Feb 10, 2025

Makna Kebahagiaan Sesungguhnya Menurut Socrates

 


Video klip di atas ada patongan lagu "cheap thrills" nya Sia.  Cheap thrills  sendiri merupakan Idiom yang bisa di maknai 'kebahagiaan bukan hanya tentang uang atau ndak semuanya di ukur dengan uang' . Socrates, salah satu filsuf terbesar dari Yunani kuno, memiliki pandangan yang sangat mendalam dan unik tentang kebahagiaan. Socrates percaya bahwa kebahagiaan sejati ndak berasal dari harta atau kekayaan materi, tetapi dari keadaan batin yang baik dan kebajikan moral. Kebahagiaan, menurut Socrates, adalah hasil dari kehidupan yang dijalani dengan kebajikan dan pengetahuan yang benar. Ada beberapa poin utama dari pandangan Socrates tentang kebahagiaan:

1. Kebahagiaan dan Kebajikan

Socrates berpendapat bahwa kebajikan (arete) adalah inti dari kebahagiaan. Kebajikan, dalam pengertian Socrates, adalah hidup sesuai dengan prinsip moral dan etika yang tinggi. Orang yang berbudi pekerti baik akan menemukan kebahagiaan yang sejati karena mereka hidup dalam harmoni dengan nilai-nilai yang lebih tinggi.

2. Pengetahuan dan Kebahagiaan

Menurut Socrates, pengetahuan adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan. Pengetahuan yang benar memungkinkan seseorang untuk membuat keputusan yang baik dan hidup dengan bijaksana. Ketidaktahuan, di sisi lain, adalah akar dari keburukan dan ketidakbahagiaan.

3. Kebahagiaan Batin

Kebahagiaan sejati, menurut Socrates, adalah keadaan batin yang tenang dan damai. Hal ini ndak dapat dicapai melalui kekayaan materi atau kesenangan fisik aja, tetapi melalui refleksi diri, pemahaman yang mendalam, dan hidup sesuai dengan kebajikan.

4. Hidup yang Diperiksa

Socrates terkenal dengan pernyataannya, "Hidup yang ndak diperiksa ndak layak untuk dijalani." Ia percaya bahwa refleksi diri dan introspeksi adalah penting untuk mencapai kebahagiaan. Dengan merenungkan tindakan, keputusan, dan nilai-nilai kita, kita dapat memperbaiki diri dan mencapai kebahagiaan sejati.

Pandangan Socrates tentang kebahagiaan sangat relevan dalam kehidupan modern. Di tengah tekanan sosial untuk mengejar kekayaan dan status, konsep kebahagiaan yang diusung oleh Socrates memberikan pandangan alternatif yang lebih dalam dan bermakna. Ada beberapa cara bagaimana pandangan Socrates dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:

1. Mengutamakan Kebajikan

Di samping mengejar kekayaan materi, fokuslah pada pengembangan kebajikan dan karakter yang baik. Ini termasuk kejujuran, integritas, keadilan, dan keberanian. Kebahagiaan sejati akan datang dari hidup sesuai dengan nilai-nilai ini.

2. Pentingnya Pengetahuan

Investasikan waktu dan usaha dalam memperoleh pengetahuan yang benar. Ini ndak hanya mencakup pendidikan formal, tetapi juga pembelajaran terus-menerus melalui pengalaman hidup, bacaan, dan refleksi diri.

3. Refleksi Diri

Luangkan waktu untuk merenung dan memeriksa hidup Anda. Pertimbangkan apakah tindakan dan keputusan Anda sejalan dengan nilai-nilai moral dan etika yang Anda yakini. Refleksi diri dapat membantu Anda hidup dengan lebih bijaksana dan mencapai kebahagiaan yang lebih dalam.

4. Mencari Kedamaian Batin

Fokuslah pada pencapaian kedamaian batin melalui meditasi, introspeksi, dan hidup dalam harmoni dengan diri sendiri dan orang lain. Kebahagiaan sejati adalah keadaan batin yang damai dan puas, yang ndak dapat dibeli dengan uang.

Mengapa Konsep Ini Penting?

1.    Menghindari Pengejaran yang Sia-sia

Pandangan Socrates membantu kita menghindari pengejaran yang sia-sia terhadap kekayaan materi yang sering kali ndak membawa kebahagiaan sejati. Dengan memahami bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam, kita dapat hidup dengan lebih bijaksana dan memuaskan.

2.    Memperkuat Karakter

Dengan fokus pada kebajikan dan pengetahuan, kita dapat mengembangkan karakter yang kuat dan bermoral. Ini ndak hanya membawa kebahagiaan pribadi tetapi juga berkontribusi pada masyarakat yang lebih baik.

3.    Mencapai Kepuasan Sejati

Kebahagiaan sejati, menurut Socrates, adalah keadaan batin yang puas dan damai. Dengan mengejar kebajikan dan pengetahuan, kita dapat mencapai kepuasan yang lebih dalam dan lebih abadi.

