Video klip di atas "four seasons" milik Taeyeon. Lagunya sendiri nyeritain tentang sepasang kekasih yang mengakhiri hubungan mereka dan si cewek mempertanyakan apakah sebenarnya dia benar - benar mencintai si cowok. Sebenarnya SettiaBlog suka kacamata yang di kenakan dalam klip tersebut. Untuk backgroundnya SettiaBlog gunakan 'gentheng sirap' yang akan di buat atap Joglo. SettiaBlog pernah bilang dalam pembuatan rumah Joglo ada aturannya sendiri, bangunan rumah Joglo harus menggunakan kayu jati. Kayu jati ini juga harus sesuai dengan karakteristik tertentu yang ditentukan menurut letak dan fungsi dari tiang-tiangnya. Contohnya, kayu jati yang berasal dari pohon dengan cabang dua atau cabang tiga digunakan untuk kolom atau tiang atau soko tertentu. Menurut kepercayaan, penggunaan kayu yang sesuai dengan syarat akan dapat mendatangkan hal-hal yang positif bagi penghuni nantinya. Apapun bentuk pohonnya, ada satu pemahaman struktur yang harus dipahami, yaitu tiang atau soko akan menyalurkan beban atap ke elemen struktur lain untuk sampai ke dalam tanah. Karena alasan inilah soko harus kokoh. Bayangkan saja, soko tersebut harus menyalurkan beban dari rangka atap seperti gentheng, kasau atau usuk, dan gording. Masing-masing tiang memiliki nama sesuai dengan letaknya pada bangunan tersebut. Satu atau beberapa tiang yang menyokong atap yang paling tinggi disebut soko guru, tiang yang letaknya lebih luar dari soko guru adalah soko rowo, sedangkan tiang yang menyokong atap bagian paling luar disebut soko emper. Selain itu, ada beberapa tiang yang digunakan untuk rumah Joglo yang lainnya, yaitu soko bentung, yang letaknya menggantung di antara bagian atap paling atas dengan atap di bawahnya. Sementara itu, soko santen adalah tiang yang tidak langsung menyokong atap, tapi menyokong gelagar panjang pada rumah Joglo.
Konstruksi rangka atap Joglo terdiri dari beberapa tiang yang disebut soko. Konstruksi atap Joglo mutlak memiliki tiang-tiang yang dikenal dengan nama soko guru. Tanpa soko guru, maka atap rumah tidak bisa disebut sebagai atap Joglo. Bila konstruksi atap joglo murni diterapkan pada rumah tinggal, maka soko yang berfungsi sebagai penyokong atap dengan kemiringan atap cukup curam tidak boleh dihilangkan. Masing-masing jenis tiang tersebut menyokong atap yang memiliki kemiringan yang berbeda-beda. Semakin ke arah keluar, kemiringan atap akan semakin landai. Walaupun landai, tetapi kemiringan atap yang tersebut harus dapat menyalurkan air dari permukaan bidang atap dengan baik. Selain itu, harus diperhatikan juga dalam menentukan kemiringan atap, bahwa atap dengan penutup atap gentheng yang terlalu landai akan mengakibatkan kebocoran.
Rumah Joglo menerapkan bentuk denah yang berbentuk bujur sangkar dan persegi panjang. Hal tersebut sesuai dengan estetika hidup orang Jawa yang mempunyai ketegasan prinsip dalam menjalankan tanggung jawab terhadap hidupnya. Dalam perkembangan desainnya bentuk persegi ini mengalami banyak perubahan dengan pembaharuan ruang pada sisi-sisi bangunannya, tetapi tetap merupakan kesatuan bentuk dari denah persegi. Empat tiang penyangga atau soko guru di tengahnya yang berukuran lebih tinggi dan digunakan untuk menopang atap. Soko guru merupakan simbol dari adanya sesuatu yang ditinggikan, yaitu Allah SWT.
