Video klip di atas "Through Her Eyes" milik Dream Theater. Ketika mendengarkan lagu ini SettiaBlog sering ngerasain trenyuh (ada perasaan haru), ya mungkin cerita di lagu tersebut menyangkut perasaan seseorang yang mengharap datangnya kesempatan kedua. Ndak bisa dipungkiri, banyak orang yang mengharapkan bisa mendapatkan banyak kesempatan baik. Tapi juga ndak bisa dielak, kalau terkadang Anda harus ikhlas mendapatkan hal yang jauh dari apa yang Anda harapkan. Begitulah kehidupan, Anda akan terus bertemu dengan berbagai hal ndak terduga. Maka sebaiknya manfaatkan segala kesempatan untuk menjadikannya sesuatu yang baik dan bermanfaat. Anda ndak pernah tahu, kejutan apa yang akan Anda terima dari memanfaatkan segala peluang yang ada. Jadi ndak ada salahnya untuk Anda memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mencoba banyak pengalaman baru.
Semua manusia memiliki kesempatan yang sama, jadi tetap semangat untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin.
Saat kita masih diberi kesempatan bangun di pagi hari, itu berarti Allah SWT masih memberi kesempatan kepada kita untuk melakukan pekerjaan yang harus kita lakukan.
Bicara soal kesempatan, kok di atas SettiaBlog setiap manusia memiliki kesempatan yang sama, benar ndak ya ini? Kalau menurut SettiaBlog c gitu. Gini ae ya, kita kan sering mendengar anak muda terkadang merasa kurang di beri kesempatan. Ada suatu sistem "mentoring terbalik di dunia kerja". Tapi SettiaBlog tak makan dulu ya, ini lho ada ketupat, ini kalau di makan sama kare rajungan, mantap lho, tapi Simbok masaknya kare kikil kepala sapi, ini juga di campuri potongan tahu. Makan dulu ya, SettiaBlog.
Lanjut ke bahasan ya. Konsep mentoring biasanya dilakukan dari atas ke bawah, pemimpin senior membimbing staf tingkat bawah. Namun kini, arus telah berubah dan pekerja yang lebih muda mulai membimbing rekan kerja senior atau atasan mereka. Seorang eksekutif senior dengan pengalaman bertahun-tahun punya nasihat berharga untuk karyawan junior, tetapi kolega mereka yang usianya lebih muda puluhan tahun juga memiliki banyak hal untuk diajarkan kepada atasan mereka. Itulah gagasan di balik 'mentoring terbalik', sebuah teknik yang pertama kali dikembangkan pada 1990-an untuk berbagi keterampilan teknologi. Sekarang, praktik tersebut memiliki potensi baru untuk membantu perusahaan menghadapi tantangan-tantangan baru dalam pekerjaan hibrida, keragaman dan inklusi, serta menghilangkan stereotipe yang memicu perpecahan generasi.
Anggaplah mentoring terbalik sebagai bentuk baru dari mentoring tradisional: alih-alih staf senior mendukung karyawan tingkat bawah dalam karier mereka, generasi muda membantu mengajari manajer mereka tentang segala hal mulai dari keinginan konsumen dan TikTok hingga mengubah sikap seputar masalah sosial dan kesetaraan.
Ada banyak sekali manfaat potensial dari mentoring terbalik, mulai dari memicu inovasi dan meningkatkan retensi pekerja yang lebih muda, hingga membantu karyawan– yang jarak usianya berbeda puluhan tahun– lebih memahami satu sama lain. Perusahaan juga relatif lebih mudah mengadopsi bersama program mentoring yang sudah ada. Hal ini dapat menjelaskan mengapa konsep tersebut semakin berkembang di dunia kerja saat ini dan mungkin siap untuk berkembang lebih jauh lagi.
Mentoring terbalik memasangkan staf lintas generasi, mendorong arus informasi dari bawah ke atas, di samping pendekatan tradisional dari atas ke bawah.
"Pendampingan terbalik adalah ketika kita menggeser peran-peran tersebut dan senior dapat mereka mempelajari sesuatu dari junior."
