Video klip di atas "love life" milik Natalie Taylor. Dan bahasan ini SettiaBlog ketik di antara pohon dan bunga yang pada mulai memunculkan daun tunas di ujungnya, kan sekarang lagi musim awal penghujan. Suasana pun juga sedikit adem. Beberapa bunga sudah ada yang mulai mekar dan kupu-kupu yang terbang dari satu bunga ke bunga berikutnya. Salah satu dari mereka hinggap di bunga ungu dan memakan nektarnya. Dengan hati-hati, SettiaBlog berjalan ke arahnya dan melihat kupu-kupu itu dari dekat. SettiaBlog sangat kagum pada bentuk dan warnanya yang indah. Setelah selesai, ia terbang dengan lapisan serbuk sari yang tebal pada tubuhnya. Lalu ia berlanjut hinggap ke bunga yang lain. Tahukah Anda bahwa ada sekitar 400.000 varietas bunga dan tanaman yang berbeda di planet bumi? Dapatkah Anda membayangkannya? Banyaknya variasi di antara semua bunga yang SettiaBlog lihat membuat SettiaBlog selalu takjub. Setiap bunga memiliki warna yang indah dan bentuk yang unik. Lho, SettiaBlog kok jadi cerita tentang bunga dan kupu - kupu, gimana tho ini. Lha wong SettiaBlog itu mau membahas tentang hidup yang penuh makna. Ndak jelas SettiaBlog ini....maaf! Pikiran lagi sedikit ngeblur ...he...he....
Pernah ndak Anda mendengar keluhan orang atau Anda sendiri bilang begini: "kapan ya aku bisa bahagia seperti dia? Kok bisa ya dia senang dan bahagia terus, sementara hidup aku begini-begini aja, susah!"
Kalau Anda pernah mendengar itu, coba deh didalami dan cari alasan kenapa keluhan seperti itu bisa muncul? Apakah pertanyaan itu karena faktor rasa atau mindset yang tidak benar? Atau karena faktor keduanya?
Okay. Sekarang SettiaBlog ingin bertanya lagi sama Anda? Bahagia dan tidak bahagia itu sumbernya dari mana? Merasa senang karena banyak uang apakah secara otomatis bahagia? Saat Anda lihat pasangan suami isteri yang catik dan ganteng jalan bareng, makan bareng, dan selfie bareng yang diunggah di medsos apakah juga pasti bahagia?
Nops! Hentikan cara berpikir bahwa senang dan bahagia itu sama? Memiliki uang banyak, pasangan cantik atau ganteng, rumah dan mobil bagus, gaji besar, dan lain-lain itu adalah "unsur luar" yang mendorong seseorang bisa menjadi senang. Hidup senang tidak berbanding lurus dengan bahagia. Senang lebih pada aspek kecukupan material yang oleh rerata orang disalahpahami sebagai kebahagiaan itu sendiri. Sementara bahagia adalah suatu kondisi pikiran yang sinkron dengan emosional dan spiritual dalam berbagai situasi dan kondisi. Bahagia tidak selalu harus dipenuhi dulu seluruh kebutuhan material (fisik), seperti uang yang banyak, mobil dan rumah yang bagus, jabatan tinggi, dan lain-lain. Bahagia itu suatu kondisi batin yang merasa nyaman (comfort) dan lega tanpa beban atas kondisi apapun. Rasa nyaman karena mau menerima atas apa yang dimilikinya dengan sepenuh jiwa. Jadi kebahagiaan muncul dari hati terdalam, hati yang tenang, hati yang ikhlas atas kondisi yang ada dalam wujud syukur. Rasa bahagia dan tidak bahagia tergantung bagaimana akal dan hati menyikapi diri dan lingkungan tanpa tergantung oleh faktor luar.
