Video klip di atas adalah deburan ombak yang tenang dari Laut Utara Jawa, ini SettiaBlog ambil di Sarang. Di balik ketenangan ombak inilah tersimpan kejayaan dan kebesaran bangsa Indonesia di masa lampau. Semua tentu masih ingat kan ya, dengan eyang SettiaBlog Ratu Pantai Utara, Ratu Sima atau Si Ratu Adil. Terima kasih untuk semuanya, yang telah berjuang tanpa lelah mencari peradaban bangsa Indonesia yang selama ini terbenam. Lagunya sendiri "oceans", lagunya sendiri bercerita tentang seseorang yang sedang melangkah dalam situasi yang penuh ketidakpastian, namun tetap percaya penuh akan Allah SWT yang pasti akan menyertainya.
"Pantai itu menyenangkan, sedangkan gunung itu menenangkan."
"Perahu layar dibuat bukan untuk diikat di pantai, tapi untuk mengarungi ganasnya ombak di tengah lautan."
Banyak orang di dunia ini menyukai laut dengan begitu banyak pernak-pernik di dalamnya. Banyak keindahan yang bisa ditemui di laut, dan salah satunya adalah pantainya yang begitu Indah. Pantai dengan deru ombak yang mengalir menjadi tempat bermain air yang sangat menyenangkan bagi banyak orang. Orang bisa bermain banana boat, naik perahu ke tengah laut, ataupun bermain jetski. Bagi yang tidak mau berenang, bermain pasir membentuk bangunan, lubang besar, benteng, ataupun berbagai bentuk lain juga tidak kalah mengasyikkan.
Salah satu yang sering menjadi perhatian di beberapa pantai yang terutama mempunyai ombak besar adalah para peselancar. Para peselancar adalah para penakluk ombak, di mana mereka justru mencari dan menunggu ombak besar yang datang untuk ditaklukkan. Bagi banyak orang, ombak besar merupakan salah satu hal yang perlu dijauhi karena berbahaya buat keselamatan. Sekali digulung ombak, orang akan kesulitan untuk bisa melepaskan diri dan bisa-bisa terbawa ke tengah laut. Sebaliknya, bagi peselancar, justru hidup mereka sangat tergantung dari besarnya ombak yang datang kepada mereka. Saat ombak datang, mereka menanti saat yang tepat untuk bisa menunggangi ombak tersebut dengan selancar yang mereka bawa. Penempatan waktu (timing) yang tepat sangat menentukan apakah mereka berhasil berselancar dengan baik atau tidak.
Ombak di laut, sebagaimana kehidupan sering datang melalui apa yang disebut sebagai tantangan ataupun rintangan. Banyak orang menghindari tantangan atau rintangan ini karena tidak berani menghadapi berbagai risiko yang mungkin timbul. Padahal, jika orang tahu bagaimana menaklukkan ombak, tidak hanya kepuasan batin luar biasa yang didapatkan, tetapi juga penampilan ciamik yang indah dipandang banyak orang. Ombak di laut, seperti sebuah ujian apakah seorang peselancar mampu mengatasinya atau tidak. Dan sekali peselancar mampu mengatasi ombak, tidak berhenti di situ. Ombak itu adalah ujian pertama, dan selanjutnya ia akan terus diuji bagaimana menaklukkan ombak yang jauh lebih besar di tempat lain. Begitu seterusnya, sebagaimana dalam hidup yang juga mengalami banyak ujian. Sebagaimana ujian yang mesti dihadapi oleh anak-anak sekolah, pada setiap fase kehidupan, kita selalu mengalami hal yang kurang lebih mirip, menghadapi berbagai ujian. Ujian diperlukan untuk melihat dan mengevaluasi apakah belajar kita sudah memberikan hasil maksimal atau belum. Jika kita berhasil melewati ujian tersebut, maka kita dinyatakan lulus atau naik kelas. Dan yang menarik, kenaikan kelas atau kelulusan bukan berarti kita mendapatkan hal yang lebih mudah. Sebaliknya, kenaikan kelas dan kelulusan itu adalah awal dari kita belajar lagi hal-hal yang lebih sulit untuk kemudian mendapatkan ujian yang lebih sulit juga.
Sekolah merupakan salah satu proses pembelajaran yang baik buat kehidupan. Dalam setiap fase kehidupan, kita menghadapi berbagai tantangan dan ujian. Dalam setiap fase ujian tersebut kita akan melihat apakah proses pembelajaran selama ini bisa berhasil atau tidak. Jika kita bisa melewati masa-masa ujian itu dengan baik, maka kita akan naik ke kelas yang lebih tinggi. Namun itu tidak berarti akan menjadi lebih mudah, di kelas yang lebih tinggi akan jauh lebih sulit ujian yang harus dilewati. Saat kita bekerja dalam posisi staf misalnya, berbagai ujian harus kita lewati, mulai dari banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan, terkadang harus sampai lembur tetapi bayarannya kurang, atasan yang tidak koperatif dan komunikatif, hasil kerja yang kurang dihargai, dan berbagai hal lain yang dirasa mungkin tidak mengenakkan. Tetapi kita harus melewati masa-masa itu karena memang di situlah kita ditempa untuk menjadi pekerja yang lebih tangguh.
