Kali ini SettiaBlog hanya ingin ngobrol ngalor - ngidul (bahasan yang ndak ada arah dan tujuan). Hanya intermezzo (selingan). Video klip di atas itu milik Norah Jones, lagu - lagunya Norah Jones inilah yang banyak menemani SettiaBlog mengetik bahasan. Dan ini udah SettiaBlog ungkapkan 4 atau 5 tahun yang lalu. Anda boleh perhatikan video klip di atas secara detail. Ini ada kaitannya dengan gendhuk SettiaBlog, dia juga sama ketika mengerjakan tugas juga sering di temani lagu - lagunya Norah Jones. Katanya SettiaBlog tidak ingin mencari - cari kesamaan. Emang SettiaBlog ndak cari kesamaan kok. SettiaBlog itu hanya cerita apa adanya tentang gendhuk SettiaBlog itu siapa, biar ndak ada yang salah paham, kalaupun ada kesamaan kayak itu tadi terjadi secara alami. Gendhuk SettiaBlog yang di maksud 4 tahun yang lalu juga sama dengan yang sekarang. Pasti yang baca pada bilang, itu lho lagu apa tho Settia. Pada ndak kenal kan ya, bahkan Anda pasti jarang kan menemukan ada anak di sekitar Anda memutar lagu ini. SettiaBlog cerita kayak gini, biar ndak ada kesalah-pahaman dan agar blognya Settia tidak meresahkan orang yang membacanya. Paham semua kan ya. Terus SettiaBlog sering menggunakan obyek bahasan orang - orang yang ada di sekitar SettiaBlog. SettiaBlog minta maaf! Sebenarnya bahasan SettiaBlog menerapkan teori X Y Z. Obyek yang SettiaBlog gunakan belum tentu menjadi sasaran dalam bahasan tersebut. Sasaran dalam pembahasan itu bisa X bisa Y atau bisa Z. Paham ya ini. Pembahasan - pembahasan di blognya Settia sebenarnya mengajak untuk saling mengingatkan.
Katanya orang baik akan saling mengingatkan. Saling mengingatkan itu berpahala. Sebab saling mengingatkan disukai Allah dan rasul-Nya. Saling mengingatkan dapat berupa memberi nasihat tentang kebenaran dan kesabaran. Seperti pesan Allah,
"Dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran" (QS. al-Ashr/103: 3).
Petuah senada juga diungkapkan Nabi,
"Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun." (HR. Muslim).
Secara lebih praktis, ungkap Auf bin Abdullah, seperti dikutip Abu Laits dalam kitab Tanbihul Ghafilin, yang selalu diingatkan oleh orang baik kepada sesama manusia itu ada tiga. Pertama, barangsiapa beramal untuk akhiratnya, maka Allah akan mencukupi urusan dunianya. Misalnya orang berzakat untuk akhirat, maka dicukupkan kebutuhannya di dunia. Karena zakat berarti tumbuh dan berkembang. Akan tumbuh dan berkembang juga harta orang yang berzakat.
Allah berfirman, "Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat." (QS. al-Syura/62: 20). Keuntungan bertambah, menurut pengarang Tafsir Jalalain, adalah bahwa Allah akan melipatgandakan pahala bagi orang tersebut.
Kedua, orang baik akan saling mengingatkan tentang pentingnya memperbaiki hubungan dengan Allah, sebab kalau hal itu dilakukan, maka Allah akan memperbaiki hubungan internal dengan sesama manusia. Memperbaiki hubungan dengan Allah adalah meningkatkan ibadah, baik secara kuantitas maupun kualitas. Ibadah yang dimaksud adalah shalat, puasa, zakat dan ibadah utama lainnya. Termasuk ibadah nawafil yang mengiringi ibadah wajib seperti shalat sunah qabliyah dan ba'diyah. Pun shalat sunah pada siang hari maupun malam hari yang dapat menambah intensitas berkomunikasi kepada Allah.
Sementara itu, hubungan yang Allah perbaiki di antara sesama manusia adalah tumbuhnya rasa saling cinta, saling percaya, guyub. Dalam kehidupan sosial, manusia saling bergantung dengan sesamanya, situasi aman dan kondusif jadi prasyarat untuk itu. Dengan kata lain, untuk membangun hubungan yang baik dengan sesama, seyogyanya dibangun terlebih dahulu hubungan yang baik dengan Allah. Apa yang diungkap Auf bin Abdullah ini didukung firman Allah,
"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammd/47: 7). Begitu juga ayat,
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan."✓(QS. al-Nahl/16: 128). Ayat serupa masih banyak berserakan di dalam Al Qur'an.
Ketiga, orang baik akan saling mengingatkan tentang pentingnya memperbaiki apa yang tersembunyi, sebab kalau hal itu dilakukan, maka Allah akan memperbaiki apa yang kelihatan. Memperbaiki yang tersembunyi maksudnya adalah menyembunyikan kebaikan. Kalau selama ini yang disembunyikan adalah keburukan, maka memperbaikinya adalah dengan cara menyembunyikan kebaikan. Berikutnya menjadi tugas Allah untuk memperbaiki yang kelihatan, artinya Allah akan mengungkapkan kebaikan yang disembunyikan tersebut di dunia dan di akhirat.
Untuk ketiga harapan di atas, yakni Allah akan mencukupi urusan dunia kita, Allah akan memperbaiki hubungan internal kita, dan Allah akan memperbaiki yang kelihatan, yang harus kita lakukan adalah saling mengingatkan.