Dalam agama Islam juga memiliki empat pondasi atau pilar. Pertama adalah Iman, kedua adalah syariat Islam, ketiga, Ihsan, dan keempat adalah keyakinan akan adanya hari kiamat dan hari sesudahnya. Keempat pilar tersebut tergambarkan dalam sebuah hadits yang sangat terkenal dan sahih diriwayatkan pada ahli hadits. Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata : Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya.
Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : "Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam. "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab," Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya," lelaki itu berkata, "Engkau benar," maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: "Beritahukan kepadaku tentang Iman". Nabi menjawab,"Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk," ia berkata, "Engkau benar."
Dia bertanya lagi: "Beritahukan kepadaku tentang ihsan". Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,"Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu."
Lelaki itu berkata lagi : "Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?" Nabi menjawab,"Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya." Dia pun bertanya lagi : "Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!" Nabi menjawab,"Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi."
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : "Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?" Aku menjawab,"Allah dan RasulNya lebih mengetahui," Beliau bersabda,"Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian." [HR Muslim]
Iman merupakan pondasi aqidah. Iman menjadi pondasi bagi semua perilaku orang yang beragama. Tanpa iman, agama menjadi kosong. Semua perintah dan larangan agama menjadi mentah jika tidak ada iman. Maka iman menjadi pondasi pertama bagi seorang yang hendak menyatakan diri beragama. Iman dalam agama Islam ada enam: iman kepada Allah, iman kepada Malaikat-malaikat Allah, Rosul-rosulnya, kitab-kitab-Nya, iman pada hari akhir dan juga iman kepada Qodo dan Qodar. Ini kita kenal dengan rukun iman. Tidak ada toleransi dan diskon. Semua harus diimani tidak kecuali.
Pondasi kedua yaitu Islam. Disebutkan bahwa Rukun atau komponen pokok Islam adalah: Syahadatain, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menjalankan puasa Ramadhan, dan menunaikan Haji. Lima rukun ini menjadi komponen pokok dalam Islam dengan pintu masuk Syahadatain.
Tidak disebut Islam jika tidak menyatakan diri bersaksi bahwa Tuhannya adalah Allah tidak yang lain, dan Muhammad itu sebagai utusan, Nabi dan Rosul Allah SWT. Begitu masuk pintu syahadat, maka kewajiban syariat membebaninya, dari mendirikan shalat hingga menunaikan ibadah haji ke baitullah. Ini adalah syariat dasar dalam agama Islam.
Ketiga, pondasi agama Islam adalah Ihsan. Dinyatakan oleh Rosul bahwa ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah engkau tengah berhadapan dan bersitatap langsung dengan Beliau. Jika tidak engkau mampu demikian, maka keyakinan dalam hatimu tidak boleh tidak adalah bahwa Allah senantiasa ada bersamamu dan mengetahui semua hal-ihwal yang engkau lakukan. Dengan dasar ihsan ini maka tidak mungkin seorang hamba main-main dalam kehidupannya. Karena tentu dia menginginkan yang terbaik dipersembahkan kepada Tuhannya dalam bentuk ketaatan. Orang yang berihsan atau yang disebut muhsin dalam bahasa arab adalah orang yang memperbaiki perilaku atau menyempurnakan perangai. Ihsan sendiri berarti kebaikan atau kesempurnaan. Jadi sudah jelas kiranya, seorang muhsin selalu menghadirkan kesempurnaan dalam perilakunya. Minimal dia selalu berusaha melakukan yang terbaik, semaksimal mungkin yang dapat dia lakukan.