Kita ditempa dengan berbagai tekanan kerja yang ada apakah mampu untuk menghadapi dan menyelesaikan permasalahan tersebut sebaik-baiknya. Jika kita kemudian dengan berbagai tantangan tersebut kalah, sering mengeluh, dan tidak bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik, tentu saja akan sulit bagi kita untuk bisa naik kelas ke jenjang lebih tinggi. Hal terpenting bagi kita adalah bagaimana kita menghadapi persoalan dan tantangan tersebut dengan sebaik-baiknya dengan segala kesungguhan dan potensi yang kita miliki agar kita siap untuk bisa naik kelas. Karena bagaimanapun, untuk bisa naik kelas menjadi supervisor atau manager, tantangan yang kita hadapi akan jauh lebih sulit dibandingkan sekarang. Seperti pepatah tentang sebuah pohon, semakin tinggi menjulang, semakin deras angin yang akan menerpa. Semakin tinggi kedudukan yang kita miliki, akan semakin banyak tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Dan bukan perkara mudah untuk mengubah mental dan sikap kita, karena itulah mesti dibentuk dari sekarang. Sebuah keramik terbentuk menjadi keramik yang indah dan mahal karena dia ditempa oleh panas yang tinggi, ditekan dalam tekanan yang besar, dipukul-pukul, dipahat, dicat, dan dibentuk selama kurun waktu tertentu. Onggokan tanah itu, jika tidak mau dibentuk dan hanya mau enak-enakan, hanya akan menjadi onggokan tanah, tidak pernah akan bisa menjadi keramik. Sama dengan diri kita sendiri, jika hanya ingin enak-enakan, tidak mau menghadapi tantangan kehidupan yang keras, tidak mau belajar dari kesalahan, tidak berani menghadapi kegagalan, maka hidup kita tidak akan pernah naik kelas yang lebih tinggi.
Sebenarnya, kesulitan dan tantangan hidup adalah cara terbaik bagi kita untuk meningkatkan diri. Kuncinya adalah bagaimana kita mau berpikir dan bekerja keras mencari solusi dari permasalahan yang ada. Dengan selalu berpikir kreatif, maka kita akan menemukan berbagai alternatif penyelesaian yang mungkin belum pernah kita bayangkan. Selanjutnya adalah mau bekerja keras mencari berbagai solusi tersebut. Tidak ada satupun di dunia ini permasalahan yang tidak ada jalan keluarnya. Tinggal kita bagaimana berpikir dan bekerja keras mencarinya. Semakin serius kita pikirkan dan kita kerjakan, maka jalan keluar dari setiap permasalahan akan segera kita selesaikan. Masalahnya, yang sering terjadi, permasalahan itu kita pikirkan terus menerus, tetapi selesai cuma dipikirkan saja dan tidak dikerjakan. Akibatnya, semakin hari semakin banyak permasalahan yang harusnya kita bisa selesaikan, hanya berhenti di pikiran. Beban itu akhirnya semakin berat dan semakin rumit. Di situlah, kemampuan kita mengurai setiap permasalahan menjadi penting. Dengan mengurai satu persatu permasalahan yang ada, diselesaikan dengan baik, maka akan bisa meringankan beban pikiran kita.
Jangan menunggu untuk menyelesaikan segera masalah yang kita hadapi, agar tidak menjadi besar. Jika kita mengakhirkan hari ini, percayalah, besok juga masalah tersebut harus diselesaikan. Karena itu, semakin cepat sebuah masalah terselesaikan akan semakin baik buat kita karena beban hidup kita akan menjadi jauh lebih ringan. Jika manajemen masalah ini bisa kita lakukan dengan baik, akan memudahkan kita untuk menghadapi tantangan ke depan yang jauh lebih besar. Toh kita akan mengalaminya bukan? Jika kita berani bermimpi untuk menjadi orang yang lebih sukses, kita juga mesti berani menghadapi tantangan yang lebih besar. Jika tidak berani? ya, tinggal kelas, dong……
Kalau ini ada video klip "stronger".
Karena, bahasan ini hanya SettiaBlog peruntukkan bagi orang yang berani berjuang dalam hidup, bukan untuk pecundang yang hanya menertawakan dan sibuk mencari kesalahan orang lain.
