Untuk kali ini SettiaBlog memadukan warna puce, light brown, mocha, maroon, mahogany dan beberapa warna lainnya untuk bordernya. Video klip di atas ada "breathe" milik Taylor Swift.
Untuk gambar background pada video, itu ada gambar bulan tertutup awan yang SettiaBlog ambil 2 hari yang lalu sekitar jam satu malam. Malam - malam ngapain SettiaBlog kok masih sempat-sempat nya ambil gambar bulan? Apa menunggu datangnya malam Lailatul Qadar? Ya iyalah, kan SettiaBlog ini umatnya nabi Muhammad SAW. Jujur ae, SettiaBlog malu ngomong kayak gini, karena kelakuan, tindakan dan kesehariannya SettiaBlog masih banyak yang jauh dari tuntunan nabi Muhammad SAW. Maaf ya. Harapan SettiaBlog ndak muluk - muluk kok, semoga Allah SWT memberikan kesadaran penuh kepada SettiaBlog. Agar bisa memasukkan jiwa Al Qur'an dalam diri SettiaBlog dan bisa menjadi pribadi yang Qur'ani. Lirik dalam "breathe" menceritakan keteguhan Taylor Swift dalam menjalani ujian hidup.
Sebagaimana diketahui Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik daripada 1.000 bulan. Al-Qur'an menjelaskannya dalam satu surah yang sering dibaca setiap bulan Ramadhan yaitu Surah Al-Qadr (kemuliaan) terdiri dari 5 ayat.
(1) Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar.
(2) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
(3) Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.
(4) Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.
(5) Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.
Apa arti kemuliaan Lailatul Qadar ? Kenapa Allah SWT memberikan anugerah Lailatul Qadar kepada umat Nabi Muhammad SAW.
1. Karena Lailatul Qadar adalah salah satu anugerah Allah SWT untuk umat Nabi Muhammad SAW. Allah SWT memperlihatkan salah satu kebesaran-Nya agar umat Rasulullah SAW mengingat besarnya nikmat Allah SWT.
2. Karena pendeknya umur umat Nabi Muhammad SAW yang hanya 60-70 tahun dibanding umur umat-umat terdahulu. Allah SWT memberikan kemuliaan malam tersebut untuk mengimbangi dan melampaui ibadah umat terdahulu yang umurnya panjang.
3. Beribadah di malam tersebut lebih baik daripada 1.000 bulan. Allah SWT ingin memuliakan umat Nabi Muhammad SAW dengan melipatgandakan amalan di malam Lailatul Qadar . Amal ibadah di Lailatul Qadar seperti sedekah, shalat, zakat itu lebih baik daripada 1.000 bulan.
Beribadah di malam tersebut lebih baik dari beribadah di 83 tahun 4 bulan. Kerena itu, kejarlah malam Lailatul Qadar di 10 malam terakhir Ramadhan . Dari Ummul Mukminin 'Aaisyah radhiyallahu 'anha berkata:
كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
"Adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, apabila 10 malam terakhir telah masuk, beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya." (HR Al-Bukhari)
Perbanyaklah berdo'a:
اللَّهُمَّ إنَّك عَفْوٌ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annii.
"Ya Allah, sungguh Engkau Maha pemaaf dan pemurah, dan menyukai memberikan maaf, maafkanlah aku".
Dalil-dalil atau pandangan tentang malam Lalilatul Qadar juga pernah diutarakan Imam Ghazali pada kitab I'anah Ath-Tholibin - Juz II halaman 257, yang menyimpulkan: kapan malam Lailatul Qadar tiba dapat dicocokkan dengan hari pertama berpuasa di bulan Ramadan. Berikut adalah rumusan perhitungannya:
Jika awal Ramadan dimulai hari Minggu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29;
Jika awal Ramadan jatuh pada hari Senin, maka malam tersebut jatuh pada malam ke-21;
Jika awal Ramadan bermula hari Selasa, lantas Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27;
Jika awal Ramadan hari Rabu, malam tersebut akan jatuh pada malam ke-29;
Jika awal Ramadan bertepatan hari Kamis, berarti malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25;
Jika awal Ramadan hari Jumat, berarti Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27;
Jika awal Ramadan hari Sabtu, artinya malam tersebut jatuh pada malam ke-23.