Pendekatan terbalik dapat berupa bimbingan satu arah, dengan staf junior mengajarkan keterampilan khusus atau berbagi informasi ke staf yang lebih senior, atau dapat menjadi bagian dari struktur bimbingan tradisional, dengan kedua belah pihak berusaha untuk belajar satu sama lain. Taktik lain adalah perusahaan membentuk kelompok karyawan junior yang kemudian dipertemukan dengan tim kepemimpinan dalam satu kali pertemuan diskusi. Program mentoring terbalik formal bukanlah hal baru. CEO terkenal Jack Welch pertama kali menggunakan ide tersebut di General Electric pada 1999. Dia meminta para eksekutif untuk berpasangan dengan staf-staf junior untuk belajar tentang internet.
Tempat-tempat kerja saat ini memiliki penyebaran generasi karyawan terluas: ketika Gen Z mulai memasuki dunia kerja, empat generasi sekarang bekerja bersama – sebuah fenomena yang belum pernah kita lihat sebelum dekade ini. Itulah sebabnya begitu banyak perusahaan beralih ke mentoring terbalik untuk mengatasi perubahan budaya, seperti keragaman dan inklusi. Mentoring terbalik dapat membantu memperluas keragaman pemikiran di tempat kerja - yang merupakan sebuah peningkatan prioritas, terutama karena masalah sosial dan nilai-nilai pemberi kerja menjadi masalah yang penting bagi karyawan, semakin tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan.
Termasuk bisa berbicara dengan generasi muda hanya untuk memahami apa yang mereka hargai, atau bisa juga mencari kelompok minoritas dari angkatan kerja yang lebih luas untuk mencari tahu perubahan praktis apa yang perlu diterapkan. Misalnya, divisi perusahaan konsultan Inggris PwC beralih ke mentoring terbalik untuk mendorong keragaman dan inklusi, memasangkan staf junior dan senior tidak hanya lintas generasi, tetapi juga gender dan etnis. Firma hukum Linklaters menggunakannya untuk mengajarkan kepemimpinan tentang masalah LGBT+ dan mobilitas sosial. Program mentoring terbalik P&G telah mengajari staf senior tentang bagaimana orang-orang muda berbelanja online, dan meningkatkan inklusi disabilitas di tempat kerja dalam bentuk video.
Jika realita-realita itu tidak direspons dengan baik di tempat kerja, karyawan yang lebih muda akan merasa tidak didengar dan tidak diinginkan.
"Satu hal penting bagi pengusaha adalah kesadaran antargenerasi karena kita mungkin memandang hal-hal secara berbeda karena lingkungan tempat kita dibesarkan juga berbeda. Memulai percakapan ini memungkinkan kita untuk mendobrak beberapa hambatan."
Ada banyak keuntungan: mentoring terbalik dapat memicu percakapan yang membantu mengatasi tantangan dan perubahan organisasi, misalnya. Namun, para ahli memperingatkan bahwa itu bukan solusi untuk semua masalah dalam perusahaan. Program tersebut dapat membantu kedua belah pihak mempelajari keterampilan baru dan meningkatkan karier karyawan yang lebih muda pada tingkat individu. Namun, kurang efektif untuk memulai perubahan budaya perusahaan secara keseluruhan.
Mungkin tidak akan pernah ada waktu yang lebih tepat untuk menggunakan mentoring terbalik untuk merombak budaya perusahaan yang sudah terbentuk. Pekerjaan berubah secara dramatis, terutama pada jam kerja yang fleksibel dan bekerja secara hybrid. Eksekutif tidak dapat membuat keputusan sepihak seputar masalah ini, hanya dengan pendekatan top-down – setidaknya tidak jika mereka ingin mempertahankan staf. Mendengarkan semua karyawan diperlukan untuk membangun masa depan pekerjaan dan menghindari pengunduran diri. Pengurangan karyawan telah menjadi masalah utama bagi perusahaan dalam beberapa tahun terakhir karena Great Resignation telah membentuk kembali pasar tenaga kerja dan merombak pekerja ke berbagai pekerjaan dan bahkan industri.
Great Resignation adalah fenomena pengunduran diri massal yang terjadi saat pandemi Covid-19, yang juga disebut Big Quit. Keterlibatan yang sedikit di tempat kerja adalah salah satu alasannya. Penelitian Gallup menunjukkan satu dari lima generasi milenial AS berganti pekerjaan dalam satu tahun terakhir – tiga kali lebih sering daripada generasi lainnya. Skema mentoring terbalik dapat membuat staf yang lebih muda merasa didengarkan dan diterima di kantor, membantu mengurangi pemutusan hubungan kerja.