Terakhir dasar yang keempat, dalam hadits tersebut Jibril bertanya tentang hari kiamat dan tanda-tandanya. Maka satu hal yang kita bisa pahami, bahwa pondasi dasar agama kita yaitu keyakinan yang mutlak akan hadirnya hari akhir dan kehidupan setelahnya. Ini merupakan ajaran pokok hampir semua agama, bahwa manusia akan mengalami hari setelah kematian yang merupakan tempat pertanggungjawaban dan pengadilan atas segala apa yang menjadi perangai manusia di bumi. Dalam hadits tersebut dengan cukup jelas mengindikasikan bahwa Islam mengakui konsep hari akhir sebagai sebuah kepastian yang akan terjadi. Selain itu, disebutkan di sana beberapa tanda akan hadirnya hari kiamat, yaitu ketika para budak melahirkan tuannya, dan ketika orang miskin tiba-tiba menjadi kaya dan bersaing dalam kemewahan. Dua tanda hari akhir itu jika hendak dirumuskan dalam nilai, maka kita bisa mengerti bahwa kiamat itu akan hadir ketika nilai dan orientasi perilaku manusia sudah terbalik-balik.
Konstruksi rangka atap Joglo terdiri dari beberapa tiang yang disebut soko. Konstruksi atap Joglo mutlak memiliki tiang-tiang yang dikenal dengan nama soko guru. Tanpa soko guru, maka atap rumah tidak bisa disebut sebagai atap Joglo. Bila konstruksi atap joglo murni diterapkan pada rumah tinggal, maka soko yang berfungsi sebagai penyokong atap dengan kemiringan atap cukup curam tidak boleh dihilangkan. Masing-masing jenis tiang tersebut menyokong atap yang memiliki kemiringan yang berbeda-beda. Semakin ke arah keluar, kemiringan atap akan semakin landai. Walaupun landai, tetapi kemiringan atap yang tersebut harus dapat menyalurkan air dari permukaan bidang atap dengan baik. Selain itu, harus diperhatikan juga dalam menentukan kemiringan atap, bahwa atap dengan penutup atap gentheng yang terlalu landai akan mengakibatkan kebocoran.
Rumah Joglo menerapkan bentuk denah yang berbentuk bujur sangkar dan persegi panjang. Hal tersebut sesuai dengan estetika hidup orang Jawa yang mempunyai ketegasan prinsip dalam menjalankan tanggung jawab terhadap hidupnya. Dalam perkembangan desainnya bentuk persegi ini mengalami banyak perubahan dengan pembaharuan ruang pada sisi-sisi bangunannya, tetapi tetap merupakan kesatuan bentuk dari denah persegi. Empat tiang penyangga atau soko guru di tengahnya yang berukuran lebih tinggi dan digunakan untuk menopang atap. Soko guru merupakan simbol dari adanya sesuatu yang ditinggikan, yaitu Allah SWT.
Dalam agama Islam juga memiliki empat pondasi atau pilar. Pertama adalah Iman, kedua adalah syariat Islam, ketiga, Ihsan, dan keempat adalah keyakinan akan adanya hari kiamat dan hari sesudahnya. Keempat pilar tersebut tergambarkan dalam sebuah hadits yang sangat terkenal dan sahih diriwayatkan pada ahli hadits. Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata : Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya.
Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : "Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam. "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab," Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya," lelaki itu berkata, "Engkau benar," maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: "Beritahukan kepadaku tentang Iman". Nabi menjawab,"Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk," ia berkata, "Engkau benar."
Dia bertanya lagi: "Beritahukan kepadaku tentang ihsan". Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,"Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu."
Lelaki itu berkata lagi : "Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?" Nabi menjawab,"Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya." Dia pun bertanya lagi : "Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!" Nabi menjawab,"Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi."
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : "Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?" Aku menjawab,"Allah dan RasulNya lebih mengetahui," Beliau bersabda,"Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian." [HR Muslim]
Iman merupakan pondasi aqidah. Iman menjadi pondasi bagi semua perilaku orang yang beragama. Tanpa iman, agama menjadi kosong. Semua perintah dan larangan agama menjadi mentah jika tidak ada iman. Maka iman menjadi pondasi pertama bagi seorang yang hendak menyatakan diri beragama. Iman dalam agama Islam ada enam: iman kepada Allah, iman kepada Malaikat-malaikat Allah, Rosul-rosulnya, kitab-kitab-Nya, iman pada hari akhir dan juga iman kepada Qodo dan Qodar. Ini kita kenal dengan rukun iman. Tidak ada toleransi dan diskon. Semua harus diimani tidak kecuali.