“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS Al-Baqarah: 200-201).
Sebagai seorang Muslim kita dianjurkan untuk mempergunakan waktu sebaik mungkin karena merugilah bagi orang-orang yang menyia-nyiakan waktunya (QS. Al-‘Ashr 1-3). Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada untuk meningkatkan kualitas amal ibadah kita setiap hari karena orang yang amal ibadahnya hari ini sama dengan hari kemaren adalah orang yang merugi dan orang yang amal ibadahnya hari ini lebih baik dari hari kemaren adalah orang yang beruntung. Pepatah Arab mengatakan “Waktu itu laksana pedang, jika kamu tidak memamfaatkannya maka ia akan menebasmu”. Maka merupakan suatu kebijaksanaan jika kita meningkatkan kualitas amal ibadah kita dari waktu ke waktu. Untuk mencapai kualitas kesuksesan yang berorieantasi bukan hanya pada kehidupan dunia tapi juga untuk kehidupan akhirat atau boleh saya sebut dengan “Kesuksesan Prophetic”, maka Islam telah mengajarkannya kepada kita.
“Sukses”, siapa c yang ndak familiar dengan kata yang satu ini?
Setiap orang pasti ingin menjadi orang yang ingin sukses, baik itu sukses dalam belajar, sukses dalam membina keluarga, sukses dalam berusaha, sukses dalam karier, dan lain - lain. Tapi tidak semua orang bisa meraih yang namanya “sukses”. Bisa jadi ini terjadi karena diferensiasi metode yang dilakukan orang dalam meraih sukses dan tingkat ketekunan dan kegigihan (keistiqomahan) mereka. Orang yang bisa meraih kesuksesan dalam hidupnya pasti akan senang dan selalu optimis, begitu juga sebaliknya orang yang gagal dalam hidupnya akan pesimis dalam menjalani hidup. Karena itulah watak manusia, mereka tidak bisa mengambil pelajaran (i’tibar/faedah) dibalik realita. Dilain sisi, orang pada umumnya mengidentikkan sukses dengan kebebasan financial, punya asset yang banyak, penghasilan di atas 50 juta perbulan, punya rumah dan mobil mewah. Itu kan hanya persepsi nafsu duniawi belaka, tapi realitanya banyak mereka yang punya banyak asset, penghasilan di atas 50 juta perbulan, rumah dan mobil mewah tapi hati mereka tidak tenang setenang seperti apa yang orang miskin banyak pikirkan, jiwa mereka penuh dengan was-was. Namun, tidak sedikit orang yang hidupnya sederhana bisa ‘sukses’ dalam hidupnya, hatinya tenang dan bahagia.
Nah, sekarang bukan saatnya lagi pola pikir kita dikuasai dengan yang namanya ‘sukses berarti bebas finansial’, tapi bukan berarti kita menafikkan pentingnya finansial, bahkan sangat penting. Oleh karena itu kita harus berhijrah metode meraih sukses dari ‘persepsi financial, duniawi, dan nafsu belaka’ kepada sukses dengan ‘kekuatan spritual, kenabian atau prophetic, ukhrawi’ yang akan mengantarkan hidup kita ‘sukses financial’ dan sukses ‘jiwa atau ruh’ artinya apa yang diraih dan diikhtiarkan untuk duniawiah berbuah pahala dan kebaikan juga untuk ukrawi dan ruhiah kita.
Langkah sukses pertama, istifaedah, orang bijak selalu bilang “semua peristiwa itu ada hikmahnya”, dalam Al-Quran Allah ta’ala juga berfirman ”Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan. (Qs Al-Hasyr: 2).
Allah ta’ala tidak pernah sia-sia dalam menciptakan segala sesuatu. Dia menciptakan surga supaya manusia cenderung kepada-Nya, Dia menciptakan neraka supaya manusia takut dengan siksaaan-Nya dan senantiasa menjauhi dosa, Allah ta’ala menciptakan manusia yang jahat agar manusia yang hasan (baik) bisa menasehati dan saling tolong menolong untuk kebaikan dan taqwa (lihat QS Al-Maidah: 2). Begitu juga kita dalam menghadapi kehidupan dibalik kegagalan yang kita hadapi pasti ada hikmahnya dan dibalik kesuksesan yang kita miliki juga ada hikmahnya karena Allah ta’ala tidak mungkin menciptakan sesuatu tanpa hikmah. Maka, hanya orang-orang yang memiliki wawasan (ilmu) lah yang bisa mengambil faedah dibalik realita kehidupan.