Oleh karena itu, perusahaan yang mendengarkan generasi muda dan pada akhirnya membangun tempat kerja yang lebih mencerminkan prioritas generasi muda, umumnya memiliki posisi yang lebih baik untuk mempertahankan generasi milenial berbakat dan staf Gen Z. Tujuan itu dapat difasilitasi oleh mentoring terbalik. Itu adalah ide yang sederhana, tetapi penelitian menunjukkan itu berhasil. “Individu-individu yang terlibat dalam program ini sekitar 30% lebih mungkin bertahan di organisasi daripada rekan-rekan yang tidak dipasangkan dengan karyawan lainnya.”
Gen Z dan milenial mungkin mengeluh kesulitan meyakinkan Baby Boomers untuk mendengarkan mereka. Sementara itu, Baby Boomers dan Gen X mungkin meyakini rekan-rekan kerja mereka yang lebih muda menuntut terlalu banyak perubahan dan fleksibilitas, meskipun mereka tidak berpengalaman. Mentoring terbalik dapat membantu mengatasi asumsi-asumsi seperti itu, serta stereotip tentang orang tua yang berjuang untuk mengatasi perubahan teknologi dan budaya, dan staf lebih muda yang kurang fokus dan kurang berdedikasi di tempat kerja. Hubungan mentoring “harus menjadi jalan dua arah”, dengan informasi mengalir di antara kedua belah pihak. Harus ada rasa saling hormat dan timbal balik.
"Dibutuhkan keterlibatan dua belah pihak; program yang kami lihat tidak berhasil, alasan nomor satu adalah bahwa eksekutif senior tidak menganggapnya serius."
"Sangat jarang generasi milenial atau yang lebih muda tidak menganggapnya serius."
Salah satu cara untuk mendorong karyawan yang lebih tua dan lebih berpengalaman untuk mendengarkan karyawan baru adalah dengan mencontoh perilaku itu dari atas. CEO dan eksekutif lainnya harus terlibat dengan antusias.
"Seorang VP senior yang membagikan apa yang telah mereka pelajari dapat membantu orang lain melihat bahwa mereka juga dapat mempelajari sesuatu."
Dan mentor harus dipasangkan dengan hati-hati; misalnya, perusahaan yang ingin mempertimbangkan keragaman dan inklusi, harus mempertimbangkan kepemimpinan berpasangan secara sensitif. Mentoring terbalik mungkin telah berevolusi untuk mengatasi tantangan pekerjaan modern yang kompleks, tetapi ini benar-benar tentang gagasan kuno, tentang saling pengertian dan rasa hormat — dan itu akan membuat tempat kerja menjadi lebih baik.
Semua manusia memiliki kesempatan yang sama, jadi tetap semangat untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin.
Saat kita masih diberi kesempatan bangun di pagi hari, itu berarti Allah SWT masih memberi kesempatan kepada kita untuk melakukan pekerjaan yang harus kita lakukan.
Bicara soal kesempatan, kok di atas SettiaBlog setiap manusia memiliki kesempatan yang sama, benar ndak ya ini? Kalau menurut SettiaBlog c gitu. Gini ae ya, kita kan sering mendengar anak muda terkadang merasa kurang di beri kesempatan. Ada suatu sistem "mentoring terbalik di dunia kerja". Tapi SettiaBlog tak makan dulu ya, ini lho ada ketupat, ini kalau di makan sama kare rajungan, mantap lho, tapi Simbok masaknya kare kikil kepala sapi, ini juga di campuri potongan tahu. Makan dulu ya, SettiaBlog.
Lanjut ke bahasan ya. Konsep mentoring biasanya dilakukan dari atas ke bawah, pemimpin senior membimbing staf tingkat bawah. Namun kini, arus telah berubah dan pekerja yang lebih muda mulai membimbing rekan kerja senior atau atasan mereka. Seorang eksekutif senior dengan pengalaman bertahun-tahun punya nasihat berharga untuk karyawan junior, tetapi kolega mereka yang usianya lebih muda puluhan tahun juga memiliki banyak hal untuk diajarkan kepada atasan mereka. Itulah gagasan di balik 'mentoring terbalik', sebuah teknik yang pertama kali dikembangkan pada 1990-an untuk berbagi keterampilan teknologi. Sekarang, praktik tersebut memiliki potensi baru untuk membantu perusahaan menghadapi tantangan-tantangan baru dalam pekerjaan hibrida, keragaman dan inklusi, serta menghilangkan stereotipe yang memicu perpecahan generasi.