Memang benar, bahwa faktor luar diri bisa menjadi pendukung kebahagiaan, seperti kecukupan ekonomi, status sosial. Namun tidak bisa dipastikan bahwa orang kaya dan terkenal pasti bahagia. Istri cantik atau suami ganteng juga belum pasti membahagiakan. Betapa banyak orang kaya yang tidak bahagia. Berapa banyak pasangan yang bubar (cerai) padahal mereka ganteng-ganteng dan cantik-cantik, dan lain-lain. Jadi mm...mm..., kebahagiaan itu muncul tergantung kemampuan seseorang dalam memaknai hidup ini (meaning life). Hidup itu bermakna atau tidak tergantung cara pandang hidupnya yang dipengaruhi oleh pikiran dan rasa. Tidak sedikit orang yang hidup pas-pasan, rumah sederhana dengan segala keterbatasan hidupnya justru sangat bahagia. Inilah kenapa Viktor Frankl, ilmuwan di bidang psikologi, melalui teori "logotherapy" menyebut hidup bermakna justru bisa muncul dari penderitaan. Frankl memiliki pengalaman berada di kamp konsentrasi NAZI yang kejam dan dia mengamati ragam perilaku manusia dalam penderitaan. Ia menemukan sejumlah orang tetap mampu berjuang dalam hidup yang penuh derita. Sementara sejumlah orang lainnya mengalah dan merasa kalah kepada derita. Bahkan ada yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Menurut Frankl, hal yang membedakan dari sejumlah orang yang mempertahankan kehidupan ini adalah karena mereka memiliki hidup yang bermakna. Tanpa makna hidup, kehidupan dirasakan hampa. Ketika kehidupan dirasa hampa, manusia ndak ubahnya seperti mayat hidup (zombie). Ia bergerak, namun tidak ada arti dan tujuan.
Karenanya, untuk hidup bahagia itu ketika Anda mampu menjadikan hidup ini indah yang penuh arti. Anda bisa menerima keadaan, merasa hidup Anda penting dan memberi manfaat bagi sesama. Artinya, Anda mampu memaknainya secara positif, penuh optimisme, dan banyak berbagi manfaat kepada orang lain, apapun bentuknya dengan tetap "positive thinking".
Apa kata Islam soal ini? Islam itu agama yang komplit membincang soal ini. Dalam QS: Al-An'am: 32: "Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?"
Ayat tersebut ingin menggambarkan bahwa kehidupan dunia, kehidupan yang bersifat material hanyalah "mainan" atau kamuflase kebahagiaan. Lalu yang menjadi pertanyaan, kenapa Allah SWT menurunkan Nabi Adam as ke bumi ini dan akhirnya, kenapa kita harus ada di dunia ini?
Yes, pertanyaan yang cerdas. Kalau disederhanakan begini: kenapa kita mesti hidup di dunia jika kita pada akhirnya mati juga? Anda harus tahu, bahwa siklus hidup manusia di dunia ini hanya satu kali, yaitu hidup dan setelah itu mati. Dalam QS: Al-Mulk: 2, disebutkan: "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun".
Dalam ayat tersebut, kenapa kata "mati" disebut dahulu sebelum hidup? Karena kematian adalah akhir dari segalanya, tidak bisa kembali lagi untuk bertobat atau memperbaiki diri. Sementara kata "hidup" disebut belakangan karena Allah SWT menghargai hidup kita, bahwa kehidupan manusia merupakan peluang yang luar biasa untuk kebaikan, meskipun hal yang buruk (dosa) juga bisa dilakukan. Tegasnya, Allah SWT ingin menguji manusia siapa yang paling baik dalam perbuatannya.
Inti dari bahasan di atas, bahwa kebahagiaan hanya bisa dicapai oleh hati-hati manusia yang tenang (muthmainnah). Jiwa-jiwa manusia yang bersih, lapang dan kuat dari tekanan ego. Jiwa yang mampu mengelola sampah emosi dengan baik.