Kedua, istiqamah atau teguh pendirian, roda kehidupan memang tidak selalu berada di atas terkadang kita berada di bagian bawah, badai disertai angin kencang dan hujan selalu menerjang biduk kehidupan yang kita tumpangi, sehingga membuat kita oleng kekiri ataupun kekanan, terkadang biduk kita hampir tenggelam bahkan ada yang tenggelam karena terpaan badai yang kuat dan besar. Namun, orang yang optimis, pantang menyerah dan teguh pendirian akan berusaha sekuat tenaga mencapai pulau sukses mereka “patah dayungnya mereka gunakan tangan sebagai penggantinya, robek layarnya mereka ganti dengan baju mereka, tenggelam biduk mereka, mereka berenang mengarungi lautan walaupun terkadang terombang ambing terhempas ombak”.
Orang sukses semuanya berangkat dari perjuangan kecil yang mereka rintis, ini realita kalu kita belajar dari orang-orang sukses yang ada di Indonesia boleh kita lihat biografi mereka, ada yang sekolah sambil jualan di pasar, jadi buruh, jualan gorengan sambil sekolah, dll. Atau para pengusaha yang sukses mereka terkadang juga ada yang bangkrut alias gulung tikar, tapi mereka berusaha bangkit dan bangkit. Ingatlah, tidak semua orang mengarungi samudra dengan kapal yang besar, tapi banyak diantara mereka yang mengarungi samudra dengan biduk kecil, namun mengapa mereka berhasil? Jawabannya “istiqamah”, Allah ta’ala berfirman “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum mereka sendiri yang merubah nasibnya”.(QS Ar-Ra’ad: 11).
Ketiga, istisyarah, Allah ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka".(QS As-Syura: 38).
Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa merupakan suatu kewajiban untuk bermusyawarah dalam urusan dunia. Dalam bermusyawarah akan muncul solusi-solusi bermutu dan ide-ide cemerlang yang bisa membantu penyelesaian masalah, karena Allah ta’ala akan membukakan jalan permasalahan bagi siapa yang mengharap rahmat dari musyawarah itu. Orang Minang punya pepatah “duduak surang basampik-sampik, duduak basamo balapang-lapang” artinya menyelesaikan masalah tanpa musyawarah itu sulit, tapi jika dengan musyawarah masalah itu cepat terselesaikan. Pepatah ini senada dengan apa yang Allah ta’ala perintahkan dalam al-Qur’an “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu”. (QS Al-Mujadalah: 11).
Keempat, istikharah, hidup itu terkadang pilihan, dalam perkara apaupun kita selalu dihadapkan kepada pilihan. Masing-masing pilihan mesti punya konsekuensi yang terkadang kita ragu dalam menentukan pilihan kita karena mempetimbangkan konsekuensi dari pilihan itu. Banyak orang menyesal setelah mereka menentukan pilihan mereka dan gagal bahkan mereka mengumpat diri mereka sendiri. Ini tentu sangat berbeda dengan orang yang ‘istikharah’, dalam menentukan pilihan mereka selalu meminta pertolongan Allah ta’ala. Kalau pilihan mereka itu berakibat baik pada diri mereka maka mereka akan bersyukur pada Allah ta’ala, tapi jika pilihan mereka itu membuat mereka rugi atau buruk bagi mereka, mereka tetap sabar dan yakin bahwa dibalik realita ini pasti Allah ta’ala mempersiapkan kebaikan yang banyak. Itulah bedanya orang yang istikharah dan yang tidak. “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)”. (QS Al-Qashas: 68).
Oleh karena itu, bawalah Allah ta’ala setiap anda akan menentukan pilihan, insya Allah ta’ala anda akan mendapatkan kebaikan yang banyak.
Kelima, istijabah, kewajiban manusia adalah berikhtiar (berusaha), apa yang menjadi hasilnya nanti adalah urusan Allah ta’ala. Namun disamping itu kita juga harus ber-istijabah (berdo’a atau memohon) kepada Allah ta’ala sebagai penguat ikhtiar yang telah kita usahakan. Ber-istijabah kepada Allah ta’ala merupakan suatu ibadah sebagaimana perintah Allah ta’ala “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” .(QS Al-Mu’min: 60) (yang dimaksud menyembah-Ku adalah beribadah kepada-Ku). Di surat lain Allah ta’ala juga berfirman ” Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” . (QS Al-Baqarah: 186).
Sebagai seorang Muslim yang menjadi patokan kesuksesan kita adalah Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Dan para sahabat-sahabatnya, misalnya Umar radiyallahu ‘anhu memiliki 70.000 property, Usman radiyallahu ‘anhu memiliki property disepanjang wilayah Aris dan Khibar, belum lagi sahabat Abdurrahman bin Auf, Amru bin Ash, Zubair, dan Mu’awiyah, dll radiyallahu ‘anhum ajma’in. Kesuksesan mereka bukan hanya diakui secara duniawi saja melainkan juga secara ukhrawi mereka adalah para ahli sorga yang Allah ta’ala janjikan atas mereka.