Anggaplah mentoring terbalik sebagai bentuk baru dari mentoring tradisional: alih-alih staf senior mendukung karyawan tingkat bawah dalam karier mereka, generasi muda membantu mengajari manajer mereka tentang segala hal mulai dari keinginan konsumen dan TikTok hingga mengubah sikap seputar masalah sosial dan kesetaraan.
Ada banyak sekali manfaat potensial dari mentoring terbalik, mulai dari memicu inovasi dan meningkatkan retensi pekerja yang lebih muda, hingga membantu karyawan– yang jarak usianya berbeda puluhan tahun– lebih memahami satu sama lain. Perusahaan juga relatif lebih mudah mengadopsi bersama program mentoring yang sudah ada. Hal ini dapat menjelaskan mengapa konsep tersebut semakin berkembang di dunia kerja saat ini dan mungkin siap untuk berkembang lebih jauh lagi.
Mentoring terbalik memasangkan staf lintas generasi, mendorong arus informasi dari bawah ke atas, di samping pendekatan tradisional dari atas ke bawah.
"Pendampingan terbalik adalah ketika kita menggeser peran-peran tersebut dan senior dapat mereka mempelajari sesuatu dari junior."
Pendekatan terbalik dapat berupa bimbingan satu arah, dengan staf junior mengajarkan keterampilan khusus atau berbagi informasi ke staf yang lebih senior, atau dapat menjadi bagian dari struktur bimbingan tradisional, dengan kedua belah pihak berusaha untuk belajar satu sama lain. Taktik lain adalah perusahaan membentuk kelompok karyawan junior yang kemudian dipertemukan dengan tim kepemimpinan dalam satu kali pertemuan diskusi. Program mentoring terbalik formal bukanlah hal baru. CEO terkenal Jack Welch pertama kali menggunakan ide tersebut di General Electric pada 1999. Dia meminta para eksekutif untuk berpasangan dengan staf-staf junior untuk belajar tentang internet.
Tempat-tempat kerja saat ini memiliki penyebaran generasi karyawan terluas: ketika Gen Z mulai memasuki dunia kerja, empat generasi sekarang bekerja bersama – sebuah fenomena yang belum pernah kita lihat sebelum dekade ini. Itulah sebabnya begitu banyak perusahaan beralih ke mentoring terbalik untuk mengatasi perubahan budaya, seperti keragaman dan inklusi. Mentoring terbalik dapat membantu memperluas keragaman pemikiran di tempat kerja - yang merupakan sebuah peningkatan prioritas, terutama karena masalah sosial dan nilai-nilai pemberi kerja menjadi masalah yang penting bagi karyawan, semakin tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan.
Termasuk bisa berbicara dengan generasi muda hanya untuk memahami apa yang mereka hargai, atau bisa juga mencari kelompok minoritas dari angkatan kerja yang lebih luas untuk mencari tahu perubahan praktis apa yang perlu diterapkan. Misalnya, divisi perusahaan konsultan Inggris PwC beralih ke mentoring terbalik untuk mendorong keragaman dan inklusi, memasangkan staf junior dan senior tidak hanya lintas generasi, tetapi juga gender dan etnis. Firma hukum Linklaters menggunakannya untuk mengajarkan kepemimpinan tentang masalah LGBT+ dan mobilitas sosial. Program mentoring terbalik P&G telah mengajari staf senior tentang bagaimana orang-orang muda berbelanja online, dan meningkatkan inklusi disabilitas di tempat kerja dalam bentuk video.
Jika realita-realita itu tidak direspons dengan baik di tempat kerja, karyawan yang lebih muda akan merasa tidak didengar dan tidak diinginkan.
"Satu hal penting bagi pengusaha adalah kesadaran antargenerasi karena kita mungkin memandang hal-hal secara berbeda karena lingkungan tempat kita dibesarkan juga berbeda. Memulai percakapan ini memungkinkan kita untuk mendobrak beberapa hambatan."
