Lama ya SettiaBlog ndak menyapa Ariana. SettiaBlog itu kangen sama jidadnya yang licin ..he ...he... Jidad licin itu tanda seorang pemikir lho, di samping itu dia juga multitasker dan pengambil keputusan yang cepat.
Video klip di atas itu "honeymoon avenue" dengan aransemen baru. Tema lagunya sendiri tentang kebimbangan karena kecerobohan mengambil keputusan yang pernah di lakukan. Ya di situ di gambarkan saat mengemudi mobil di tengah hujan, melihat kaca spion terlihat kabur dan melihat ke depan juga kabur. Setiap manusia pasti selalu mengambil keputusan baik untuk dirinya sendiri atau untuk kepentingan kelompok. Pengambilan keputusan ndak dapat dilakukan dengan sembrono. Hal ini menyangkut soal kehidupannya sekarang, masa lalu, dan masa depan.
Teori pengambilan keputusan merupakan ilmu yang menelaah mengenai cara memilih alternatif yang tepat untuk dijadikan sebagai sebuah keputusan. Biasanya berkaitan dengan perilaku seseorang dalam memutuskan sesuatu. Teori ini menyatakan bahwa seseorang memiliki keterbatasan pengetahuan dan bertindak hanya berdasarkan persepsinya terhadap situasi yang sedang dihadapinya. Hal ini disebabkan karena setiap orang memiliki pengetahuan yang berbeda. Sehingga, akan berpengaruh pada pengambilan keputusan yang tidak dapat dipisahkan dari berbagai konteks sosial berupa tekanan-tekanan dan pengaruh pilitik ekonomi, dan sosial. Pengambilan keputusan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam diri ataupun faktor lingkungan. Berikut akan dibahas mengenai teori pengambilan keputusan.
Teori Pengambilan Keputusan (Behavioral Decision Theory)
Pengambilan keputusan sebagai pemilihan di antara alternatif suatu cara bertindak. Hal tersebut menjadi inti dari perencanaan, sebuah rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat. Adapun teori pengambilan keputusan merupakan ilmu yang menelaah mengenai keputusan dan berkaitan dengan perilaku seseorang dalam proses pengambilan keputusan. Teori ini mengungkapkan bahwa seseorang memiliki keterbatasan pengetahuan dan tindakan hanya berpijak pada persepsinya pada situasi yang sedang dihadapi. Setiap orang memiliki struktur pengetahuan yang berbeda dan akan berpengaruh pad acara pembuatan suatu keputusan. Yang mana, keputusan tersebut tidak dapat dilepaskan dari berbagai konteks sosial berupa tekanan-tekanan dan pengaruh-pengaruh politik, ekonomi, dan sosial. Seseorang yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan tidak akan menggunakan pikiran rasional jika telah merasa bahwa keputusan yang diambil sangat erat kaitannya dengan kepentingan pribadinya. Hal tersebut dijelaskan lebih detail pada self-fulfiling propechy effect.
Self- fulfiling propechy effect dipahami sebagai seseorang yang berharap pihak lain akan berperilaku atau mengambil keputusan sesuai dengan kehendaknya. Berdasarkan self – fulfiling propechy effect ada dua tipe auditor. Berikut rinciannya.
• Auditor yang takut reputasinya akan turun maka cenderung memberikan pendapat qualified pada perusahaan yang bermasalah.
• Auditor yang takut kepentingan-kepentingan pribadi baik yang menyangkut ekonomi atau tidak akan terganggu maka cenderung memberikan pendapat unqualified pada perusahaan yang bermasalah.
Teori Pengambilan Keputusan (Theory of Decision Making)
Kebijakan merukapan suatu tindakan yang menjurus pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu permasalahan. Tindakan para pemimpin atau pengambil kebijakan biasanya bukan merupakan keputusan tunggal. Artinya kebijakan yang diambil biasanya kebijakan akan diputuskan dengan cara mengambil beberapa keputusan yang saling berkaitan dengan masalah yang ada. Pengambilan keputusan dapat dipahami sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif yang tersedia. Berikut beberapa teori yang sering digunakan dalam pengambilan kebijakan.
1. Teori Rasional Komperehensif
Teori raisonal komperehensif memiliki beberapa unsur sebagai berikut.
• Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan menurut prioritas masalah)
• Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat keputusan sangat jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya.
• Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara saksama.
• Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan prioritas.
• Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk membandingkan dengan alternatif lain.
• Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan, nilai, dan sasaran yang ditetapkan
Pengambilan keputusan sebenarnya tidak dihadapkan pada masalah-masalah yang konkret. Namun, sering kali yang terjadi adalah pengambilan keputusan yang kurang tepat terhadap akar permasalahan. Teori rasional komperehensif menekankan pada hal-hal yang sifatnya tidak rasional dalam diri pemangku atau pengambil keputusan. Jika seseorang pengambil keputusan memiliki cukup informasi mengenai beragam alternatif. Sehingga akan mampu memprediksi dengan tepat akibat-akibat dari pilihan alternatif yang ada. Serta memperhitungkan asas biaya manfaatnya dan mempertimbangkan banyak masalah yang saling berhubungan. Tidak jarang, pengambil keputusan memiliki konflik kepentingan antara nilai-nilai diri dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Teori ini mengasumsikan bahwa fakta-fakta dan nilai-nilai yang ada dapat dibedakan dengan mudah. Namun, kenyataannya sulit membedakan antara fakta dengan nilai-nilai yang ada. Ada beberapa masalah di beberapa negara berkembang seperti Indonesia untuk menerapkan teori rasional komperehensif. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut ini.
• Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap sehingga tidak bisa dipakai untuk dasar pengambilan keputusan. Kalau dipaksakan maka akan terjadi sebuah keputusan yang kurang tepat.
• Teori ini diambil/diteliti dengan latar belakang berbeda dengan nagara berkembang ekologi budanyanya berbeda.
• Birokrasi dinegara berkembang tidak bisa mendukung unsur-unsur rasional dalam pengambilan keputusan, karena dalam birokrasi negara berkembang kebanyakan korup sehingga menciptakan hal-hal yang tidak rasional.
2. Teori Inkremental
Teori ini menjadi cara yang paling sering digunakan oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil keputusan. Pada prinsipnya, teori ini menghindari banyak masalah yang telah dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan. Pokok-pokok pikiran dari teori inkremental sebagai berikut.
• Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk mencapanya merupakan hal yang saling terkait.
• Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan alternatif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara inkremental atau marjinal
• Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenahi sebab dan akibatnya.
• Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redifinisikan secara teratur dan memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan sarana sehingga dampak dari masalah lebih dapat ditanggulangi.
• Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap masalah. Sehingga keputusan yang baik terletak pada berbagai analisis yang mendasari kesepakatan guna mengambil keputusan.
• Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya dalah memperbaiki atau melengkapi keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan penyempurnaan.
• Teori ini didasarkan pada berbagai analisis maka akan sangat tepat jika diterapkan pada negara-negara yang memiliki struktur majemuk. Keputusan dan kebijakan diambil dengan dasar slaing percaya antara satu pihak dengan pihak lainnya secara politis yang lebih aman.
• Kondisi realistik dari berbagai negara dalam mengambil keputusan atau kebijakan oleh pengambil keputusan akan dihadapkan dengan situasi yang kurang baik. Seperti kekurangan waktu, kurang pengalaman, dan kurangnya sumber-sumber lain yang dapat digunakan sebagai bahan atau dasar analisis secara komperehensif.
Teori ini menjadi model pengambilan keputusan yang memberikan hasil terbatas, dapat diterima, dan praktis. Meskipun begitu, teori ini memiliki kelemahan sebagai berikut.
• Keputusan–keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan dari kelompok yang kuat dan mapan sehingga kepentingan kelompok lemah terabaikan.
• Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan tidak memperhatikan berbagai macam kebijakan lain
• Di negara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang inkremental tidak tepat karena negara berkembang lebih membutuhkan perubahan yang besar dan mendasar.
• Gaya inkremental dalam membuat keputusan cenderung mengahsilkan kelambanan dan terpeliharanya status quo.
3. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory)
Atas dasar kelemahan-kelemahan dari konsep teori-teori sebelumnya maka AItai Etzioni, ahli sosiologi organisasi merumuskan gagasan baru yang disebut dengan pengamatan terpadu. Pengamatan terpadu (mixed scaning) yang didefinisikan sebagai suatu pendekatan untuk mengambil keputusan baik yang bersifat fundamental maupun inkremental. Keputusan-keputusan inkremental memberikan arahan dasar dan melapangkan jalan untuk keputusan-keputusan fundamental setelah keputusan-keputusan tersebut tercapai. Model pengamatan terpadu yang dirumuskan Etzioni memberikan kemungkinan bagi para pembuat keputusan. Mereka dapat mengambil keputusan dengan menerapkan teori rasional kompeehensif dan teori inkremental pada situasi yang berbeda-beda. Pada dasarnya teori pengamatan terpadu ini menggunakan pendekatan kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif dan model inkremental dalam proses pengambilan keputusan.
