Video klip di atas ada" Time of Our Lives" milik Zhao Lei. Yang menarik dan jadi perhatian dari lagu tersebut adanya intro awal yang menggunakan trompet. Kalau ndak salah Gao YiFei yang memainkan trompet. Nada nya c sederhana, hanya tararara..... Banyak yang bilang ini merupakan seruan perdamaian antar negara. Kalau liriknya tentang kebersamaan dan kenangan indah. Mengingatkan kita semua pentingnya menikmati setiap detik dalam hidup, merayakan momen-momen bersama orang terkasih, baik dalam suka maupun duka.
Time of Our Lives, kalau SettiaBlog mengartikannya waktu dalam kehidupan kita. Bagi sebagian orang, kehidupan dunia penuh dengan gemerlap kemewahan, hasrat ingin hidup selamanya, dan mendambakan keabadian di bumi. Ndak jarang, rambu-rambu pengingat pada kehidupan akhirat yang lebih kekal kerap terlupakan. Lalu yang jadi pertanyaannya, apakah kehidupan dunia sebagai nikmat atau ujian? Berkenaan dengan ini, kehidupan duniawi sangatlah dicintai oleh mereka yang mengingkari hari kebangkitan maupun hari pembalasan. Hal ini dapat dianalogikan bagai anak kecil yang tengah bermain hingga lupa waktu. Mereka mendapatkan kesenangan dan juga kepuasan dalam permainan, serta ndak ada keinginan untuk menyelesaikan permainan tersebut.
Dalam konteks kehidupan dunia, semakin manusia terlena, maka semakin banyak pula kepuasan serta kesenangan yang diperoleh. Akan tetapi, mereka ndak mendapatkan sesuatu apapun dari yang mereka lakukan tersebut.
Sedangkan, kehidupan dunia bagi orang-orang yang beriman akan dipandang sebagai jembatan untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Mereka akan membatasi diri agar ndak terlena dengan kesenangan duniawi, sebab yang dituju adalah bukan dunia yang sifatnya sementara. Yang bahkan mereka ndak mendapatkan apa-apa. Maka dari itu orang-orang yang beriman akan memilih kehidupan yang kekal bersama ilmu akhiratnya karena menurut mereka itulah merupakan kehidupan yang paling baik.
Allah SWT dalam Al-Qur'an telah mengabarkan tentang kehidupan di dunia kepada hamba-Nya. Dari sekian banyak ayat yang mengisyaratkan terkait hal ini, di sini ada Surat Al-An'am ayat 32 yang berbunyi:
وَ مَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَاۤ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهۡوٌ ؕ وَلَـلدَّارُ الۡاٰخِرَةُ خَيۡرٌ لِّـلَّذِيۡنَ يَتَّقُوۡنَؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ
“Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?”
Dari ayat tersebut Allah SWT mengajak manusia untuk merenungkan dan mengingatkan kembali makna kehidupan di dunia. Beberapa pelajaran yang bisa diambil dari ayat tersebut, di antaranya:
Pertama, kesadaran akan keterbatasan dunia. Pada ayat ini kita diingatkan bahwa kehidupan dunia itu bersifat sementara dan ndak abadi. Karena terlau banyak orang-orang yang terjebak dengan kesibukan dan kesenangan duniawi, sehingga mereka lupa akan tujuan hidup yang lebih besar yaitu bertaqwa kepada Allah SWT.
Kedua, perbandingan antara dunia dan akhirat. Pada ayat ini, Allah SWT menekankan bahwa kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang sebenar-benarnya. Dari sini kita dapat melihat juga seharusnya kita mempersiapkan diri dengan baik untuk kehidupan setelah mati nanti.
Ketiga, refleksi diri. Ayat ini juga mengajak manusia untuk melakukan refleksi diri tentang kehidupan di dunia. Apakah telah memiliki tujuan yang jelas dalam kehidupan? Apakah telah mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal setelah kematian?
Sejatinya kehidupan merupakan salah satu nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada seluruh makhluk ndak terkecuali manusia. Dalam firman-Nya di surah Al-Baqarah ayat 28 Allah SWT menyebut:
كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْن
"Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia akan mematikan kamu, Dia akan menghidupkan kamu kembali, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan?" (Q.S. Al-Baqarah: 28).
Imam ar-Razi dalam kitabnya Mafatihul Ghaib menjelaskan, kendati ayat di atas berupa kalimat tanya, akan tetapi mengandung celaan keras dari Allah SWT kepada orang yang mendurhakai-Nya. Menurutnya, kehidupan adalah sumber dari segala kenikmatan. Hal ini dapat dilihat bahwa manusia yang sebelumnya ndak ada, kemudian Allah SWT ciptakan dan diberikan kepadanya kehidupan untuk dapat merasakan berbagai kenikmatan yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang pernah hidup.
Lebih lanjut, dunia sebagai ujian telah Allah SWT kabarkan pula di dalam Al-Qur'an. Firman-Nya di surah al-Hajj ayat 11:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah di pinggiran atau tepi. Jika ia memperoleh kebajikan, ia merasa tenang dengan ibadah itu. Tetapi jika ia ditimpa oleh suatu cobaan, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata."