“Bukanlah kaya (sukses) orang yang banyak hartanya, tapi orang yang kaya (sukses) adalah orang yang kaya jiwanya” (HR Bukhari & Muslim dari Abi Hurairah ra).
"Pantai itu menyenangkan, sedangkan gunung itu menenangkan."
"Perahu layar dibuat bukan untuk diikat di pantai, tapi untuk mengarungi ganasnya ombak di tengah lautan."
Banyak orang di dunia ini menyukai laut dengan begitu banyak pernak-pernik di dalamnya. Banyak keindahan yang bisa ditemui di laut, dan salah satunya adalah pantainya yang begitu Indah. Pantai dengan deru ombak yang mengalir menjadi tempat bermain air yang sangat menyenangkan bagi banyak orang. Orang bisa bermain banana boat, naik perahu ke tengah laut, ataupun bermain jetski. Bagi yang tidak mau berenang, bermain pasir membentuk bangunan, lubang besar, benteng, ataupun berbagai bentuk lain juga tidak kalah mengasyikkan.
Salah satu yang sering menjadi perhatian di beberapa pantai yang terutama mempunyai ombak besar adalah para peselancar. Para peselancar adalah para penakluk ombak, di mana mereka justru mencari dan menunggu ombak besar yang datang untuk ditaklukkan. Bagi banyak orang, ombak besar merupakan salah satu hal yang perlu dijauhi karena berbahaya buat keselamatan. Sekali digulung ombak, orang akan kesulitan untuk bisa melepaskan diri dan bisa-bisa terbawa ke tengah laut. Sebaliknya, bagi peselancar, justru hidup mereka sangat tergantung dari besarnya ombak yang datang kepada mereka. Saat ombak datang, mereka menanti saat yang tepat untuk bisa menunggangi ombak tersebut dengan selancar yang mereka bawa. Penempatan waktu (timing) yang tepat sangat menentukan apakah mereka berhasil berselancar dengan baik atau tidak.
Ombak di laut, sebagaimana kehidupan sering datang melalui apa yang disebut sebagai tantangan ataupun rintangan. Banyak orang menghindari tantangan atau rintangan ini karena tidak berani menghadapi berbagai risiko yang mungkin timbul. Padahal, jika orang tahu bagaimana menaklukkan ombak, tidak hanya kepuasan batin luar biasa yang didapatkan, tetapi juga penampilan ciamik yang indah dipandang banyak orang. Ombak di laut, seperti sebuah ujian apakah seorang peselancar mampu mengatasinya atau tidak. Dan sekali peselancar mampu mengatasi ombak, tidak berhenti di situ. Ombak itu adalah ujian pertama, dan selanjutnya ia akan terus diuji bagaimana menaklukkan ombak yang jauh lebih besar di tempat lain. Begitu seterusnya, sebagaimana dalam hidup yang juga mengalami banyak ujian. Sebagaimana ujian yang mesti dihadapi oleh anak-anak sekolah, pada setiap fase kehidupan, kita selalu mengalami hal yang kurang lebih mirip, menghadapi berbagai ujian. Ujian diperlukan untuk melihat dan mengevaluasi apakah belajar kita sudah memberikan hasil maksimal atau belum. Jika kita berhasil melewati ujian tersebut, maka kita dinyatakan lulus atau naik kelas. Dan yang menarik, kenaikan kelas atau kelulusan bukan berarti kita mendapatkan hal yang lebih mudah. Sebaliknya, kenaikan kelas dan kelulusan itu adalah awal dari kita belajar lagi hal-hal yang lebih sulit untuk kemudian mendapatkan ujian yang lebih sulit juga.
Sekolah merupakan salah satu proses pembelajaran yang baik buat kehidupan. Dalam setiap fase kehidupan, kita menghadapi berbagai tantangan dan ujian. Dalam setiap fase ujian tersebut kita akan melihat apakah proses pembelajaran selama ini bisa berhasil atau tidak. Jika kita bisa melewati masa-masa ujian itu dengan baik, maka kita akan naik ke kelas yang lebih tinggi. Namun itu tidak berarti akan menjadi lebih mudah, di kelas yang lebih tinggi akan jauh lebih sulit ujian yang harus dilewati. Saat kita bekerja dalam posisi staf misalnya, berbagai ujian harus kita lewati, mulai dari banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan, terkadang harus sampai lembur tetapi bayarannya kurang, atasan yang tidak koperatif dan komunikatif, hasil kerja yang kurang dihargai, dan berbagai hal lain yang dirasa mungkin tidak mengenakkan. Tetapi kita harus melewati masa-masa itu karena memang di situlah kita ditempa untuk menjadi pekerja yang lebih tangguh.