Jenis-Jenis Bias yang Dilakukan Pemimpin dalam Mengambil Keputusan
Sebagai seorang pimpinan atau pengambil keputusan maka tidak mungkin akan selalu memberikan keputusan atau kebijakan yang adil. Mereka pun dapat berbuat kesalahan atau mengambil keputusan secara bias. Berikut beberapa bias-bias keputusan yang sering dilakukan oleh pemimpin.
1. Confirmation Bias
Confirmation bias (bias konfirmasi) sering terjadi ketika menginterpretasikan sebuah kejadian untuk mendukung kesimpulan sebelumnya. Pemimpin membuat keputusan fatal berdasarkan pada keyakinan sendiri, tanpa ada data pendukung yang valid. Mereka menganggap bahwa keputusan yang diambil telah valid dan mengabaikan data-data yang berlawanan dengan keputusannya. Pemimpin tidak boleh mengambil keputusan dengan dasar asumsinya sendiri. Di beberapa kasus, pemimpin sebaiknya meninja ulang seluruh sumber informasi sebelum membuat keputusan. Langkah tersebut diambil untuk menghemat waktu dan menghindari bias konfirmasi. Pemimpin dapat membuat tim untuk mengumpulkan informasi.
2. Bias Blind Spot
Bias blind spot dapat terjadi ketika pemimpin tidak menyadari bahwa mereka memiliki bias atau pandangan yang ambigu. Bias dapat berdampak pada kurangnya masukan dari anggota tim tertentu. Sehingga, keputusan yang diambil sering kali secara sepihak dari pemimpin.
3. Projection Bias
Projection bias dapat menunjukkan perilaku pemimpin dalam memberikan apresiasi berlebihan pada tim yang sependapat dengannya. Pemimpin dengan bias tersebut, cenderung akan berasumsi bahwa orang lain berpikir dan manyakini bahwa pendapatnya yang terbaik. Mereka berasumsi jika cara berpikir atau perilakunya akan mirip dengan pola pikir dan cara meresponsnya.
Cara-Cara Efektif Pengambilan Keputusan Bagi Pemimpin
Pengambilan keputusan secara bias dapat dihindari dengan menerapkan beberapa strategi. Melansir dari laman ruangkerja.id, berikut beberapa cara-cara efektif yang dapat dilakukan pemimpin dalam mengambil keputusan atau menetapkan kebijakan.
1. Identifikasi Keputusan yang Akan Diambil
Sebelum mengambil keputusan, lebih baik melakukan identifikasi masalah yang membutuhkan pengambilan keputusan secara cepat. Identifikasi ini bertujuan agar tidak ada bias dalam keputusan yang diambil.
2. Mengumpulkan Informasi dan Data Pendukung
Kumpulkan berbagai informasi baik dari internal ataupun eksternal organisasi. Semakin banyak informasi yang diperoleh maka akan semakin luas pembahasan dalam proses pengambilan keputusan.
3. Membuat Alternatif Pilihan
Setelah informasi terkumpl maka proses pengambilan keputusan melalui tahapan diskusi atau bertukar pikiran antartim. Pemimpin dan tim membuat alternatif pilhan yang beragam.
4. Menimbang Informasi yang Diperoleh
Dari berbagai alternatif keputusan maka akan dipertimbangkan sisi positif dan negative jika pilihan tersebut diambil. Sebelum membuat keputusan atau kebijakan maka alangkah lebih baik jika meminta masukan dari berbagai pihak untuk mendapatkan keputusan yang efektif.
5. Tentukan Pilihan dari Berbagai Alternatif yang Ada
Setelah bertukar pikiran dan menimbang informasi maka pemimpin akan mengerucutkan pada satu pilihan terbaik. Hal tersebut harus didasarkan pada berbagai pertimbangan dan kematangan informasi yang diperoleh.