Rumusan pendapat Imam Ghazali tentang malam Lailatul Qadar tersebut juga didukung oleh Imam Abu Hasan Asy-Syadzilli (pendiri Tarekat Syadziliyah)-yang termaktub dalam kitab 'I'anah Ath-Tholibin'. Menurut Imam Abu Hasan, sejak ia remaja Lailatul Qadar tidak pernah meleset dari jadwal atau perhitungan Imam Ghazali di atas.
Dengan sederet khazanah keistimewaannya, tampaknya kapan malam Lailatul Qadar tiba, akan selalu menjadi teka-teki keimanan bagi umat Islam dalam menghidupi bulan suci Ramadan. Oleh karena itu, di samping beberapa dasar asumsi di atas, kapan tepatnya malam Lailatul Qadar tiba akan selalu dicari-cari, meski hanya Allah SWT yang lebih mengetahui kepastiannya, sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa hadits di bawah ini. Abu Sa'id RA pernah meriwayatkan kepada Abu Salamah RA mengenai Lailatul Qadar:
"Kami pernah beriktikaf bersama Nabi Muhammad SAW pada 10 hari yang tengah di bulan Ramadan, kemudian pada pagi hari yang kedua puluh beliau keluar dan memberi tahu kami,
'Aku telah diberi tahu tentang tanggal Lailatul Qadar, namun aku lupa, maka carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam yang gasal di akhir Ramadan."
Abu Said kemudian menambahkan,
"Aku bermimpi bahwa aku bersujud di tanah yang berair dan berlumpur. Maka siapa yang telah beriktikaf dengan Rasulullah SAW, hendaklah ia kembali beriktikaf lagi (pada sepuluh malam yang akhir dan gasal tersebut)."
Lantas Abu Sa'id RA merampungkan,
"Kami kembali beriktikaf lagi tanpa melihat segumpal awan pun di langit, tiba-tiba awan muncul dan hujan pun turun sehingga air mengalir melalui atap masjid yang ketika itu terbuat dari pelepah pohon kurma, kemudian shalat dilaksanakan. Saya melihat Rasulullah SAW bersujud di atas tanah yang berair dan berlumpur sehingga saya melihat bekas lumpur di dahi Rasulullah SAW." (Hadis Riwayat Bukhari Nomor 2.016)
Dari riwayat Abdullah bin Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda,
"Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam Ramadan yang akhir, yaitu pada sembilan malam yang pertama (malam ke 21 sampai dengan 29) atau tujuh malam yang akhir (malam ke 23 sampai dengan akhir Ramadan)." (Hadis Riwayat Bukhari Nomor 2.022)
Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW mengatakan, "Carilah Lailatul Qadr pada tanggal-tanggal ganjil dari sepuluh akhir bulan Ramadan." (Hadis Riwayat Bukhari, I, kitab Al-Tarawih, hlm. 225)
Ibnu Umar RA menyebutkan bahwa beberapa orang laki-laki diberi tahu Lailatul Qadar dalam mimpi pada tujuh terakhir (Ramadan), lalu Rasulullah SAW bersabda, "Saya melihat mimpimu sekalian bertepatan dengan malam tujuh terakhir, barangsiapa mencarinya, maka carilah ia pada malam tujuh terakhir." (Hadis Riwayat Muslim Nomor 205/1.165)
Lewat pernyataan-pernyataan di atas, banyak kaum muslimin yang meyakini kalau malam Lailatul Qadar hadir di malam-malam ganjil pada akhir Ramadan, sehingga mereka harus mencarinya-meski kepastiannya sangat tidak bisa ditentukan. Pada pangkalnya, segenap poin yang telah dipaparkan di atas, maka hal yang perlu ditekankan umat Islam saat menyambut Lailatul Qadar adalah untuk terus beribadah kepada-Nya, tanpa perlu merisaukan kapan malam penuh kemuliaan yang disebut istimewa itu sebenarnya tiba, karena sesungguhnya nikmat Allah SWT begitu besar dan tanpa batasan, sehingga satu-satunya yang perlu disiapkan adalah kesungguhan dalam diri; yakni menyiapkan wadah batiniah yang lillahita'ala.
