Yang SettiaBlog ceritakan ini emang apa adanya, lagu - lagunya Norah Jones ini banyak menemani SettiaBlog mengetik bahasan atau aktifitas lain, terima kasih Norah Jones. Lagu "the long way home" yang ada pada klip di atas sering SettiaBlog putar saat jauh dari rumah, biasa kan kalau lagi jauh dari rumah pasti akan ada rasa kangen dengan rumah. Saat di rumah juga sering SettiaBlog putar lagu tersebut. Lagunya itu bisa membangun suasana jadi lebih rilex gitu lho. Pasti kan kita merasakan jenuh atau penat dalam beraktifitas. Namanya juga hidup kan harus beraktifitas dan kita selalu hidup dengan penuh mimpi, penuh harapan dan punya tujuan akhir yang harus dituju. Dan jalan kesana tak pernah ada kata mudah, rintangan itu pasti ada. Allah SWT sendiri senantiasa menghimbau para hamba-Nya untuk hidup dengan tujuan yang pasti, karena begitulah semestinya muslim sejati.
Ironinya sekarang, banyak kemudian dari kita, dikala menapaki rintangan itu putus asa, tak mampu bertahan didalamnya, hingga kemudian mengambil jalan balik arah. Kenapa demikian, karena terkadang kita belum punya pijakan yang kuat untuk menuju ke tujuan tersebut. Selanjutnya, apa kemudian pijakan yang kita perlukan?. Pijakan itu bernama ridho Allah, sudahkah kita membersamai tujuan kita dengan ridho Allah. Kita lihat bagaimana kemudian generasi para sahabat ketika islam mulai memasuki relung hatinya. Di waktu pertama kali di syari’atkannya jilbab, semua perempuan muslim dikala itu, berbondong-bondong mengenakan hijab dengan kain apapun saat itu, tanpa memikirkan mode. Ketika kemudian khamr dilarang, para lelaki muslim saat itu, saling menumpahkan khamr yang mereka miliki, hingga kota madinah di kala itu terbanjiri oleh aliran khamr. Di kala puasa ramadhan pun, Allah memerintahkan nabi dan para sahabatnya untuk berperang, mereka pun menyambutnya dengan penuh semangat tanpa gentar. Ini semua mereka lakukan hanya untuk meraih ridho Allah semata.
Terlalu kerdil jika amalan kita hanya ditujukan untuk menggapai ridho manusia maupun dunia. Karena di saat kita beramal, kemudian kita tujukan hanya untuk mendapat ridho manusia, yang ada hanya penyesalan yang menanti. Kenapa? Karena manusia mudah berubah-ubah, bisa jadi hari ini menghargai Anda besok mencemooh Anda. Sebagaimana perkataan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu “aku telah merasakan semua kepahitan dan yang paling pahit adalah beharap kepada manusia”.
Allah SWT berfirman :
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridhaan Kami, maka akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang baik.” (QS. Al-Ankabut :69).
Libatkan lah di setiap amalan kita tujuan untuk menggapai ridho Allah, dengan begitu Allah kan mudahkan segalanya serta Allah tuntun langsung kita ke jalan-Nya. Jadi, dikala kita dapati urusan kita macet, do’a-do’a belum terijabahi, amalan kita tidak berbekas di dalam hati, bisa dipastikan kita belum mampu menjadikan ridho Allah sebagain tujuan tertinggi. Ketika kita berhasil menjadikan ridho Allah sebagai puncak dari segala amal kita, maka angin cobaan seperti apapun itu tak kan mampu menggoyahkan kita. Karena jika Allah SWT sudah ridho akan hambanya, maka Allah SWT membersamainya di kala sulit maupun senang, di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT :
يَوۡمَئِذٖ لَّا تَنفَعُ ٱلشَّفَٰعَةُ إِلَّا مَنۡ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحۡمَٰنُ وَرَضِيَ لَهُۥ قَوۡلٗا ١٠٩
“pada hari itu tidak berguna syafaat (pertolongan), kecuali dari orang yang telah diberi ijin oleh (Allah) Yang Maha Pengasih, dan yang Dia ridhoi perkataannya”. (QS. Thoha : 109)
Bahkan di hari kiamat kelak, salah satu yang dapat memberikan syafa’at adalah mereka yang Allah ridhoi perkataanya. Dari sini bisa kita simpulkan, bahwasanya termasuk keberkahan hidup adalah dikala ridho Allah sudah menjadi tujuan akan setiap amal kita, dan Allah pun membersamai kita dengan ridho-Nya.