6. Menjalankan Keputusan Efektif
Setelah kelima langkah dilakukan maka pemimpin harus melakukan aksi nyata sebagai bentuk perwujudan keputusan tersebut. Aksi yang dilkukan telah dipikirkan dengan panjang dan matang.
7. Review dan Evaluasi Keputusan yang Diambil
Setelah mengambil keputusan maka harus dilakukan evaluasi dan review terhadap keputusan yang telah dijalankan. Untuk menjadi keputusan yang efektif maka pastinya harus terus dilakukan perbaikan.
Teori pengambilan keputusan merupakan ilmu yang menelaah mengenai cara memilih alternatif yang tepat untuk dijadikan sebagai sebuah keputusan. Biasanya berkaitan dengan perilaku seseorang dalam memutuskan sesuatu. Teori ini menyatakan bahwa seseorang memiliki keterbatasan pengetahuan dan bertindak hanya berdasarkan persepsinya terhadap situasi yang sedang dihadapinya. Hal ini disebabkan karena setiap orang memiliki pengetahuan yang berbeda. Sehingga, akan berpengaruh pada pengambilan keputusan yang tidak dapat dipisahkan dari berbagai konteks sosial berupa tekanan-tekanan dan pengaruh pilitik ekonomi, dan sosial. Pengambilan keputusan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam diri ataupun faktor lingkungan. Berikut akan dibahas mengenai teori pengambilan keputusan.
Teori Pengambilan Keputusan (Behavioral Decision Theory)
Pengambilan keputusan sebagai pemilihan di antara alternatif suatu cara bertindak. Hal tersebut menjadi inti dari perencanaan, sebuah rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat. Adapun teori pengambilan keputusan merupakan ilmu yang menelaah mengenai keputusan dan berkaitan dengan perilaku seseorang dalam proses pengambilan keputusan. Teori ini mengungkapkan bahwa seseorang memiliki keterbatasan pengetahuan dan tindakan hanya berpijak pada persepsinya pada situasi yang sedang dihadapi. Setiap orang memiliki struktur pengetahuan yang berbeda dan akan berpengaruh pad acara pembuatan suatu keputusan. Yang mana, keputusan tersebut tidak dapat dilepaskan dari berbagai konteks sosial berupa tekanan-tekanan dan pengaruh-pengaruh politik, ekonomi, dan sosial. Seseorang yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan tidak akan menggunakan pikiran rasional jika telah merasa bahwa keputusan yang diambil sangat erat kaitannya dengan kepentingan pribadinya. Hal tersebut dijelaskan lebih detail pada self-fulfiling propechy effect.
Self- fulfiling propechy effect dipahami sebagai seseorang yang berharap pihak lain akan berperilaku atau mengambil keputusan sesuai dengan kehendaknya. Berdasarkan self – fulfiling propechy effect ada dua tipe auditor. Berikut rinciannya.
• Auditor yang takut reputasinya akan turun maka cenderung memberikan pendapat qualified pada perusahaan yang bermasalah.
• Auditor yang takut kepentingan-kepentingan pribadi baik yang menyangkut ekonomi atau tidak akan terganggu maka cenderung memberikan pendapat unqualified pada perusahaan yang bermasalah.
Teori Pengambilan Keputusan (Theory of Decision Making)
Kebijakan merukapan suatu tindakan yang menjurus pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu permasalahan. Tindakan para pemimpin atau pengambil kebijakan biasanya bukan merupakan keputusan tunggal. Artinya kebijakan yang diambil biasanya kebijakan akan diputuskan dengan cara mengambil beberapa keputusan yang saling berkaitan dengan masalah yang ada. Pengambilan keputusan dapat dipahami sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif yang tersedia. Berikut beberapa teori yang sering digunakan dalam pengambilan kebijakan.
1. Teori Rasional Komperehensif
Teori raisonal komperehensif memiliki beberapa unsur sebagai berikut.
• Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan menurut prioritas masalah)
• Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat keputusan sangat jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya.
• Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara saksama.
• Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan prioritas.
• Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk membandingkan dengan alternatif lain.
• Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan, nilai, dan sasaran yang ditetapkan
Pengambilan keputusan sebenarnya tidak dihadapkan pada masalah-masalah yang konkret. Namun, sering kali yang terjadi adalah pengambilan keputusan yang kurang tepat terhadap akar permasalahan. Teori rasional komperehensif menekankan pada hal-hal yang sifatnya tidak rasional dalam diri pemangku atau pengambil keputusan. Jika seseorang pengambil keputusan memiliki cukup informasi mengenai beragam alternatif. Sehingga akan mampu memprediksi dengan tepat akibat-akibat dari pilihan alternatif yang ada. Serta memperhitungkan asas biaya manfaatnya dan mempertimbangkan banyak masalah yang saling berhubungan. Tidak jarang, pengambil keputusan memiliki konflik kepentingan antara nilai-nilai diri dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Teori ini mengasumsikan bahwa fakta-fakta dan nilai-nilai yang ada dapat dibedakan dengan mudah. Namun, kenyataannya sulit membedakan antara fakta dengan nilai-nilai yang ada. Ada beberapa masalah di beberapa negara berkembang seperti Indonesia untuk menerapkan teori rasional komperehensif. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut ini.
• Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap sehingga tidak bisa dipakai untuk dasar pengambilan keputusan. Kalau dipaksakan maka akan terjadi sebuah keputusan yang kurang tepat.
• Teori ini diambil/diteliti dengan latar belakang berbeda dengan nagara berkembang ekologi budanyanya berbeda.
• Birokrasi dinegara berkembang tidak bisa mendukung unsur-unsur rasional dalam pengambilan keputusan, karena dalam birokrasi negara berkembang kebanyakan korup sehingga menciptakan hal-hal yang tidak rasional.
2. Teori Inkremental
Teori ini menjadi cara yang paling sering digunakan oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil keputusan. Pada prinsipnya, teori ini menghindari banyak masalah yang telah dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan. Pokok-pokok pikiran dari teori inkremental sebagai berikut.
• Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk mencapanya merupakan hal yang saling terkait.
• Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan alternatif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara inkremental atau marjinal
• Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenahi sebab dan akibatnya.
• Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redifinisikan secara teratur dan memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan sarana sehingga dampak dari masalah lebih dapat ditanggulangi.
• Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap masalah. Sehingga keputusan yang baik terletak pada berbagai analisis yang mendasari kesepakatan guna mengambil keputusan.
• Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya dalah memperbaiki atau melengkapi keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan penyempurnaan.
• Teori ini didasarkan pada berbagai analisis maka akan sangat tepat jika diterapkan pada negara-negara yang memiliki struktur majemuk. Keputusan dan kebijakan diambil dengan dasar slaing percaya antara satu pihak dengan pihak lainnya secara politis yang lebih aman.
• Kondisi realistik dari berbagai negara dalam mengambil keputusan atau kebijakan oleh pengambil keputusan akan dihadapkan dengan situasi yang kurang baik. Seperti kekurangan waktu, kurang pengalaman, dan kurangnya sumber-sumber lain yang dapat digunakan sebagai bahan atau dasar analisis secara komperehensif.
Teori ini menjadi model pengambilan keputusan yang memberikan hasil terbatas, dapat diterima, dan praktis. Meskipun begitu, teori ini memiliki kelemahan sebagai berikut.
• Keputusan–keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan dari kelompok yang kuat dan mapan sehingga kepentingan kelompok lemah terabaikan.
• Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan tidak memperhatikan berbagai macam kebijakan lain
• Di negara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang inkremental tidak tepat karena negara berkembang lebih membutuhkan perubahan yang besar dan mendasar.
• Gaya inkremental dalam membuat keputusan cenderung mengahsilkan kelambanan dan terpeliharanya status quo.
3. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory)
Atas dasar kelemahan-kelemahan dari konsep teori-teori sebelumnya maka AItai Etzioni, ahli sosiologi organisasi merumuskan gagasan baru yang disebut dengan pengamatan terpadu. Pengamatan terpadu (mixed scaning) yang didefinisikan sebagai suatu pendekatan untuk mengambil keputusan baik yang bersifat fundamental maupun inkremental. Keputusan-keputusan inkremental memberikan arahan dasar dan melapangkan jalan untuk keputusan-keputusan fundamental setelah keputusan-keputusan tersebut tercapai. Model pengamatan terpadu yang dirumuskan Etzioni memberikan kemungkinan bagi para pembuat keputusan. Mereka dapat mengambil keputusan dengan menerapkan teori rasional kompeehensif dan teori inkremental pada situasi yang berbeda-beda. Pada dasarnya teori pengamatan terpadu ini menggunakan pendekatan kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif dan model inkremental dalam proses pengambilan keputusan.