Dalam Tafsir al-Misbah, Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa orang yang beribadah “di tepi atau pinggiran” adalah mereka yang memiliki pandangan keagamaan yang dangkal. Keimanan mereka tumbuh hanya untuk mendapatkan keuntungan duniawi, seperti kesehatan, kekayaan, atau keberhasilan. Namun ketika suatu saat tertimpa musibah dan berbagai hal yang ndak menyenangkan, mereka kehilangan minat dalam beribadah. Di sinilah dapat menjadi salah satu refleksi dari ayat di atas bahwa dunia sebagai ujian tatkala manusia ditimpakan hal yang ndak menguntungkan.
Sejatinya dunia sebagai nikmat merupakan representasi sumber dari segala kenikmatan yang telah Allah SWT berikan. Hal ini patut dan wajib disyukuri oleh setiap manusia. Begitu juga dunia dapat berubah menjadi ujian di saat yang bersamaan, sehingga menjauhkan manusia dari jalan-Nya.
Manusia, sebagai makhluk yang diberikan kepercayaan untuk mengelola bumi dan hidup di dunia sudah seyogyanya untuk menjalankan misi tersebut sebaik-baiknya. Menjadikan dunia sebagai kenikmatan sekaligus ujian adalah upaya untuk terus mendekatkan diri kepada Allah SWT tatkala mendapatkan keberuntungan maupun hal yang ndak menyenangkan dalam hidup. Sebab, segala sesuatu yang Allah SWT berikan adalah amanah yang harus dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab. Jangan hanya melihat satu sisi kehidupan dunia, bukan sekadar kenikmatan ataupun ujian semata. Tetapi perlu ada kesadaran untuk melihat dari kedua aspek tersebut yang sejatinya menghantarkan manusia semakin dekat dengan kebesaran Sang Pencipta.
Udah ya... Maafin SettiaBlog lho ya. Untuk backgroundnya ini di dominasi warna mocha dan dark vanila.
Time of Our Lives, kalau SettiaBlog mengartikannya waktu dalam kehidupan kita. Bagi sebagian orang, kehidupan dunia penuh dengan gemerlap kemewahan, hasrat ingin hidup selamanya, dan mendambakan keabadian di bumi. Ndak jarang, rambu-rambu pengingat pada kehidupan akhirat yang lebih kekal kerap terlupakan. Lalu yang jadi pertanyaannya, apakah kehidupan dunia sebagai nikmat atau ujian? Berkenaan dengan ini, kehidupan duniawi sangatlah dicintai oleh mereka yang mengingkari hari kebangkitan maupun hari pembalasan. Hal ini dapat dianalogikan bagai anak kecil yang tengah bermain hingga lupa waktu. Mereka mendapatkan kesenangan dan juga kepuasan dalam permainan, serta ndak ada keinginan untuk menyelesaikan permainan tersebut.
Dalam konteks kehidupan dunia, semakin manusia terlena, maka semakin banyak pula kepuasan serta kesenangan yang diperoleh. Akan tetapi, mereka ndak mendapatkan sesuatu apapun dari yang mereka lakukan tersebut.
Sedangkan, kehidupan dunia bagi orang-orang yang beriman akan dipandang sebagai jembatan untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Mereka akan membatasi diri agar ndak terlena dengan kesenangan duniawi, sebab yang dituju adalah bukan dunia yang sifatnya sementara. Yang bahkan mereka ndak mendapatkan apa-apa. Maka dari itu orang-orang yang beriman akan memilih kehidupan yang kekal bersama ilmu akhiratnya karena menurut mereka itulah merupakan kehidupan yang paling baik.
Allah SWT dalam Al-Qur'an telah mengabarkan tentang kehidupan di dunia kepada hamba-Nya. Dari sekian banyak ayat yang mengisyaratkan terkait hal ini, di sini ada Surat Al-An'am ayat 32 yang berbunyi:
وَ مَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَاۤ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهۡوٌ ؕ وَلَـلدَّارُ الۡاٰخِرَةُ خَيۡرٌ لِّـلَّذِيۡنَ يَتَّقُوۡنَؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ
“Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?”
Dari ayat tersebut Allah SWT mengajak manusia untuk merenungkan dan mengingatkan kembali makna kehidupan di dunia. Beberapa pelajaran yang bisa diambil dari ayat tersebut, di antaranya:
Pertama, kesadaran akan keterbatasan dunia. Pada ayat ini kita diingatkan bahwa kehidupan dunia itu bersifat sementara dan ndak abadi. Karena terlau banyak orang-orang yang terjebak dengan kesibukan dan kesenangan duniawi, sehingga mereka lupa akan tujuan hidup yang lebih besar yaitu bertaqwa kepada Allah SWT.
Kedua, perbandingan antara dunia dan akhirat. Pada ayat ini, Allah SWT menekankan bahwa kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang sebenar-benarnya. Dari sini kita dapat melihat juga seharusnya kita mempersiapkan diri dengan baik untuk kehidupan setelah mati nanti.
