena hal-hal remeh tersebut kemudian orang tersebut merasa dirinya seolah-olah bisa melakukan apa saja. Padahal segala ide yang terbesit dalam pikiran kita, segala kemampuan yang ada dalam diri kita ndak lain dan ndak bukan karena karunia Allah SWT.
Dunia hanyalah seumuran tumbuhan yang ditanam, setelah itu habis dimakan oleh binatang. Jadi memanglah ndak ada hal istimewa yang patut dibanggakan terlalu berlebih di dunia ini. Terkadang kita bangga akan anak-anak yang kita punya, bangga dengan memperbanyak harta, namun hal-hal tersebut ndaklah lekang oleh waktu, semua itu hanya berlalu sementara lalu hilang tak tersisa. Maka memanglah perlu kita menyadari dengan betul, bahwa kehidupan di dunia hanyalah permainan (yaitu kesenangan yang menipu). Padahal kehidupan akhirat jauh lebih baik yang dijanjikan oleh Allah SWT. Maka perlu kita ubah cara pandang dalam hidup, yaitu melakukan sesuatu hanya berorientasi kepada akhirat, ikhlas lillahita’ala.
Jika tujuannya hanyalah dunia dan untuk memperkaya diri, maka ndak akan ia temukan kecuali kesulitan-kesulitan yang justru ndak akan membuatnya kaya, baik itu kaya hati ataupun kaya dunia. Semua kita niatan lillahi ta’ala. Maka dengan demikian kita termasuk ke dalam salah satu di antara pejuang yang berjuang di jalan Allah SWT. Di antara orang-orang yang berjuang di jalan Allah SWT adalah: orang-orang yang berjuang untuk akhirat dan untuk agama Allah SWT, lelaki yang berusaha menafkahi keluarganya, orang-orang yang mempertahankan hartanya demi akhirat.
Jika ternyata kita kemudian ndak puas dengan apa yang kita dapat, itulah sifat manusia. Manusia memang suka ndak puas dengan apa yang dia peroleh dan dia capai. Maka cara untuk mengendalikannya dengan memperbanyak bersyukur dan qona’ah dan kembali kepada niat awal yaitu lillahita’ala.
Ada beberapa perbuatan yang kalau kita pikirkan itu adalah berorientasi kepada dunia, tapi karena diniatkan untuk akhirat (lillahita’ala), maka perbuatan tersebut akan bernilai akhirat. Begitu juga sebalikanya, beberapa perbuatan yang sebenarnya berorientasi pada akhirat, karena niatnya yang salah, maka perbuatan tersebut ndak bernilai apa di akhirat kecuali hanya berkesan di dunia saja.
Melakukan hal demikian itu memang sulit, beberapa orang mengatakan bahwa surga itu sulit, melakukan sesuatu yang tulus tanpa berharap pamrih dari makhluk sulit, bekerja dengan ndak mengharapkan dunia sulit, hidup di dunia sulit, rezki sulit. Apabila kita berada dalam kesulitan, yakinah bahwa Allah SWT itu Karim, ar-Rohman dan ar-Rohim (maha pengasih dan maha penyayang kepada hambanya).
Yang perlu diingat juga bahwa rezeki itu ndak hanya soal uang, kesehatan jasmani dan rohani, bisa beribadah dan beraktivitas itu juga termasuk rezeki. Jika seorang hamba selalu ikhlas, sabar terhadap ujian, teguh pendirian, dan ndak dzolim, in syaAllah niscaya Allah SWT terima amalannya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kesehatan, bisa menjadikan kita selalu ikhlas dan istiqomah dalam menjalankan peran dan tugas.
Udah ya, hujan udah mulai reda dan jangan di masukkan hati omongan SettiaBlog.
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia adalah ibarat air yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah karenanya macam-macam tanaman bumi yang (dapat) dimakan oleh manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, terhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang. Lalu, Kami jadikan (tanaman)-nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan secara terperinci ayat-ayat itu kepada kaum yang berpikir”. (QS Yunus 10 : 24)
Mungkin seringkali kita berfikir, di setiap apa yang kita kerjakan lalu memperoleh hasil dengan sempurna, membuat kita puas akan hasil tersebut, dan berbangga diri bahwa kita mampu untuk meraih hal tersebut dan tanpa sadar menyombongkan diri. Sombong ndak selalu dengan apa yang terucap kepada orang lain, terkadang dengan rasa bangga dalam hati menjadi kesombongan besar di mata Allah SWT yang ndak kita sadari. Maka sebenarnya ndak melakukan apa-apa, hasil yang dicapai oleh kita sebenarnya ndak akan ada tanpa seizin Allah SWT. Karena pada hakikatnya segala yang terjadi di atas muka bumi ini adalah skenario dari yang maha kuasa, Allah SWT, Tuhan semesta Alam.
