Apr 2, 2024

Peran Hati Terhadap Religiusitas Individu Dalam Perspektif Psikologi

 


SettiaBlog udah lama ndak menyapa Selena Gomez. Selena video klip di atas ada Joglo Jawa tapi belum selesai. Masih kurang lantainya, masih dalam pengerjaan. Nanti mungkin lantai ke halaman di buat 3 tingkatan. Itu asli kok Selena, di recycle dari rumah Jolglo yang di buat orang Jawa zaman dulu, udah sesuai dengan tata cara membuat rumah Joglo. Terus di tambahin ornamen ukir Jepara pada bagian lisplang dan beberapa bagian lainnya. Untuk lagunya sendiri SettiaBlog kasih "The heart wants what it wants". Tapi benarkah, hati selalu menginginkan apa yang diinginkannya? SettiaBlog ada uraian sedikit. Nafsu, hawa nafsu, keinginan, kecenderungan, dan kemauan sekilas terdengar sama kan ya maksudnya. Tapi sebenarnya memiliki ciri-ciri dan tingkatan yang berbeda lho.

1. Nafsu

Nafsu merupakan dorongan yang ada pada setiap diri manusia dan memberi kekuatan untuk memenuhi kebutuhan hidup tertentu. Meskipun ada hubungannya dengan insting, tapi dari luarnya tidak terlihat sama karena nafsu terlihat dalam berbagai bentuk dan cara.
- Macam-macam nafsu dalam kajian psikologi:

a. Nafsu Individu: misalnya seperti nafsu makan, bermain, bertindak, merusak, berkelahi, berkuasa, dan sebagainya.

b. Nafsu sosial (kemasyarakatan): misalnya nafsu meniru, menikah, berkumpul dengan orang lain, melindungi, mempertahankan diri, mencari ilmu dan lainnya.

- Hubungan Nafsu dengan Perasaan:

Emang ada ya hubungan antara nafsu dan perasaan? Tentu ada, perasaan yang kuat dapat menimbulkan bergeraknya suatu nafsu dan sebaliknya nafsu kadang-kadang dapat menimbulkan perasaan yang hebat dan ada kalanya saat bernafsu akan sesuatu, justru kemampuan berpikir dikesampingkan sehingga kita langsung bertindak tanpa berpikir. Misal, khilaf belanja saat diskon tanpa memikirkan sebenarnya apa yang kita beli tidak bermanfaat sementara masih ada kebutuhan lainnya yang belum terpenuhi.

2. Keinginan

Nafsu yang telah memiliki arah dan tujuan tertentu disebut keinginan. Kalau dorongan sudah menuju ke arah yang nyata atau konkret maka akan terjadi dorongan keras dan terarah pada objek yang dituju. Misalnya, nafsu makan menimbulkan keinginan untuk makan sesuatu, nafsu kerja menimbulkan keinginan untuk mengerjakan sesuatu dan sebagainya.

3. Kecenderungan  (Tendency)

Keinginan yang sering muncul atau timbul disebut juga sebagai kecenderungan. Kecenderungan inilah yang menimbulkan rasa kesukaan agan dan sista terhadap sesuatu.

- Kecenderungan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan:

a. Kecenderungan vital, misalnya hobi makan, hobi ngopi atau merokok, dan sebagainya.

b. Kecenderungan perseorangan, menimbulkan sifat-sifat kikir, egois, dan tamak.

c. Kecenderungan sosial, misalnya persahabatan, persaudaraan, dan berbuat amal.

d. Kecenderungan abstrak yang positif, misalnya taat ibadah pada Tuhan, bersikap jujur, patuh, bertanggung jawab dan masih banyak lagi. Sedangkan kalau kecenderungan yang negatif, misalnya berbohong, melanggar aturan dan segalanya yang berlawanan dengan kecenderungan positif.

4. Hawa Nafsu

Hawa nafsu adalah kecenderungan atau keinginan yang sangat kuat dan mendesak, yang sedikit banyaknya mempengaruhi jiwa seseorang. Dengan adanya hawa nafsu ini seakan-akan keinginan yang lain dikesampingkan, sehingga tinggal satu keinginan saja yang berkuasa dan bergerak dalam kesadaran.

Ciri-ciri hawa nafsu ini ditandai dengan perasaan yang sangat terpengaruh dengan terus munculnya keinginan-keinginan tertentu, sehingga daya pikir justru jadi menurun. Akibat dari hawa nafsu ini hidup jasmani dan rohani seseorang dapat kacau dan terganggu. Hawa nafsu yang banyak muncul, misalnya karena birahi, taruhan, kecanduan obat terlarang, dan sebagainya.