Ironinya sekarang, banyak kemudian dari kita, dikala menapaki rintangan itu putus asa, tak mampu bertahan didalamnya, hingga kemudian mengambil jalan balik arah. Kenapa demikian, karena terkadang kita belum punya pijakan yang kuat untuk menuju ke tujuan tersebut. Selanjutnya, apa kemudian pijakan yang kita perlukan?. Pijakan itu bernama ridho Allah, sudahkah kita membersamai tujuan kita dengan ridho Allah. Kita lihat bagaimana kemudian generasi para sahabat ketika islam mulai memasuki relung hatinya. Di waktu pertama kali di syari’atkannya jilbab, semua perempuan muslim dikala itu, berbondong-bondong mengenakan hijab dengan kain apapun saat itu, tanpa memikirkan mode. Ketika kemudian khamr dilarang, para lelaki muslim saat itu, saling menumpahkan khamr yang mereka miliki, hingga kota madinah di kala itu terbanjiri oleh aliran khamr. Di kala puasa ramadhan pun, Allah memerintahkan nabi dan para sahabatnya untuk berperang, mereka pun menyambutnya dengan penuh semangat tanpa gentar. Ini semua mereka lakukan hanya untuk meraih ridho Allah semata.
Terlalu kerdil jika amalan kita hanya ditujukan untuk menggapai ridho manusia maupun dunia. Karena di saat kita beramal, kemudian kita tujukan hanya untuk mendapat ridho manusia, yang ada hanya penyesalan yang menanti. Kenapa? Karena manusia mudah berubah-ubah, bisa jadi hari ini menghargai Anda besok mencemooh Anda. Sebagaimana perkataan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu “aku telah merasakan semua kepahitan dan yang paling pahit adalah beharap kepada manusia”.
Allah SWT berfirman :
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridhaan Kami, maka akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang baik.” (QS. Al-Ankabut :69).
Libatkan lah di setiap amalan kita tujuan untuk menggapai ridho Allah, dengan begitu Allah kan mudahkan segalanya serta Allah tuntun langsung kita ke jalan-Nya. Jadi, dikala kita dapati urusan kita macet, do’a-do’a belum terijabahi, amalan kita tidak berbekas di dalam hati, bisa dipastikan kita belum mampu menjadikan ridho Allah sebagain tujuan tertinggi. Ketika kita berhasil menjadikan ridho Allah sebagai puncak dari segala amal kita, maka angin cobaan seperti apapun itu tak kan mampu menggoyahkan kita. Karena jika Allah SWT sudah ridho akan hambanya, maka Allah SWT membersamainya di kala sulit maupun senang, di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT :
يَوۡمَئِذٖ لَّا تَنفَعُ ٱلشَّفَٰعَةُ إِلَّا مَنۡ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحۡمَٰنُ وَرَضِيَ لَهُۥ قَوۡلٗا ١٠٩
“pada hari itu tidak berguna syafaat (pertolongan), kecuali dari orang yang telah diberi ijin oleh (Allah) Yang Maha Pengasih, dan yang Dia ridhoi perkataannya”. (QS. Thoha : 109)
Bahkan di hari kiamat kelak, salah satu yang dapat memberikan syafa’at adalah mereka yang Allah ridhoi perkataanya. Dari sini bisa kita simpulkan, bahwasanya termasuk keberkahan hidup adalah dikala ridho Allah sudah menjadi tujuan akan setiap amal kita, dan Allah pun membersamai kita dengan ridho-Nya.
Bottom Note
Background di Bottom Note ini SettiaBlog gunakan gambar burung nightingale. Burung kecil yang berusaha memadamkan api yang membakar nabi Ibrahim a.s. Ketika mendapat cemoohan dan hinaan, diapun berkata,
“Aku tahu aku tidak akan bisa memadamkan api Namrud ini. Tetapi aku ingin Allah mencatat aku sebagai makhluk-Nya yang telah berusaha untuk memadamkan api itu…”
Kisah burung nightingale kecil mengajar kita, cara melakukan kebaikan secara ikhlas. Di antaranya adalah bahwa, tidak ada amal yang ‘kecil’ di hadapan Yang Maha Besar – sepanjang itu dilakukan dengan ikhlas. Sekecil apa pun (hal itu) dalam pandangan makhluk, tetap saja sebuah perbuatan ada nilainya di hadapan Sang Khalik. Karena Allah Maha Adil, maka semua perbuatan pasti dibalas: yang baik, atau pun yang buruk. Dan karena Allah itu Maha Baik, ya betapa baiknya Tuhan… maka amal sekecil apa pun bisa dibalasnya secara tidak terhingga – wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir, dan Dia Dapat Berbuat Apa pun yang Dikehendaki-Nya.
No comments:
Post a Comment