Ada banyak keuntungan: mentoring terbalik dapat memicu percakapan yang membantu mengatasi tantangan dan perubahan organisasi, misalnya. Namun, para ahli memperingatkan bahwa itu bukan solusi untuk semua masalah dalam perusahaan. Program tersebut dapat membantu kedua belah pihak mempelajari keterampilan baru dan meningkatkan karier karyawan yang lebih muda pada tingkat individu. Namun, kurang efektif untuk memulai perubahan budaya perusahaan secara keseluruhan.
Mungkin tidak akan pernah ada waktu yang lebih tepat untuk menggunakan mentoring terbalik untuk merombak budaya perusahaan yang sudah terbentuk. Pekerjaan berubah secara dramatis, terutama pada jam kerja yang fleksibel dan bekerja secara hybrid. Eksekutif tidak dapat membuat keputusan sepihak seputar masalah ini, hanya dengan pendekatan top-down – setidaknya tidak jika mereka ingin mempertahankan staf. Mendengarkan semua karyawan diperlukan untuk membangun masa depan pekerjaan dan menghindari pengunduran diri. Pengurangan karyawan telah menjadi masalah utama bagi perusahaan dalam beberapa tahun terakhir karena Great Resignation telah membentuk kembali pasar tenaga kerja dan merombak pekerja ke berbagai pekerjaan dan bahkan industri.
Great Resignation adalah fenomena pengunduran diri massal yang terjadi saat pandemi Covid-19, yang juga disebut Big Quit. Keterlibatan yang sedikit di tempat kerja adalah salah satu alasannya. Penelitian Gallup menunjukkan satu dari lima generasi milenial AS berganti pekerjaan dalam satu tahun terakhir – tiga kali lebih sering daripada generasi lainnya. Skema mentoring terbalik dapat membuat staf yang lebih muda merasa didengarkan dan diterima di kantor, membantu mengurangi pemutusan hubungan kerja.
Oleh karena itu, perusahaan yang mendengarkan generasi muda dan pada akhirnya membangun tempat kerja yang lebih mencerminkan prioritas generasi muda, umumnya memiliki posisi yang lebih baik untuk mempertahankan generasi milenial berbakat dan staf Gen Z. Tujuan itu dapat difasilitasi oleh mentoring terbalik. Itu adalah ide yang sederhana, tetapi penelitian menunjukkan itu berhasil. “Individu-individu yang terlibat dalam program ini sekitar 30% lebih mungkin bertahan di organisasi daripada rekan-rekan yang tidak dipasangkan dengan karyawan lainnya.”
Gen Z dan milenial mungkin mengeluh kesulitan meyakinkan Baby Boomers untuk mendengarkan mereka. Sementara itu, Baby Boomers dan Gen X mungkin meyakini rekan-rekan kerja mereka yang lebih muda menuntut terlalu banyak perubahan dan fleksibilitas, meskipun mereka tidak berpengalaman. Mentoring terbalik dapat membantu mengatasi asumsi-asumsi seperti itu, serta stereotip tentang orang tua yang berjuang untuk mengatasi perubahan teknologi dan budaya, dan staf lebih muda yang kurang fokus dan kurang berdedikasi di tempat kerja. Hubungan mentoring “harus menjadi jalan dua arah”, dengan informasi mengalir di antara kedua belah pihak. Harus ada rasa saling hormat dan timbal balik.
"Dibutuhkan keterlibatan dua belah pihak; program yang kami lihat tidak berhasil, alasan nomor satu adalah bahwa eksekutif senior tidak menganggapnya serius."
"Sangat jarang generasi milenial atau yang lebih muda tidak menganggapnya serius."
Salah satu cara untuk mendorong karyawan yang lebih tua dan lebih berpengalaman untuk mendengarkan karyawan baru adalah dengan mencontoh perilaku itu dari atas. CEO dan eksekutif lainnya harus terlibat dengan antusias.
"Seorang VP senior yang membagikan apa yang telah mereka pelajari dapat membantu orang lain melihat bahwa mereka juga dapat mempelajari sesuatu."