Kita ditempa dengan berbagai tekanan kerja yang ada apakah mampu untuk menghadapi dan menyelesaikan permasalahan tersebut sebaik-baiknya. Jika kita kemudian dengan berbagai tantangan tersebut kalah, sering mengeluh, dan tidak bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik, tentu saja akan sulit bagi kita untuk bisa naik kelas ke jenjang lebih tinggi. Hal terpenting bagi kita adalah bagaimana kita menghadapi persoalan dan tantangan tersebut dengan sebaik-baiknya dengan segala kesungguhan dan potensi yang kita miliki agar kita siap untuk bisa naik kelas. Karena bagaimanapun, untuk bisa naik kelas menjadi supervisor atau manager, tantangan yang kita hadapi akan jauh lebih sulit dibandingkan sekarang. Seperti pepatah tentang sebuah pohon, semakin tinggi menjulang, semakin deras angin yang akan menerpa. Semakin tinggi kedudukan yang kita miliki, akan semakin banyak tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Dan bukan perkara mudah untuk mengubah mental dan sikap kita, karena itulah mesti dibentuk dari sekarang. Sebuah keramik terbentuk menjadi keramik yang indah dan mahal karena dia ditempa oleh panas yang tinggi, ditekan dalam tekanan yang besar, dipukul-pukul, dipahat, dicat, dan dibentuk selama kurun waktu tertentu. Onggokan tanah itu, jika tidak mau dibentuk dan hanya mau enak-enakan, hanya akan menjadi onggokan tanah, tidak pernah akan bisa menjadi keramik. Sama dengan diri kita sendiri, jika hanya ingin enak-enakan, tidak mau menghadapi tantangan kehidupan yang keras, tidak mau belajar dari kesalahan, tidak berani menghadapi kegagalan, maka hidup kita tidak akan pernah naik kelas yang lebih tinggi.
Sebenarnya, kesulitan dan tantangan hidup adalah cara terbaik bagi kita untuk meningkatkan diri. Kuncinya adalah bagaimana kita mau berpikir dan bekerja keras mencari solusi dari permasalahan yang ada. Dengan selalu berpikir kreatif, maka kita akan menemukan berbagai alternatif penyelesaian yang mungkin belum pernah kita bayangkan. Selanjutnya adalah mau bekerja keras mencari berbagai solusi tersebut. Tidak ada satupun di dunia ini permasalahan yang tidak ada jalan keluarnya. Tinggal kita bagaimana berpikir dan bekerja keras mencarinya. Semakin serius kita pikirkan dan kita kerjakan, maka jalan keluar dari setiap permasalahan akan segera kita selesaikan. Masalahnya, yang sering terjadi, permasalahan itu kita pikirkan terus menerus, tetapi selesai cuma dipikirkan saja dan tidak dikerjakan. Akibatnya, semakin hari semakin banyak permasalahan yang harusnya kita bisa selesaikan, hanya berhenti di pikiran. Beban itu akhirnya semakin berat dan semakin rumit. Di situlah, kemampuan kita mengurai setiap permasalahan menjadi penting. Dengan mengurai satu persatu permasalahan yang ada, diselesaikan dengan baik, maka akan bisa meringankan beban pikiran kita.
Jangan menunggu untuk menyelesaikan segera masalah yang kita hadapi, agar tidak menjadi besar. Jika kita mengakhirkan hari ini, percayalah, besok juga masalah tersebut harus diselesaikan. Karena itu, semakin cepat sebuah masalah terselesaikan akan semakin baik buat kita karena beban hidup kita akan menjadi jauh lebih ringan. Jika manajemen masalah ini bisa kita lakukan dengan baik, akan memudahkan kita untuk menghadapi tantangan ke depan yang jauh lebih besar. Toh kita akan mengalaminya bukan? Jika kita berani bermimpi untuk menjadi orang yang lebih sukses, kita juga mesti berani menghadapi tantangan yang lebih besar. Jika tidak berani? ya, tinggal kelas, dong……
Kalau ini ada video klip "stronger".
Karena, bahasan ini hanya SettiaBlog peruntukkan bagi orang yang berani berjuang dalam hidup, bukan untuk pecundang yang hanya menertawakan dan sibuk mencari kesalahan orang lain.
“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS Al-Baqarah: 200-201).