Lalu bagaimana caranya? Langkah yang paling bisa dilakukan adalah bagaimana kita mampu memaknai hidup ini dengan baik. Jangan biarkan jiwa ini dikotori oleh kehendak-kehendak yang bersifat material yang hanya menawarkan kebahagiaan semu di bumi.
Pernah ndak Anda mendengar keluhan orang atau Anda sendiri bilang begini: "kapan ya aku bisa bahagia seperti dia? Kok bisa ya dia senang dan bahagia terus, sementara hidup aku begini-begini aja, susah!"
Kalau Anda pernah mendengar itu, coba deh didalami dan cari alasan kenapa keluhan seperti itu bisa muncul? Apakah pertanyaan itu karena faktor rasa atau mindset yang tidak benar? Atau karena faktor keduanya?
Okay. Sekarang SettiaBlog ingin bertanya lagi sama Anda? Bahagia dan tidak bahagia itu sumbernya dari mana? Merasa senang karena banyak uang apakah secara otomatis bahagia? Saat Anda lihat pasangan suami isteri yang catik dan ganteng jalan bareng, makan bareng, dan selfie bareng yang diunggah di medsos apakah juga pasti bahagia?
Nops! Hentikan cara berpikir bahwa senang dan bahagia itu sama? Memiliki uang banyak, pasangan cantik atau ganteng, rumah dan mobil bagus, gaji besar, dan lain-lain itu adalah "unsur luar" yang mendorong seseorang bisa menjadi senang. Hidup senang tidak berbanding lurus dengan bahagia. Senang lebih pada aspek kecukupan material yang oleh rerata orang disalahpahami sebagai kebahagiaan itu sendiri. Sementara bahagia adalah suatu kondisi pikiran yang sinkron dengan emosional dan spiritual dalam berbagai situasi dan kondisi. Bahagia tidak selalu harus dipenuhi dulu seluruh kebutuhan material (fisik), seperti uang yang banyak, mobil dan rumah yang bagus, jabatan tinggi, dan lain-lain. Bahagia itu suatu kondisi batin yang merasa nyaman (comfort) dan lega tanpa beban atas kondisi apapun. Rasa nyaman karena mau menerima atas apa yang dimilikinya dengan sepenuh jiwa. Jadi kebahagiaan muncul dari hati terdalam, hati yang tenang, hati yang ikhlas atas kondisi yang ada dalam wujud syukur. Rasa bahagia dan tidak bahagia tergantung bagaimana akal dan hati menyikapi diri dan lingkungan tanpa tergantung oleh faktor luar.
Memang benar, bahwa faktor luar diri bisa menjadi pendukung kebahagiaan, seperti kecukupan ekonomi, status sosial. Namun tidak bisa dipastikan bahwa orang kaya dan terkenal pasti bahagia. Istri cantik atau suami ganteng juga belum pasti membahagiakan. Betapa banyak orang kaya yang tidak bahagia. Berapa banyak pasangan yang bubar (cerai) padahal mereka ganteng-ganteng dan cantik-cantik, dan lain-lain. Jadi mm...mm..., kebahagiaan itu muncul tergantung kemampuan seseorang dalam memaknai hidup ini (meaning life). Hidup itu bermakna atau tidak tergantung cara pandang hidupnya yang dipengaruhi oleh pikiran dan rasa. Tidak sedikit orang yang hidup pas-pasan, rumah sederhana dengan segala keterbatasan hidupnya justru sangat bahagia. Inilah kenapa Viktor Frankl, ilmuwan di bidang psikologi, melalui teori "logotherapy" menyebut hidup bermakna justru bisa muncul dari penderitaan. Frankl memiliki pengalaman berada di kamp konsentrasi NAZI yang kejam dan dia mengamati ragam perilaku manusia dalam penderitaan. Ia menemukan sejumlah orang tetap mampu berjuang dalam hidup yang penuh derita. Sementara sejumlah orang lainnya mengalah dan merasa kalah kepada derita. Bahkan ada yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Menurut Frankl, hal yang membedakan dari sejumlah orang yang mempertahankan kehidupan ini adalah karena mereka memiliki hidup yang bermakna. Tanpa makna hidup, kehidupan dirasakan hampa. Ketika kehidupan dirasa hampa, manusia ndak ubahnya seperti mayat hidup (zombie). Ia bergerak, namun tidak ada arti dan tujuan.