5. Kemauan

Kemauan adalah dorongan dari dalam yang lebih tinggi tingkatannya daripada yang telah dijelaskan di atas. Untuk membedakan kemauan dari yang lainnya, perlu agan dan sista ketahui gejala-gejala kemauan tersebut. Kemauan adalah dorongan dari dalam yang sadar, berdasarkan pertimbangan berpikir dan perasaan, serta seluruh pribadi seseorang yang menimbulkan kegiatan yang terarah pada tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan kebutuhan hidup pribadinya. Misalnya ketika kita menginginkan suatu benda, bisa jadi kita bukan benar-benar menginginkan bendanya tapi orang yang memiliki benda tersebut (yaitu memiliki relasi/ hubungan milik atas benda itu).

Berikutnya, berdasarkan uraian tersebut, coba kita bahas gejalanya satu persatu:

a. Gejala kemauan merupakan dorongan dari dalam yang dimiliki oleh manusia, karena kemauan merupakan dorongan yang disadari dan dipertimbangkan sebelum dilakukan. Oleh karena itu, dorongan ini tidak akan menimbulkan gerak yang tidak disadari, seperti gerak insting dan refleks.

b. Gejala kemauan berhubungan erat dengan satu tujuan. Kemauan mendorong timbulnya minat/ perhatian dan mendorong gerak aktivitas ke arah tercapainya suatu tujuan.

c. Gejala kemauan sebagai pendorong timbulnya perbuatan kemauan didasarkan atas berbagai pertimbangan, baik pertimbangan akal atau pikiran yang menentukan benar atau salahnya perbuatan kemauan, maupun pertimbangan perasaan yang menentukan baik buruknya perbuatan. Maka dalam gejala kemauan terdapat kesejalanan antara dorongan kemauan - pikiran - perasaan - tujuan dan tindakan.

d. Tidak hanya terdapat pertimbangan pikiran dan perasaan saja, tetapi individu bisa memberikan pertimbangan dan pengaruh yang dapat menentukan perbuatan kemauan.

e. Gejala kemauan terkadang memiliki sifat aktif karena timbulnya dorongan tertentu sekaligus timbulnya tujuan apa yang dikehendaki dari dorongan tersebut. Tujuan adalah suatu yang dipandang berguna bagi pribadinya dan demi dorongan akan tercapainya tujuan tersebut melalui suatu kegiatan.

Dengan melihat penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa gejala kemauanlah yang paling memiliki seluk-beluk yang paling kompleks, baik dari segi ciri-ciri maupun prosesnya. Kemauan memiliki peranan yang penting dalam hidup manusia, seperti kata pepatah "Where there is will there is a way". Tapi sekuat-kuatnya usaha manusia, kita tidak bisa memastikan berhasil atau pada akhirnya. Meskipun Allah SWT yang berkehendak, tapi manusia ndak boleh diam dan diwajibkan berusaha yang didasari dengan niat yang baik.

SettiaBlog lanjut ya. Manusia merupakan mahluk jasmani dan makhluk rohani, selain itu manusia juga menjadi makhluk paling unik dan unggul diantara makhluk - makhluk lain ciptaan Allah SWT. Keunggulan tersebut terletak pada intelektual manusia diberikan tanggung jawab sebagai khalifah dimuka bumi ini. Salah satu keistimewaan lainnya yang diberikan pada manusia yaitu terletak pada hatinya, yang mana hati manusia merupakan pusat spiritual yang menjadi sumber cahaya batiniah. Dalam psikologi sufi menjelaskan bahwa hati yang dimaksud bukan dalam artian fisik melainkan dalam arti spiritual yang mana hati ini memuat kecerdasan dan kearifan yang lebih dalam. Hati merupakan tempat makrifat, dan meruapakan kecerdasan yang lebih mendalam dan lebih dasar dari kecerdasan abstrak pada otak. Robert frager dalam bukunya memahami hati manusia sebagai makhluk spiritual, yang mana hati ini tidak dapat dipisahkan dengan yang lainnya bahkan hati saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Dikatakan jika mata hati manusia terbuka, maka mereka dapat melihat sesuatu yang berada dibalik kulit luar dari sesuatu, dan ketika telinga hati mereka yang terbuka maka mereka bisa mendengar kebenaran yang tersembunyi dibalik kata-kata.