Sebagai seorang Muslim kita dianjurkan untuk mempergunakan waktu sebaik mungkin karena merugilah bagi orang-orang yang menyia-nyiakan waktunya (QS. Al-‘Ashr 1-3). Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada untuk meningkatkan kualitas amal ibadah kita setiap hari karena orang yang amal ibadahnya hari ini sama dengan hari kemaren adalah orang yang merugi dan orang yang amal ibadahnya hari ini lebih baik dari hari kemaren adalah orang yang beruntung. Pepatah Arab mengatakan “Waktu itu laksana pedang, jika kamu tidak memamfaatkannya maka ia akan menebasmu”. Maka merupakan suatu kebijaksanaan jika kita meningkatkan kualitas amal ibadah kita dari waktu ke waktu. Untuk mencapai kualitas kesuksesan yang berorieantasi bukan hanya pada kehidupan dunia tapi juga untuk kehidupan akhirat atau boleh saya sebut dengan “Kesuksesan Prophetic”, maka Islam telah mengajarkannya kepada kita.
“Sukses”, siapa c yang ndak familiar dengan kata yang satu ini?
Setiap orang pasti ingin menjadi orang yang ingin sukses, baik itu sukses dalam belajar, sukses dalam membina keluarga, sukses dalam berusaha, sukses dalam karier, dan lain - lain. Tapi tidak semua orang bisa meraih yang namanya “sukses”. Bisa jadi ini terjadi karena diferensiasi metode yang dilakukan orang dalam meraih sukses dan tingkat ketekunan dan kegigihan (keistiqomahan) mereka. Orang yang bisa meraih kesuksesan dalam hidupnya pasti akan senang dan selalu optimis, begitu juga sebaliknya orang yang gagal dalam hidupnya akan pesimis dalam menjalani hidup. Karena itulah watak manusia, mereka tidak bisa mengambil pelajaran (i’tibar/faedah) dibalik realita. Dilain sisi, orang pada umumnya mengidentikkan sukses dengan kebebasan financial, punya asset yang banyak, penghasilan di atas 50 juta perbulan, punya rumah dan mobil mewah. Itu kan hanya persepsi nafsu duniawi belaka, tapi realitanya banyak mereka yang punya banyak asset, penghasilan di atas 50 juta perbulan, rumah dan mobil mewah tapi hati mereka tidak tenang setenang seperti apa yang orang miskin banyak pikirkan, jiwa mereka penuh dengan was-was. Namun, tidak sedikit orang yang hidupnya sederhana bisa ‘sukses’ dalam hidupnya, hatinya tenang dan bahagia.
Nah, sekarang bukan saatnya lagi pola pikir kita dikuasai dengan yang namanya ‘sukses berarti bebas finansial’, tapi bukan berarti kita menafikkan pentingnya finansial, bahkan sangat penting. Oleh karena itu kita harus berhijrah metode meraih sukses dari ‘persepsi financial, duniawi, dan nafsu belaka’ kepada sukses dengan ‘kekuatan spritual, kenabian atau prophetic, ukhrawi’ yang akan mengantarkan hidup kita ‘sukses financial’ dan sukses ‘jiwa atau ruh’ artinya apa yang diraih dan diikhtiarkan untuk duniawiah berbuah pahala dan kebaikan juga untuk ukrawi dan ruhiah kita.
Langkah sukses pertama, istifaedah, orang bijak selalu bilang “semua peristiwa itu ada hikmahnya”, dalam Al-Quran Allah ta’ala juga berfirman ”Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan. (Qs Al-Hasyr: 2).
Allah ta’ala tidak pernah sia-sia dalam menciptakan segala sesuatu. Dia menciptakan surga supaya manusia cenderung kepada-Nya, Dia menciptakan neraka supaya manusia takut dengan siksaaan-Nya dan senantiasa menjauhi dosa, Allah ta’ala menciptakan manusia yang jahat agar manusia yang hasan (baik) bisa menasehati dan saling tolong menolong untuk kebaikan dan taqwa (lihat QS Al-Maidah: 2). Begitu juga kita dalam menghadapi kehidupan dibalik kegagalan yang kita hadapi pasti ada hikmahnya dan dibalik kesuksesan yang kita miliki juga ada hikmahnya karena Allah ta’ala tidak mungkin menciptakan sesuatu tanpa hikmah. Maka, hanya orang-orang yang memiliki wawasan (ilmu) lah yang bisa mengambil faedah dibalik realita kehidupan.
Kedua, istiqamah atau teguh pendirian, roda kehidupan memang tidak selalu berada di atas terkadang kita berada di bagian bawah, badai disertai angin kencang dan hujan selalu menerjang biduk kehidupan yang kita tumpangi, sehingga membuat kita oleng kekiri ataupun kekanan, terkadang biduk kita hampir tenggelam bahkan ada yang tenggelam karena terpaan badai yang kuat dan besar. Namun, orang yang optimis, pantang menyerah dan teguh pendirian akan berusaha sekuat tenaga mencapai pulau sukses mereka “patah dayungnya mereka gunakan tangan sebagai penggantinya, robek layarnya mereka ganti dengan baju mereka, tenggelam biduk mereka, mereka berenang mengarungi lautan walaupun terkadang terombang ambing terhempas ombak”.
