Apr 16, 2024

Hujan Di Ibaratkan Ilmu dan Hidayah, kita adalah Tanahnya

 


Di atas itu ada video klip "rain is pouring". Karena beberapa hari turun hujan yang cukup menyejukkan. Beberapa dari kita tentu sangat senang menikmati momen saat hujan. Aroma dan suara hujan yang menenangkan seolah membuat tubuh dan pikiran menjadi lebih rileks. Para ahli kesehatan mental dan ahli kesehatan, mengatakan bahwa suara hujan memiliki pola yang teratur dan dapat diprediksi. Hujan ibarat ilmu dan hidayah, kita adalah tanahnya.
"Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat." (HR. Bukhari)

Fungsinya Ilmu yang kita cari dan gali adalah  untuk menghidupkan hati yang mati atau untuk membasahi hati yang gersang pada diri kita. Rasulullah SAW memberikan permisalan yang mudah untuk kita pahami yaitu ilmu dan hidayah dengan air hujan, karena air hujan memiliki fungsi yang sama, yaitu membasahi dan menumbuhkan tanaman. Fungsi air hujan inipun akan bermanfaat atau tidak tergantung bagaimana tanah yang dibasahi oleh air hujan, suburkah? atau gersang? atau bahkan subur namun bibit atau biji yang ada adalah biji rerumputan yang tidak bermanfaat? Jika hujan diibaratkan dengan hidayah dan ilmu, maka kita diibaratkan dengan tanahnya. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW:
"Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah utus kepadaku seperti seperti perumpamaan air hujan (ghaits) yang mengenai bumi. Tanah itu menerima air lalu dengannya tumbuh tanaman dan rerumputan yang banyak. Di antaranya hujan juga mengenai tanah cadas yang mampu menahan air, lalu memberikan manfaat kepada manusia dengannya. Mereka bisa minum darinya, mengambil air maupun bercocok tanam dengannya. Adakalanya hujan juga mengenai bidang tanah yang lain seperti tanah gersang. Tanah itu tak bisa menanhan air dan tidak pula tumbuh tanaman darinya. Itulah perumpamaan orang yang faqih perihal agama Allah. Ia bisa mendapatkan manfaat dari ilmu yang Allah ustus diriku dengannya. Dia memiliki ilmu dan mengajarkan ilmunya. Juga perumpamaan orang yang tidak mengangkat kepalanya (untuk ilmu), tidak menerima petunjuk Allah yang aku utus dengannya. (HR Bukhari dan Muslim)
Dari hadis ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik manusia diibaratkan dengan sifat-sifat tanah:

Pertama, seperti tanah subur yang menerima air hujan lalu bisa tumbuh darinya tanaman dan rerumputan. Merekalah yang memiliki diri yang subur, mampu menerima ilmu dan bermanfaat bagi dirinya dan bagi sekitarnya. Seperti sahabat Abu Hurairah ra yang meriwayatkan 5.374 hadis Nabi Muhammad SAW, Abdullah bin Umar ra meriwayatkan 2.630 hadis, Anas bin Malik meriwayatkan 2.286, Abdullah bin Abbas meriwayatkan 1.660 hadits dan sahabat lainnya. Mereka mampu menghafalnya, memahami isinya, mengamalkan dan bisa mengajarkan kepada orang lain. Bahkan ilmunya sampai pada kita dengan berbagai kemudahan untuk memperolehnya. Karena sifat air mengalir, maka begitu pula dengan ilmu, akan dialirkan oleh ahli ilmu menembus zaman dan negeri. Jikalaupun air tidak langsung habis, paling tidak akan tersimpan di dalam bumi dan menjadi mata air yang jernih tersaring oleh tanah.

Kedua, tanah yang mampu menahan air. Di atas tanah tersebut memang tidak tumbuh tanaman, akan tetapi ia bisa menahan atau menampung air. Sehingga orang bisa mengambil manfaat darinya; baik untuk minum, mengairi ladang maupun untuk memberi minum ternak-ternaknya.

Ketiga, tanah gersang. Ketika air hujan mengenai tanah tersebut, tanah itu menyerapnya begitu saja. Tidak ada tanaman yang tumbuh darinya, tidak pula tersisa air di atasnya. Tidak ada pengaruh apa-apa dari air hujan, meskipun hujan telah mengguyurnya. Ini seperti perumpamaan orang yang mendengar ilmu agama, namun tidak tergerak untuk mengambil manfaat darinya. Bahkan ia berpaling darinya. Tidak ada manfaat bagi dirinya dan juga tidak bermanfaat bagi yang lainnya. Sayang seribu sayang, orang yang mendapati hujan emas di depannya, namun tidak tertarik  untuk mengambilnya.  

Bagaimana menyuburkan tanah ini (maksudnya, bagaimana memanfaatkan ilmu yang ada di dalam kita)?

Update dan upgrade  ilmu. Problem kehidupan modern semakin kompleks, membutuhkan ilmu untuk mengarahkan pada jalan yang benar. Ilmu adalah cahaya yang akan menerangi kegelapan  Jika kita duduk di majelis ilmu, ini menunjukkan bahwa kita sedang update dan upgrade ilmu untuk menghidupkan hati kita, menerangi hati, menyehatkan hati dan menyuburkan hati kita.   

Case ilmu. Membiasakan diri menuntut ilmu, maka akan mendekati pintu hidayah dan sinyal keimanan akan semakin kuat, sehingga mendorong kita untuk beramal sholeh. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW tidaklah berdo'a untuk ditambahkan dunia tetapi yang diminta adalah tambahan ilmu “Rabbi Zidni ‘Ilma”, artinya  “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku. ”

Aktivasi Ilmu. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang beraktivitas, bukan ilmu yang hanya tersimpan dan berhenti di kepala, tapi bagaimana ilmu bisa hidup dalam kehidupan diri, keluarga, dan sosial.
Apakah SettiaBlog juga selalu update dan upgrade ilmu. Ya jelaslah, walaupun SettiaBlog masih sering gunakan handphone Symbian untuk membuat bahasan, soal perkembangan ilmu dan teknologi ndak mau ketinggalan. Maaf in SettiaBlog ya, karena ada kalanya saat membuat bahasan SettiaBlog harus melepaskan diri dari belenggu Android dan IOS. Karena untuk menghasilkan ide baru, kita harus berpikir fokus (konvergen) dan berpikir kreatif (divergen).  Kayak misalnya untuk membuat background postingan ini, awalnya banyak banget ide sampai akhirnya SettiaBlog gunakan kombinasi warna menthol, canary, cyan dan java. Udah ya, kok malah ngelantur ngomong yang tidak - tidak. Semoga Allah SWT memberikan taufiq dan hidayah kepada kita semua.

        

No comments:

Post a Comment