Jenis-Jenis Bias yang Dilakukan Pemimpin dalam Mengambil Keputusan
Sebagai seorang pimpinan atau pengambil keputusan maka tidak mungkin akan selalu memberikan keputusan atau kebijakan yang adil. Mereka pun dapat berbuat kesalahan atau mengambil keputusan secara bias. Berikut beberapa bias-bias keputusan yang sering dilakukan oleh pemimpin.
1. Confirmation Bias
Confirmation bias (bias konfirmasi) sering terjadi ketika menginterpretasikan sebuah kejadian untuk mendukung kesimpulan sebelumnya. Pemimpin membuat keputusan fatal berdasarkan pada keyakinan sendiri, tanpa ada data pendukung yang valid. Mereka menganggap bahwa keputusan yang diambil telah valid dan mengabaikan data-data yang berlawanan dengan keputusannya. Pemimpin tidak boleh mengambil keputusan dengan dasar asumsinya sendiri. Di beberapa kasus, pemimpin sebaiknya meninja ulang seluruh sumber informasi sebelum membuat keputusan. Langkah tersebut diambil untuk menghemat waktu dan menghindari bias konfirmasi. Pemimpin dapat membuat tim untuk mengumpulkan informasi.
2. Bias Blind Spot
Bias blind spot dapat terjadi ketika pemimpin tidak menyadari bahwa mereka memiliki bias atau pandangan yang ambigu. Bias dapat berdampak pada kurangnya masukan dari anggota tim tertentu. Sehingga, keputusan yang diambil sering kali secara sepihak dari pemimpin.
3. Projection Bias
Projection bias dapat menunjukkan perilaku pemimpin dalam memberikan apresiasi berlebihan pada tim yang sependapat dengannya. Pemimpin dengan bias tersebut, cenderung akan berasumsi bahwa orang lain berpikir dan manyakini bahwa pendapatnya yang terbaik. Mereka berasumsi jika cara berpikir atau perilakunya akan mirip dengan pola pikir dan cara meresponsnya.
Cara-Cara Efektif Pengambilan Keputusan Bagi Pemimpin
Pengambilan keputusan secara bias dapat dihindari dengan menerapkan beberapa strategi. Melansir dari laman ruangkerja.id, berikut beberapa cara-cara efektif yang dapat dilakukan pemimpin dalam mengambil keputusan atau menetapkan kebijakan.
1. Identifikasi Keputusan yang Akan Diambil
Sebelum mengambil keputusan, lebih baik melakukan identifikasi masalah yang membutuhkan pengambilan keputusan secara cepat. Identifikasi ini bertujuan agar tidak ada bias dalam keputusan yang diambil.
2. Mengumpulkan Informasi dan Data Pendukung
Kumpulkan berbagai informasi baik dari internal ataupun eksternal organisasi. Semakin banyak informasi yang diperoleh maka akan semakin luas pembahasan dalam proses pengambilan keputusan.
3. Membuat Alternatif Pilihan
Setelah informasi terkumpl maka proses pengambilan keputusan melalui tahapan diskusi atau bertukar pikiran antartim. Pemimpin dan tim membuat alternatif pilhan yang beragam.
4. Menimbang Informasi yang Diperoleh
Dari berbagai alternatif keputusan maka akan dipertimbangkan sisi positif dan negative jika pilihan tersebut diambil. Sebelum membuat keputusan atau kebijakan maka alangkah lebih baik jika meminta masukan dari berbagai pihak untuk mendapatkan keputusan yang efektif.
5. Tentukan Pilihan dari Berbagai Alternatif yang Ada
Setelah bertukar pikiran dan menimbang informasi maka pemimpin akan mengerucutkan pada satu pilihan terbaik. Hal tersebut harus didasarkan pada berbagai pertimbangan dan kematangan informasi yang diperoleh.
6. Menjalankan Keputusan Efektif
Setelah kelima langkah dilakukan maka pemimpin harus melakukan aksi nyata sebagai bentuk perwujudan keputusan tersebut. Aksi yang dilkukan telah dipikirkan dengan panjang dan matang.
7. Review dan Evaluasi Keputusan yang Diambil
Setelah mengambil keputusan maka harus dilakukan evaluasi dan review terhadap keputusan yang telah dijalankan. Untuk menjadi keputusan yang efektif maka pastinya harus terus dilakukan perbaikan.
No comments:
Post a Comment