Orang sukses semuanya berangkat dari perjuangan kecil yang mereka rintis, ini realita kalu kita belajar dari orang-orang sukses yang ada di Indonesia boleh kita lihat biografi mereka, ada yang sekolah sambil jualan di pasar, jadi buruh, jualan gorengan sambil sekolah, dll. Atau para pengusaha yang sukses mereka terkadang juga ada yang bangkrut alias gulung tikar, tapi mereka berusaha bangkit dan bangkit. Ingatlah, tidak semua orang mengarungi samudra dengan kapal yang besar, tapi banyak diantara mereka yang mengarungi samudra dengan biduk kecil, namun mengapa mereka berhasil? Jawabannya “istiqamah”, Allah ta’ala berfirman “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum mereka sendiri yang merubah nasibnya”.(QS Ar-Ra’ad: 11).
Ketiga, istisyarah, Allah ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka".(QS As-Syura: 38).
Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa merupakan suatu kewajiban untuk bermusyawarah dalam urusan dunia. Dalam bermusyawarah akan muncul solusi-solusi bermutu dan ide-ide cemerlang yang bisa membantu penyelesaian masalah, karena Allah ta’ala akan membukakan jalan permasalahan bagi siapa yang mengharap rahmat dari musyawarah itu. Orang Minang punya pepatah “duduak surang basampik-sampik, duduak basamo balapang-lapang” artinya menyelesaikan masalah tanpa musyawarah itu sulit, tapi jika dengan musyawarah masalah itu cepat terselesaikan. Pepatah ini senada dengan apa yang Allah ta’ala perintahkan dalam al-Qur’an “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu”. (QS Al-Mujadalah: 11).
Keempat, istikharah, hidup itu terkadang pilihan, dalam perkara apaupun kita selalu dihadapkan kepada pilihan. Masing-masing pilihan mesti punya konsekuensi yang terkadang kita ragu dalam menentukan pilihan kita karena mempetimbangkan konsekuensi dari pilihan itu. Banyak orang menyesal setelah mereka menentukan pilihan mereka dan gagal bahkan mereka mengumpat diri mereka sendiri. Ini tentu sangat berbeda dengan orang yang ‘istikharah’, dalam menentukan pilihan mereka selalu meminta pertolongan Allah ta’ala. Kalau pilihan mereka itu berakibat baik pada diri mereka maka mereka akan bersyukur pada Allah ta’ala, tapi jika pilihan mereka itu membuat mereka rugi atau buruk bagi mereka, mereka tetap sabar dan yakin bahwa dibalik realita ini pasti Allah ta’ala mempersiapkan kebaikan yang banyak. Itulah bedanya orang yang istikharah dan yang tidak. “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)”. (QS Al-Qashas: 68).
Oleh karena itu, bawalah Allah ta’ala setiap anda akan menentukan pilihan, insya Allah ta’ala anda akan mendapatkan kebaikan yang banyak.
Kelima, istijabah, kewajiban manusia adalah berikhtiar (berusaha), apa yang menjadi hasilnya nanti adalah urusan Allah ta’ala. Namun disamping itu kita juga harus ber-istijabah (berdo’a atau memohon) kepada Allah ta’ala sebagai penguat ikhtiar yang telah kita usahakan. Ber-istijabah kepada Allah ta’ala merupakan suatu ibadah sebagaimana perintah Allah ta’ala “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” .(QS Al-Mu’min: 60) (yang dimaksud menyembah-Ku adalah beribadah kepada-Ku). Di surat lain Allah ta’ala juga berfirman ” Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” . (QS Al-Baqarah: 186).
Sebagai seorang Muslim yang menjadi patokan kesuksesan kita adalah Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Dan para sahabat-sahabatnya, misalnya Umar radiyallahu ‘anhu memiliki 70.000 property, Usman radiyallahu ‘anhu memiliki property disepanjang wilayah Aris dan Khibar, belum lagi sahabat Abdurrahman bin Auf, Amru bin Ash, Zubair, dan Mu’awiyah, dll radiyallahu ‘anhum ajma’in. Kesuksesan mereka bukan hanya diakui secara duniawi saja melainkan juga secara ukhrawi mereka adalah para ahli sorga yang Allah ta’ala janjikan atas mereka.
“Bukanlah kaya (sukses) orang yang banyak hartanya, tapi orang yang kaya (sukses) adalah orang yang kaya jiwanya” (HR Bukhari & Muslim dari Abi Hurairah ra).
No comments:
Post a Comment