Ketiga, refleksi diri. Ayat ini juga mengajak manusia untuk melakukan refleksi diri tentang kehidupan di dunia. Apakah telah memiliki tujuan yang jelas dalam kehidupan? Apakah telah mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal setelah kematian?
Sejatinya kehidupan merupakan salah satu nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada seluruh makhluk ndak terkecuali manusia. Dalam firman-Nya di surah Al-Baqarah ayat 28 Allah SWT menyebut:
كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْن
"Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia akan mematikan kamu, Dia akan menghidupkan kamu kembali, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan?" (Q.S. Al-Baqarah: 28).
Imam ar-Razi dalam kitabnya Mafatihul Ghaib menjelaskan, kendati ayat di atas berupa kalimat tanya, akan tetapi mengandung celaan keras dari Allah SWT kepada orang yang mendurhakai-Nya. Menurutnya, kehidupan adalah sumber dari segala kenikmatan. Hal ini dapat dilihat bahwa manusia yang sebelumnya ndak ada, kemudian Allah SWT ciptakan dan diberikan kepadanya kehidupan untuk dapat merasakan berbagai kenikmatan yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang pernah hidup.
Lebih lanjut, dunia sebagai ujian telah Allah SWT kabarkan pula di dalam Al-Qur'an. Firman-Nya di surah al-Hajj ayat 11:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah di pinggiran atau tepi. Jika ia memperoleh kebajikan, ia merasa tenang dengan ibadah itu. Tetapi jika ia ditimpa oleh suatu cobaan, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata."
Dalam Tafsir al-Misbah, Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa orang yang beribadah “di tepi atau pinggiran” adalah mereka yang memiliki pandangan keagamaan yang dangkal. Keimanan mereka tumbuh hanya untuk mendapatkan keuntungan duniawi, seperti kesehatan, kekayaan, atau keberhasilan. Namun ketika suatu saat tertimpa musibah dan berbagai hal yang ndak menyenangkan, mereka kehilangan minat dalam beribadah. Di sinilah dapat menjadi salah satu refleksi dari ayat di atas bahwa dunia sebagai ujian tatkala manusia ditimpakan hal yang ndak menguntungkan.
Sejatinya dunia sebagai nikmat merupakan representasi sumber dari segala kenikmatan yang telah Allah SWT berikan. Hal ini patut dan wajib disyukuri oleh setiap manusia. Begitu juga dunia dapat berubah menjadi ujian di saat yang bersamaan, sehingga menjauhkan manusia dari jalan-Nya.
Manusia, sebagai makhluk yang diberikan kepercayaan untuk mengelola bumi dan hidup di dunia sudah seyogyanya untuk menjalankan misi tersebut sebaik-baiknya. Menjadikan dunia sebagai kenikmatan sekaligus ujian adalah upaya untuk terus mendekatkan diri kepada Allah SWT tatkala mendapatkan keberuntungan maupun hal yang ndak menyenangkan dalam hidup. Sebab, segala sesuatu yang Allah SWT berikan adalah amanah yang harus dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab. Jangan hanya melihat satu sisi kehidupan dunia, bukan sekadar kenikmatan ataupun ujian semata. Tetapi perlu ada kesadaran untuk melihat dari kedua aspek tersebut yang sejatinya menghantarkan manusia semakin dekat dengan kebesaran Sang Pencipta.
Udah ya... Maafin SettiaBlog lho ya. Untuk backgroundnya ini di dominasi warna mocha dan dark vanila.
Untuk video klip kedua ada potongan "thank you" milik Dido. SettiaBlog setuju dengan pandangan KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), satu-satunya amalan yang akan dikenang oleh manusia ialah saat kita melaksanakan sujud. Sujud yang dimaksud disini ialah mendirikan sholat. Sholat ialah perintah Allah SWT yang merupakan wujud kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Dengan sholat ini, menyebabkan seorang hamba akan semakin dekat dengan Allah SWT. Misalnya umur paling rata-rata 60-70 tahun. Ketika kita mati yang kita kenang itu cuma sujud karena itu perintahnya Allah SWT, wasjud waqtarib. Dan sholat merupakan peristiwa istimewa dalam proses Isra Miraj. Nabi Muhammad SAW menemui Allah SWT secara langsung untuk menerima perintah sholat.
Sholat bisa disebut Miraj karena di dalamnya ada kandungan percakapan antara Allah SWT dan Nabi Muhammmad SAW saat peristiwa Isra Miraj yang terabadikan pada bacaan tasyahud. Bacaan ini jadi rukun sholat, yang jika ndak dikerjakan maka sholatnya dianggap ndak sah. Ketika seseorang tasyahud, seakan-akan orang tersebut sedang dialog kepada Allah SWT dan nabi Muhammad SAW.
Sholat bisa disebut Miraj karena di dalamnya ada kandungan percakapan antara Allah SWT dan Nabi Muhammmad SAW saat peristiwa Isra Miraj yang terabadikan pada bacaan tasyahud. Bacaan ini jadi rukun sholat, yang jika ndak dikerjakan maka sholatnya dianggap ndak sah. Ketika seseorang tasyahud, seakan-akan orang tersebut sedang dialog kepada Allah SWT dan nabi Muhammad SAW.
No comments:
Post a Comment