Dan mentor harus dipasangkan dengan hati-hati; misalnya, perusahaan yang ingin mempertimbangkan keragaman dan inklusi, harus mempertimbangkan kepemimpinan berpasangan secara sensitif. Mentoring terbalik mungkin telah berevolusi untuk mengatasi tantangan pekerjaan modern yang kompleks, tetapi ini benar-benar tentang gagasan kuno, tentang saling pengertian dan rasa hormat — dan itu akan membuat tempat kerja menjadi lebih baik.
Bottom Note
Kalau video klip "memories" di Bottom Note ini milik Within Temptation". Ini untuk renungan bagi yang selalu mengharapkan kesempatan kedua. Setiap dari Anda pasti pernah mendapatkan kesempatan. Entah kesempatan mengembangkan kreativitas maupun memperoleh pendidikan berkualitas. Tapi seringnya, seseorang mengabaikan kesempatan saat ini dengan alasan mengharapkan kesempatan kedua nanti. Sikap seperti ini tentu saja harus diubah. Anda tidak tahu apakah nanti akan mendapatkan kesempatan yang sama atau tidak. Kalau Anda sering mengharapkan kesempatan kedua;
1. Seringkali kesempatan hanya datang sekali
Terkadang banyak kesempatan berdatangan. Tapi Anda tidak mampu menyikapinya dengan bijak. Anda membuang kesempatan tersebut dengan alasan nanti pasti ada lagi. Padahal ya belum tentu. Bisa jadi kesempatan hanya datang sekali. Sekali terlewat maka sudah terlewat. Anda tidak bisa mendapatkan kesempatan tersebut di waktu selanjutnya.
2. Tidak semua orang mendapat kesempatan yang sama seperti diri Anda
Datangnya kesempatan seringkali menjadi sebuah keberuntungan. Anda memiliki peluang besar untuk mengembangkan diri. Tapi tidak jarang Anda justru mengabaikan kesempatan tersebut. Menjadi orang yang biasa seperti ini, pernyataan berikut wajib direnungkan. Tidak semua orang dapat kesempatan yang sama seperti diri Anda. Bisa jadi kesempatan yang diri Anda dapatkan adalah impian banyak orang.
3. Kesempatan kedua belum tentu datang kembali
Sebagian besar orang mengabaikan kesempatan saat ini dengan alasan masih ada lagi nanti. Anda memandang sebelah mata kesempatan yang sudah terbuang tersebut. Padahal ini menjadi kebiasaan buruk yang wajib dihilangkan. Perlu dicatat, kesempatan kedua belum tentu datang kembali. Hari esok belum tentu Anda mendapatkan peluang yang sama seperti hari kemarin. Membuang satu kesempatan sama dengan mengunci jalan kesuksesan.
4. Mengharapkan kesempatan kedua sama dengan mengharapkan hal yang tidak pasti
Dalam hidup, pasti ada hal yang pasti dan tidak pasti. Tinggal Anda harus cermat memilihnya. Apakah ingin mengejar hal yang sudah jelas atau justru mendambakan sesuatu yang belum pasti tercapai. Hal ini harus direnungkan dengan matang. Mengharapkan kesempatan kedua sama dengan mengharapkan hal-hal yang tidak pasti. Anda tidak tahu apakah kesempatan tersebut pasti datang atau hanya menjadi bayangan.
5. Akibat terlalu mengharapkan kesempatan kedua, Anda justru gagal mengembangkan diri
Sebuah kesempatan yang datang memberi peluang besar bagi Anda untuk mengembangkan diri. Anda bisa mengekspresikan apa yang jadi keinginan Anda maupun berjuang meraih mimpi Anda. Tapi tidak sedikit orang melupakan kesempatan saat ini dan mengharapkan kesempatan kedua. Padahal sangat mustahil Anda mendapatkan kesempatan serupa. Bisa jadi esok hari kesempatan tersebut sudah tidak menghampiri Anda. Akhirnya, Anda gagal mengembangkan diri menjadi orang yang lebih berkualitas. Mungkin Anda kerap mengabaikan kesempatan ini dengan alasan masih ada lagi nanti. Padahal di masa depan, Anda belum tentu mendapat kesempatan serupa. Hal ini perlu direnungkan baik-baik agar Anda tidak gampang menyia-nyiakan kesempatan yang datang.