Robert Frager mengatakan bahwa hati memiliki 4 struktur yaitu dada, hati, hati lebih dalam, dan lubuk hati terdalam. Keempat struktur ini saling terhubung satu sama lain. Dada ialah lingkaran di bagian luar, hati dan hati-lebih-dalam berada pada kedua lingkaran tengah, sedangkan lubuk-hati-terdalam terletak di pusat lingkaran, dan tiap-tiap struktur tersebut memiliki cahayanya masing-masing. Pendekatan yang menggunakan hati akan melahirkan kebijakan yang sangat arif. Seseorang yang berbuat untuk sesuatu dengan mengikuti kata hati, maka ia akan mendapatkan pengetahuan yang akan mengantarkannya pada kebenaran. Apabila manusia mengenali hatinya sendiri, maka ia akan mengenali pula dirinya sendiri. Dan apabila ia telah mengenali dirinya sendiri, ia akan mengenal pula Tuhannya. Begitu juga sebaliknya jika manusia tidak dapat mengenali hatinya sendiri maka ia takkan mengenali dirinya sendiri. Dan apabila ia ndak dapat mengenali dirinya sendiri, ia takkan mengenali Tuhannya sendiri.

Hati adalah tempat bersemayamnya cinta kepada Tuhan, karena hanya hati yang mampu mengenal Tuhan sehingga ia mencintai-Nya. Seorang pecinta sejati senantiasa bersama-Nya serta mencintai-Nya di setiap waktu, melalui transformasi. Hati memiliki dua makna: Pertama, daging berbentuk pohon cemara yang terletak pada dada sebelah kiri. Di dalamnya terdapat rongga yang berisi darah hitam. Ini adalah sumber ruh. Daging ini, dalam bentuknya seperti itu, terdapat pula pada tubuh binatang dan orang-orang yang sudah mati. Dan kedua, hati yang memiliki kaitan dengan daging ini dinamakan hati yang mengenal Allah SWT. Adapun yang dimaksud hati menurut Frager disini adalah hati spiritual atau seperti yang diungkapkan Ruzbihan Baqli dalam Masyrab al-Arwah; hati yang asli adalah realitas yang diberkati suci dan halus. Realitas yang halus ini adalah tempat dimana terlihat cahaya yang ndak terlihat dan bersumber dari ketentuan ilahi. Bentuk hati bersifat jasmaniyah, namun realitas hati bersifat surgawi, ruhaniyah berkaitan dengan “dominion” (alam malaikat), bercahaya dan ilahiyah. Dalam psikolog Sufi hati memuat kecerdasan dan kearifan yang lebih dalam. Hati adalah tempat ma’rifat, dan merupakan kecerdasan yang lebih dalam dan lebih dasar dari pada kecerdasan abstrak kepada (otak).

Seorang guru sufi menuturkan, “Jika kata-kata berasal dari hati, ia akan masuk ke dalam hati, jika ia keluar dari lisan, maka ia hanya sekadar melewati pendengaran.” Hati janganlah dialah artikan sebagai emosi. Emosi, seperti amarah, rasa takut, dan keserakahan, berasal dari nafs. Ketika manusia berbicara menganai ‘hasrat hati’, mereka biasanya merujuk pada hasrat nafs. Nafs tertarik pada kenikmatan duniawi dan tidak peduli akan Tuhan; sedangkan hati tertarik kepada Tuhan dan hanya mencari kenikmatan di dalam Tuhan. Hati secara langsung beraksi atas setiap pikiran dan tindakan. Seorang sufi kerap berkata bahwa setiap tindakan yang baik memperlembut hati, dan setiap kata dan tindakan yang buruk akan memperkeras hati. Nabi Muhammad SAW. menyebutkan keutamaan hati saat berkata, “Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia sehat, maka seluruh tubuh pun sehat, jika ia sakit, maka seluruh tubuh pun akan sakit. Itulah yang disebut hati.”

Apakah dengan memiliki hati yang baik atau sehat bisa membuat religiusitas kita menjadi lebih sejahtera dalam menjalani kehidupan ? sebelumnya ada beberapa peneliti menemukan bahwa individu yang religius memiliki kepuasan hidup yang lebih tinggi dan cenderung lebih bahagia. Hal tersebut dapat dijelaskan karena religiusitas mempengaruhi berbagai aspek dalam individu misalnya terhadap cara berpikir. Mereka yang religius cenderung memandang hidup dengan lebih positif. Orang yang memandang hidup secara positif tentu akan lebih dapat bersyukur dan puas, sehingga lebih berbahagia.