Pandangan Socrates bahwa "kebahagiaan sejati ndak hanys berasal dari harta atau kekayaan materi, tetapi dari keadaan batin yang baik dan kebajikan moral" memberikan pandangan yang mendalam dan berharga tentang hakikat kebahagiaan. Di tengah tekanan sosial untuk mengejar kekayaan dan status, konsep kebahagiaan yang diusung oleh Socrates memberikan pandangan alternatif yang lebih dalam dan bermakna. Dengan mengutamakan kebajikan, pengetahuan, refleksi diri, dan kedamaian batin, kita dapat mencapai kebahagiaan sejati dalam hidup kita.

Kebahagiaan sejati adalah tentang menemukan kedamaian dan kepuasan dalam diri sendiri, hidup sesuai dengan nilai-nilai yang lebih tinggi, dan terus belajar dan berkembang. Dengan memahami dan menerapkan pandangan ini, kita akan lebih mudah mencapai kehidupan yang lebih bahagia dan bermakna.



Untuk video klip kedua SettiaBlog kasih sambungan dari lagu di atas. Bekerja dalam pandangan Islam merupakan kerja lahir yang merupakan aktivitas fisik dan juga kerja batin dalam hal ini kerja otak dan kerja hati (qalb). Bekerja merupakan salah satu amal saleh yang menjadi kewajiban setiap umat Islam. Tentunya, Islam menganjurkan dan mewajibkan manusia untuk bekerja dan mencari rezeki yang halal dan baik. Bekerja dalam Islam merupakan usaha yang dilakukan dengan serius dengan cara mengerahkan semua tenaga dan pikiran.

Islam bukan hanya agama langit, tetapi sekaligus agama yang dapat membumi, oleh karenanya Islam memandang bekerja sebagai fitrah. Manusia adalah makhluk yang bekerja (homo faber), bahkan manusia ndak akan mendapatkan suatu apa pun kecuali apa yang diusahakannya. Sehingga ndak mengherankan jika sering didengar bahwa masuk surga atau neraka sangat ditentukan oleh perbuatan seseorang, atau usahanya ketika hidup di dunia. Perlu ditekankan supaya manusia bekerja atau berusaha untuk kebaikan serta dengan cara yang baik, sebab orang yang beriman dan bekerja dengan baik maka Allah SWT akan memberi kehidupan yang baik pula. 

Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT (Q.S. Adz-Dzariyat [51]: 56). Salah bentuk ibadah yang bersifat umum adalah bekerja. Ndak ada kesuksesan, kebaikan, manfaat atau perubahan dari keadaan buruk menjadi lebih baik kecuali dengan kerja menurut bidang masing-masing. Melalui kerja manusia menyatakan eksistensi dirinya dalam kehidupan bermasyarakat, karena bekerja pada dasarnya merupakan realitas fundamental bagi manusia dan karenanya menjadi hakikat kodrat yang selalu terbawa dalam setiap jenjang perkembangan kemanusiaannya, sebab dengan kerja manusia dapat melaksanakan pembangunan perekonomian masyarakat dan sekaligus sebagai cermin pelaksanaan perintah agama.  

Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan satu identitas manusia, sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai ‘abdullah  (hamba Allah). Bekerja dan kesadaran bekerja mempunyai dua dimensi yang berbeda menurut takaran seorang muslim, yaitu bahwa makna dan hakikat bekerja adalah fitrah manusia yang sudah seharusnya demikian (conditio sine quanon). Sedangkan kesadaran bekerja akan melahirkan suatu improvements  untuk meraih nilai-nilai yang bermakna, dia mampu menuangkan idenya dalam bentuk perencanaan, tindakan, serta melakukan penilaian dan analisa tentang sebab dan akibat dari aktifitas yang dilakukannya (managerial aspect)

Dalam Islam, rezeki memang menjadi urusan Allah SWT dan sebagai hamba-Nya, manusia diwajibkan untuk selalu berusaha sekuat tenaga untuk mencari rezeki yang halal. Bekerja merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan setiap orang.

Bekerja adalah suatu aksioma Ilahiyyah yang berlaku universal, pada kurun waktu kenabian dan awal kebangkitan Islam, sangat jelas terlihat bahwa penghargaan atas makna bekerja telah diterima oleh seluruh pengikut Rosul dengan sikap sami’na wa ato’na, sikap patuh tanpa reserve.

Tujuan bekerja keras, bukanlah sekedar memenuhi naluri yakni hidup untuk kepentingan perut saja. Islam memberikan pengarahan kepada suatu tujuan filosofi yang luhur, tujuan yang mulia, tujuan yang ideal yang sempurna yaitu keimanan, berta’abbud, menghambakan diri untuk mencari keridaan Allah SWT. Semua usaha seorang muslim yang bercorak duniawi maupun ukhrowi pada hakikatnya tertuju pada satu titik yaitu keridaan Allah SWT  (mardhatillâh)

Ibadah ndak hanya salat, puasa, zakat, haji akan tetapi ibadah dalam pengertian luas juga meliputi bidang  duniawi yang kesemuanya dilakukan dengan niat iman dan mencari keridaan Allah SWT. Niat seorang muslim merupakan hal yang sangat penting, termasuk semua aktifitas yang dilakukannya. Niat merupakan tekat hati untuk melakukan suatu perbuatan ibadah dalam rangka mendekatkan diri semata-mata karena Allah SWT, sekaligus merupakan unsur yang sangat menentukan dalam keabsahan suatu ibadah.

Udah ya, maaf in SettiaBlog ya.

No comments:

Post a Comment