وَمِنۡهُمۡ مَّنۡ يَّقُوۡلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنۡيَا حَسَنَةً وَّفِى الۡاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ (٢٠١) اُولٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ نَصِيۡبٌ مِّمَّا كَسَبُوۡا ؕ وَاللّٰهُ سَرِيۡعُ الۡحِسَابِ (٢٠٢)
Dan di antara mereka ada yang berdo'a, Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka. Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah mereka kerjakan, dan Allah Mahacepat perhitungan-Nya. (QS. Al-Baqarah Ayat 201-202)
Udah ya, ndak usah di masukkan hati omongan SettiaBlog.... Mm-mm, mm-mm-mm-mm The music starts playing like the end of a sad movie It's the kind of ending you don't really wanna see 'Cause it's tragedy and it'll only bring you down Now I don't know what to be without you around
Sebagaimana diketahui Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik daripada 1.000 bulan. Al-Qur'an menjelaskannya dalam satu surah yang sering dibaca setiap bulan Ramadhan yaitu Surah Al-Qadr (kemuliaan) terdiri dari 5 ayat.
(1) Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar.
(2) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
(3) Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.
(4) Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.
(5) Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.
Apa arti kemuliaan Lailatul Qadar ? Kenapa Allah SWT memberikan anugerah Lailatul Qadar kepada umat Nabi Muhammad SAW.
1. Karena Lailatul Qadar adalah salah satu anugerah Allah SWT untuk umat Nabi Muhammad SAW. Allah SWT memperlihatkan salah satu kebesaran-Nya agar umat Rasulullah SAW mengingat besarnya nikmat Allah SWT.
2. Karena pendeknya umur umat Nabi Muhammad SAW yang hanya 60-70 tahun dibanding umur umat-umat terdahulu. Allah SWT memberikan kemuliaan malam tersebut untuk mengimbangi dan melampaui ibadah umat terdahulu yang umurnya panjang.
3. Beribadah di malam tersebut lebih baik daripada 1.000 bulan. Allah SWT ingin memuliakan umat Nabi Muhammad SAW dengan melipatgandakan amalan di malam Lailatul Qadar . Amal ibadah di Lailatul Qadar seperti sedekah, shalat, zakat itu lebih baik daripada 1.000 bulan.
Beribadah di malam tersebut lebih baik dari beribadah di 83 tahun 4 bulan. Kerena itu, kejarlah malam Lailatul Qadar di 10 malam terakhir Ramadhan . Dari Ummul Mukminin 'Aaisyah radhiyallahu 'anha berkata:
كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
"Adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, apabila 10 malam terakhir telah masuk, beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya." (HR Al-Bukhari)
Perbanyaklah berdo'a:
اللَّهُمَّ إنَّك عَفْوٌ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annii.
"Ya Allah, sungguh Engkau Maha pemaaf dan pemurah, dan menyukai memberikan maaf, maafkanlah aku".
Dalil-dalil atau pandangan tentang malam Lalilatul Qadar juga pernah diutarakan Imam Ghazali pada kitab I'anah Ath-Tholibin - Juz II halaman 257, yang menyimpulkan: kapan malam Lailatul Qadar tiba dapat dicocokkan dengan hari pertama berpuasa di bulan Ramadan. Berikut adalah rumusan perhitungannya:
Jika awal Ramadan dimulai hari Minggu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29;
Jika awal Ramadan jatuh pada hari Senin, maka malam tersebut jatuh pada malam ke-21;
Jika awal Ramadan bermula hari Selasa, lantas Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27;
Jika awal Ramadan hari Rabu, malam tersebut akan jatuh pada malam ke-29;
Jika awal Ramadan bertepatan hari Kamis, berarti malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25;
Jika awal Ramadan hari Jumat, berarti Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27;
Jika awal Ramadan hari Sabtu, artinya malam tersebut jatuh pada malam ke-23.
Rumusan pendapat Imam Ghazali tentang malam Lailatul Qadar tersebut juga didukung oleh Imam Abu Hasan Asy-Syadzilli (pendiri Tarekat Syadziliyah)-yang termaktub dalam kitab 'I'anah Ath-Tholibin'. Menurut Imam Abu Hasan, sejak ia remaja Lailatul Qadar tidak pernah meleset dari jadwal atau perhitungan Imam Ghazali di atas.