Ryff (1989) merumuskan konsepsi psychological well-being dari perspektif positive psychological functioning, life span development dan positive mental health. Berdasarkan teori-teori tersebut, Ryff mendefinisikan psychological well-being sebagai kombinasi dari dimensi-dimensi yang mencakup kesejahteraan yang luas, terdiri dari penilaian positif terhadap diri sendiri dan terhadap kehidupan masa lalunya (self-acceptance), suatu rasa untuk terus bertumbuh dan berkembang sebagai individu (personal growth), keyakinan bahwa hidupnya memiliki tujuan dan bermakna (purpose in life), memiliki hubungan yang berkualitas dengan orang lain (positive relations with others), memiliki kapasitas untuk mengatur hidupnya dan dunia sekitarnya dengan efektif (environmental mastery) serta memiliki otonomi (autonomy).

Hurlock (1980) menyebutkan bahwa kesejahteraan psikologis (psychological well being) atau kebahagiaan tergantung dipenuhi atau tidaknya “tiga A kebahagiaan” yaitu acceptance (penerimaan), affection (kasih sayang), dan achievement (pencapaian). Dari uraian di atas kita bisa mengetahui bahwasannya hati dan spiritualitas berkaitan dengan kesejahteraan seseorang walaupun demikian, ndak semua studi menemukan bahwa religiusitas berdampak terhadap kesejahteraan hidup manusia, misalnya individu yang mengalami suatu masalah dapat merasa dihukum oleh sosok ilahi yang dipercayainya dan akibatnya dapat menjadi marah kepada sosok Ilahi tersebut.

Religiusitas dapat didefinisikan sejauh mana seseorang percaya, memandang hal-hal yang terjadi dikehidupan sehari-hari berdasarkan sudut pandang agama dan menerapkan keyakinan agamanya pada kehidupan sehari-hari. Sedangkan psychological well-being menurut Ryff didefinisikan sebagai kombinasi dari dimensi-dimensi yang mencakup kesejahteraan yang luas, terdiri dari penilaian positif terhadap diri sendiri dan terhadap kehidupan masa lalunya (self-acceptance), suatu rasa untuk terus bertumbuh dan berkembang sebagai individu (personal growth), keyakinan bahwa hidupnya memiliki tujuan dan bermakna (purpose in life), memiliki hubungan yang berkualitas dengan orang lain (positive relations with others), memiliki kapasitas untuk mengatur hidupnya dan dunia sekitarnya dengan efektif (environmental mastery) serta memiliki otonomi (autonomy).

Seseorang dengan nilai religiusitas yang tinggi bisa mempengaruhi hidup psychological well-being individu. Karena seseorang yang menanamkan dan mengaitkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-harinya seperti taat beribadah, melakukan hal-hal positif, mengikuti kajian-kajian atau pengajian akan meningkatkan kesejahteraan psikologis dalam diri individu. Dan peran hati disini sebagai pengantar yang nantinya akan muncul kesejahteraan psikologis pada individu, karena segala sifat religiusitas seseorang akan direspon melalui perasaaan yaitu hati, dan hati lah yang menentukan apakah individu pantas mendapatkan kesejahteraan psikologis atau tidaknya dengan apa yang ia lakukan.

Karena sudah dijelaskan diatas menurut Seorang guru sufi, “Jika kata-kata berasal dari hati, ia akan masuk ke dalam hati, jika ia keluar dari lisan, maka ia hanya sekadar melewati pendengaran.” Hati janganlah dialah artikan sebagai emosi. Emosi, seperti amarah, rasa takut, dan keserakahan, berasal dari nafs. Ketika manusia berbicara menganai ‘hasrat hati’, mereka biasanya merujuk pada hasrat nafs. Nafs tertarik pada kenikmatan duniawi dan ndak peduli akan Tuhan; sedangkan hati tertarik kepada Tuhan dan hanya mencari kenikmatan di dalam Tuhan. Hati secara langsung beraksi atas setiap pikiran dan tindakan. Seorang sufi kerap berkata bahwa setiap tindakan yang baik memperlembut hati, dan setiap kata dan tindakan yang buruk akan memperkeras hati. Nabi Muhammad SAW. menyebutkan keutamaan hati saat berkata, “Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia sehat, maka seluruh tubuh pun sehat, jika ia sakit, maka seluruh tubuh pun akan sakit. Itulah yang disebut hati.”
Yang jelas bahasan SettiaBlog ndak usah di masukin hati.

No comments:

Post a Comment