Karenanya, untuk hidup bahagia itu ketika Anda mampu menjadikan hidup ini indah yang penuh arti. Anda bisa menerima keadaan, merasa hidup Anda penting dan memberi manfaat bagi sesama. Artinya, Anda mampu memaknainya secara positif, penuh optimisme, dan banyak berbagi manfaat kepada orang lain, apapun bentuknya dengan tetap "positive thinking".
Apa kata Islam soal ini? Islam itu agama yang komplit membincang soal ini. Dalam QS: Al-An'am: 32: "Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?"
Ayat tersebut ingin menggambarkan bahwa kehidupan dunia, kehidupan yang bersifat material hanyalah "mainan" atau kamuflase kebahagiaan. Lalu yang menjadi pertanyaan, kenapa Allah SWT menurunkan Nabi Adam as ke bumi ini dan akhirnya, kenapa kita harus ada di dunia ini?
Yes, pertanyaan yang cerdas. Kalau disederhanakan begini: kenapa kita mesti hidup di dunia jika kita pada akhirnya mati juga? Anda harus tahu, bahwa siklus hidup manusia di dunia ini hanya satu kali, yaitu hidup dan setelah itu mati. Dalam QS: Al-Mulk: 2, disebutkan: "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun".
Dalam ayat tersebut, kenapa kata "mati" disebut dahulu sebelum hidup? Karena kematian adalah akhir dari segalanya, tidak bisa kembali lagi untuk bertobat atau memperbaiki diri. Sementara kata "hidup" disebut belakangan karena Allah SWT menghargai hidup kita, bahwa kehidupan manusia merupakan peluang yang luar biasa untuk kebaikan, meskipun hal yang buruk (dosa) juga bisa dilakukan. Tegasnya, Allah SWT ingin menguji manusia siapa yang paling baik dalam perbuatannya.
Inti dari bahasan di atas, bahwa kebahagiaan hanya bisa dicapai oleh hati-hati manusia yang tenang (muthmainnah). Jiwa-jiwa manusia yang bersih, lapang dan kuat dari tekanan ego. Jiwa yang mampu mengelola sampah emosi dengan baik.
Lalu bagaimana caranya? Langkah yang paling bisa dilakukan adalah bagaimana kita mampu memaknai hidup ini dengan baik. Jangan biarkan jiwa ini dikotori oleh kehendak-kehendak yang bersifat material yang hanya menawarkan kebahagiaan semu di bumi.
Biar tambah adem, ini ada video klip relaxing.
Ini tarian dan musik dari Tibet. Wajah dan bentuk tubuhnya ndak jauh beda kan ya dengan orang Indonesia pada umumnya. Orang Indonesia sendiri merupakan campuran beragam genetika. Indonesia kan terletak di jalur persimpangan perdagangan laut, apalagi tanahnya juga subur, sudah sewajarnya kalau Indonesia dulu menjadi tujuan dari negara lain dan tidak menutup kemungkinan Indonesia dulu pernah menjadi pusat peradaban. Makanya, seperti yang Anda lihat orang Indonesia itu unik, karena campuran dari beragam genetika. Kayak "gado - gado", ada kentang kukus, tahu putih, tempe, daun selada hijau, buah mentimun, tauge, kol. Di tambah bumbu, ada kacang tanah goreng di haluskan, daun jeruk, kecap manis, garam, gula merah, asam jawa dan lain - lain. Gado gado ya gado gado, ndak bisa hanya di bilang kentang rebusnya atau taogenya aja. Settia kamu itu lho ngomongin apa? Ndak tahu...he...he... Udah ya.
No comments:
Post a Comment