Dengan sederet khazanah keistimewaannya, tampaknya kapan malam Lailatul Qadar tiba, akan selalu menjadi teka-teki keimanan bagi umat Islam dalam menghidupi bulan suci Ramadan. Oleh karena itu, di samping beberapa dasar asumsi di atas, kapan tepatnya malam Lailatul Qadar tiba akan selalu dicari-cari, meski hanya Allah SWT yang lebih mengetahui kepastiannya, sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa hadits di bawah ini. Abu Sa'id RA pernah meriwayatkan kepada Abu Salamah RA mengenai Lailatul Qadar:
"Kami pernah beriktikaf bersama Nabi Muhammad SAW pada 10 hari yang tengah di bulan Ramadan, kemudian pada pagi hari yang kedua puluh beliau keluar dan memberi tahu kami,
'Aku telah diberi tahu tentang tanggal Lailatul Qadar, namun aku lupa, maka carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam yang gasal di akhir Ramadan."
Abu Said kemudian menambahkan,
"Aku bermimpi bahwa aku bersujud di tanah yang berair dan berlumpur. Maka siapa yang telah beriktikaf dengan Rasulullah SAW, hendaklah ia kembali beriktikaf lagi (pada sepuluh malam yang akhir dan gasal tersebut)."
Lantas Abu Sa'id RA merampungkan,
"Kami kembali beriktikaf lagi tanpa melihat segumpal awan pun di langit, tiba-tiba awan muncul dan hujan pun turun sehingga air mengalir melalui atap masjid yang ketika itu terbuat dari pelepah pohon kurma, kemudian shalat dilaksanakan. Saya melihat Rasulullah SAW bersujud di atas tanah yang berair dan berlumpur sehingga saya melihat bekas lumpur di dahi Rasulullah SAW." (Hadis Riwayat Bukhari Nomor 2.016)
Dari riwayat Abdullah bin Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda,
"Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam Ramadan yang akhir, yaitu pada sembilan malam yang pertama (malam ke 21 sampai dengan 29) atau tujuh malam yang akhir (malam ke 23 sampai dengan akhir Ramadan)." (Hadis Riwayat Bukhari Nomor 2.022)
Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW mengatakan, "Carilah Lailatul Qadr pada tanggal-tanggal ganjil dari sepuluh akhir bulan Ramadan." (Hadis Riwayat Bukhari, I, kitab Al-Tarawih, hlm. 225)
Ibnu Umar RA menyebutkan bahwa beberapa orang laki-laki diberi tahu Lailatul Qadar dalam mimpi pada tujuh terakhir (Ramadan), lalu Rasulullah SAW bersabda, "Saya melihat mimpimu sekalian bertepatan dengan malam tujuh terakhir, barangsiapa mencarinya, maka carilah ia pada malam tujuh terakhir." (Hadis Riwayat Muslim Nomor 205/1.165)
Lewat pernyataan-pernyataan di atas, banyak kaum muslimin yang meyakini kalau malam Lailatul Qadar hadir di malam-malam ganjil pada akhir Ramadan, sehingga mereka harus mencarinya-meski kepastiannya sangat tidak bisa ditentukan. Pada pangkalnya, segenap poin yang telah dipaparkan di atas, maka hal yang perlu ditekankan umat Islam saat menyambut Lailatul Qadar adalah untuk terus beribadah kepada-Nya, tanpa perlu merisaukan kapan malam penuh kemuliaan yang disebut istimewa itu sebenarnya tiba, karena sesungguhnya nikmat Allah SWT begitu besar dan tanpa batasan, sehingga satu-satunya yang perlu disiapkan adalah kesungguhan dalam diri; yakni menyiapkan wadah batiniah yang lillahita'ala.
وَمِنۡهُمۡ مَّنۡ يَّقُوۡلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنۡيَا حَسَنَةً وَّفِى الۡاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ (٢٠١) اُولٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ نَصِيۡبٌ مِّمَّا كَسَبُوۡا ؕ وَاللّٰهُ سَرِيۡعُ الۡحِسَابِ (٢٠٢)
Dan di antara mereka ada yang berdo'a, Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka. Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah mereka kerjakan, dan Allah Mahacepat perhitungan-Nya. (QS. Al-Baqarah Ayat 201-202)
Udah ya, ndak usah di masukkan hati omongan SettiaBlog.... Mm-mm, mm-mm-mm-mm The music starts playing like the end of a sad movie It's the kind of ending you don't really wanna see 'Cause it's tragedy and it'll only bring you down Now I don't know what to be without you around
No comments:
Post a Comment