Pondasi kedua yaitu Islam. Disebutkan bahwa Rukun atau komponen pokok Islam adalah: Syahadatain, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menjalankan puasa Ramadhan, dan menunaikan Haji. Lima rukun ini menjadi komponen pokok dalam Islam dengan pintu masuk Syahadatain.
Tidak disebut Islam jika tidak menyatakan diri bersaksi bahwa Tuhannya adalah Allah tidak yang lain, dan Muhammad itu sebagai utusan, Nabi dan Rosul Allah SWT. Begitu masuk pintu syahadat, maka kewajiban syariat membebaninya, dari mendirikan shalat hingga menunaikan ibadah haji ke baitullah. Ini adalah syariat dasar dalam agama Islam.
Ketiga, pondasi agama Islam adalah Ihsan. Dinyatakan oleh Rosul bahwa ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah engkau tengah berhadapan dan bersitatap langsung dengan Beliau. Jika tidak engkau mampu demikian, maka keyakinan dalam hatimu tidak boleh tidak adalah bahwa Allah senantiasa ada bersamamu dan mengetahui semua hal-ihwal yang engkau lakukan. Dengan dasar ihsan ini maka tidak mungkin seorang hamba main-main dalam kehidupannya. Karena tentu dia menginginkan yang terbaik dipersembahkan kepada Tuhannya dalam bentuk ketaatan. Orang yang berihsan atau yang disebut muhsin dalam bahasa arab adalah orang yang memperbaiki perilaku atau menyempurnakan perangai. Ihsan sendiri berarti kebaikan atau kesempurnaan. Jadi sudah jelas kiranya, seorang muhsin selalu menghadirkan kesempurnaan dalam perilakunya. Minimal dia selalu berusaha melakukan yang terbaik, semaksimal mungkin yang dapat dia lakukan.
Terakhir dasar yang keempat, dalam hadits tersebut Jibril bertanya tentang hari kiamat dan tanda-tandanya. Maka satu hal yang kita bisa pahami, bahwa pondasi dasar agama kita yaitu keyakinan yang mutlak akan hadirnya hari akhir dan kehidupan setelahnya. Ini merupakan ajaran pokok hampir semua agama, bahwa manusia akan mengalami hari setelah kematian yang merupakan tempat pertanggungjawaban dan pengadilan atas segala apa yang menjadi perangai manusia di bumi. Dalam hadits tersebut dengan cukup jelas mengindikasikan bahwa Islam mengakui konsep hari akhir sebagai sebuah kepastian yang akan terjadi. Selain itu, disebutkan di sana beberapa tanda akan hadirnya hari kiamat, yaitu ketika para budak melahirkan tuannya, dan ketika orang miskin tiba-tiba menjadi kaya dan bersaing dalam kemewahan. Dua tanda hari akhir itu jika hendak dirumuskan dalam nilai, maka kita bisa mengerti bahwa kiamat itu akan hadir ketika nilai dan orientasi perilaku manusia sudah terbalik-balik.
Kalau video klip yang ini, "Always Remember Us This Way", SettiaBlog kasih yang multicouples, biar pada adem hatinya.
"Terkadang kita dikuasai oleh kesedihan hingga sampai pada tingkatan di mana kita lupa bahwa ada banyak hal dalam hidup yang bisa membuat kita bahagia."
"Orang beriman akan terbebas dari perasaan bahagia terlalu berlebihan yang menyebabkan seseorang melupakan Allah SWT dan perasaan terlalu larut dalam kesedihan yang menyebabkan seseorang putus asa dan menyalahkan Allah SWT."
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (Q.S Al-Qashas: 77)
No comments:
Post a Comment