Semisal orang-orang yang ahli dalam seni pahat, kemudian menyulap pohon-pohon dan bebatuan menjadi karya seni yang begitu menawan. Dengan teknologi yang dicanggihkan, kemudian menciptakan sesuatu yang mustahil untuk dilakukan oleh manusia. Karena hal-hal remeh tersebut kemudian orang tersebut merasa dirinya seolah-olah bisa melakukan apa saja. Padahal segala ide yang terbesit dalam pikiran kita, segala kemampuan yang ada dalam diri kita ndak lain dan ndak bukan karena karunia Allah SWT.
Dunia hanyalah seumuran tumbuhan yang ditanam, setelah itu habis dimakan oleh binatang. Jadi memanglah ndak ada hal istimewa yang patut dibanggakan terlalu berlebih di dunia ini. Terkadang kita bangga akan anak-anak yang kita punya, bangga dengan memperbanyak harta, namun hal-hal tersebut ndaklah lekang oleh waktu, semua itu hanya berlalu sementara lalu hilang tak tersisa. Maka memanglah perlu kita menyadari dengan betul, bahwa kehidupan di dunia hanyalah permainan (yaitu kesenangan yang menipu). Padahal kehidupan akhirat jauh lebih baik yang dijanjikan oleh Allah SWT. Maka perlu kita ubah cara pandang dalam hidup, yaitu melakukan sesuatu hanya berorientasi kepada akhirat, ikhlas lillahita’ala.
Jika tujuannya hanyalah dunia dan untuk memperkaya diri, maka ndak akan ia temukan kecuali kesulitan-kesulitan yang justru ndak akan membuatnya kaya, baik itu kaya hati ataupun kaya dunia. Semua kita niatan lillahi ta’ala. Maka dengan demikian kita termasuk ke dalam salah satu di antara pejuang yang berjuang di jalan Allah SWT. Di antara orang-orang yang berjuang di jalan Allah SWT adalah: orang-orang yang berjuang untuk akhirat dan untuk agama Allah SWT, lelaki yang berusaha menafkahi keluarganya, orang-orang yang mempertahankan hartanya demi akhirat.
Jika ternyata kita kemudian ndak puas dengan apa yang kita dapat, itulah sifat manusia. Manusia memang suka ndak puas dengan apa yang dia peroleh dan dia capai. Maka cara untuk mengendalikannya dengan memperbanyak bersyukur dan qona’ah dan kembali kepada niat awal yaitu lillahita’ala.
Ada beberapa perbuatan yang kalau kita pikirkan itu adalah berorientasi kepada dunia, tapi karena diniatkan untuk akhirat (lillahita’ala), maka perbuatan tersebut akan bernilai akhirat. Begitu juga sebalikanya, beberapa perbuatan yang sebenarnya berorientasi pada akhirat, karena niatnya yang salah, maka perbuatan tersebut ndak bernilai apa di akhirat kecuali hanya berkesan di dunia saja.
Melakukan hal demikian itu memang sulit, beberapa orang mengatakan bahwa surga itu sulit, melakukan sesuatu yang tulus tanpa berharap pamrih dari makhluk sulit, bekerja dengan ndak mengharapkan dunia sulit, hidup di dunia sulit, rezki sulit. Apabila kita berada dalam kesulitan, yakinah bahwa Allah SWT itu Karim, ar-Rohman dan ar-Rohim (maha pengasih dan maha penyayang kepada hambanya).
Yang perlu diingat juga bahwa rezeki itu ndak hanya soal uang, kesehatan jasmani dan rohani, bisa beribadah dan beraktivitas itu juga termasuk rezeki. Jika seorang hamba selalu ikhlas, sabar terhadap ujian, teguh pendirian, dan ndak dzolim, in syaAllah niscaya Allah SWT terima amalannya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kesehatan, bisa menjadikan kita selalu ikhlas dan istiqomah dalam menjalankan peran dan tugas.
Udah ya, hujan udah mulai reda dan jangan di masukkan hati omongan SettiaBlog.
No comments:
Post a Comment