Katanya orang baik akan saling mengingatkan. Saling mengingatkan itu berpahala. Sebab saling mengingatkan disukai Allah dan rasul-Nya. Saling mengingatkan dapat berupa memberi nasihat tentang kebenaran dan kesabaran. Seperti pesan Allah,
"Dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran" (QS. al-Ashr/103: 3).
Petuah senada juga diungkapkan Nabi,
"Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun." (HR. Muslim).
Secara lebih praktis, ungkap Auf bin Abdullah, seperti dikutip Abu Laits dalam kitab Tanbihul Ghafilin, yang selalu diingatkan oleh orang baik kepada sesama manusia itu ada tiga. Pertama, barangsiapa beramal untuk akhiratnya, maka Allah akan mencukupi urusan dunianya. Misalnya orang berzakat untuk akhirat, maka dicukupkan kebutuhannya di dunia. Karena zakat berarti tumbuh dan berkembang. Akan tumbuh dan berkembang juga harta orang yang berzakat.
Allah berfirman, "Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat." (QS. al-Syura/62: 20). Keuntungan bertambah, menurut pengarang Tafsir Jalalain, adalah bahwa Allah akan melipatgandakan pahala bagi orang tersebut.
Kedua, orang baik akan saling mengingatkan tentang pentingnya memperbaiki hubungan dengan Allah, sebab kalau hal itu dilakukan, maka Allah akan memperbaiki hubungan internal dengan sesama manusia. Memperbaiki hubungan dengan Allah adalah meningkatkan ibadah, baik secara kuantitas maupun kualitas. Ibadah yang dimaksud adalah shalat, puasa, zakat dan ibadah utama lainnya. Termasuk ibadah nawafil yang mengiringi ibadah wajib seperti shalat sunah qabliyah dan ba'diyah. Pun shalat sunah pada siang hari maupun malam hari yang dapat menambah intensitas berkomunikasi kepada Allah.
Sementara itu, hubungan yang Allah perbaiki di antara sesama manusia adalah tumbuhnya rasa saling cinta, saling percaya, guyub. Dalam kehidupan sosial, manusia saling bergantung dengan sesamanya, situasi aman dan kondusif jadi prasyarat untuk itu. Dengan kata lain, untuk membangun hubungan yang baik dengan sesama, seyogyanya dibangun terlebih dahulu hubungan yang baik dengan Allah. Apa yang diungkap Auf bin Abdullah ini didukung firman Allah,
"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammd/47: 7). Begitu juga ayat,
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan."✓(QS. al-Nahl/16: 128). Ayat serupa masih banyak berserakan di dalam Al Qur'an.
Ketiga, orang baik akan saling mengingatkan tentang pentingnya memperbaiki apa yang tersembunyi, sebab kalau hal itu dilakukan, maka Allah akan memperbaiki apa yang kelihatan. Memperbaiki yang tersembunyi maksudnya adalah menyembunyikan kebaikan. Kalau selama ini yang disembunyikan adalah keburukan, maka memperbaikinya adalah dengan cara menyembunyikan kebaikan. Berikutnya menjadi tugas Allah untuk memperbaiki yang kelihatan, artinya Allah akan mengungkapkan kebaikan yang disembunyikan tersebut di dunia dan di akhirat.
Untuk ketiga harapan di atas, yakni Allah akan mencukupi urusan dunia kita, Allah akan memperbaiki hubungan internal kita, dan Allah akan memperbaiki yang kelihatan, yang harus kita lakukan adalah saling mengingatkan.
Bottom Note
Video klip di Bottom Note ini juga sama, coba perhatikan. Lupakan ya tentang gendhuk SettiaBlog, SettiaBlog udah jelasin apa adanya. Yang paling penting jangan keprovokasi, kemanipulasi atau terpedaya dengan bahasan SettiaBlog. Berkali - kali SettiaBlog udah jelasin kalau SettiaBlog itu wong ndeso, memang benar - benar hidup di desa. SettiaBlog terbuka untuk siapapun, mau jam berapa datang ke rumah SettiaBlog akan di bukakan. Cuma sayang belum bisa ngasih tempat yang gayeng (tempat santai buat ngobrol). Kalau dulu c ada tempat yang gayeng, teman - teman kadang ngobrol sampai pagi.
Kemaren SettiaBlog juga sempat ngobrol dengan murid les, sekarang udah besar dan udah mulai merintis usaha sendiri. Dia tanya - tanya soal rumah, ya SettiaBlog jelasin. Kalau rumah yang belakang akan SettiaBlog buat bentuk kubik (dadu), atasnya mau SettiaBlog buat untuk nyantai, makanya SettiaBlog mengumpulkan pohon bonsai di belakang rumah, itu tujuan SettiaBlog kumpulkan bonsai. Tapi belum terlaksana, baru yang bawah dulu. Mohon do'anya ya, kalau ada tempat gayeng kayak gitu kan enak buat ngobrol ngalor - ngidul, sambil nyeruput kopi ....he....he....
SettiaBlog....SettiaBlog....orang kok ndak pernah bisa serius. Ndak usah marah gitu tho. Yang sabar! Al Qur'an menerangkan manusia diciptakan bersifat tergesa-gesa. Sehingga manusia suka terburu nafsu karena tidak tenang dan sabar. Coba buka surat Al-Anbiya Ayat 37,
خُلِقَ الْاِنْسَانُ مِنْ عَجَلٍۗ سَاُورِيْكُمْ اٰيٰتِيْ فَلَا تَسْتَعْجِلُوْنِ
"Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak Aku akan memperlihatkan kepadamu (azab yang menjadi) tanda-tanda (kekuasaan)-Ku. Maka, janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya. (QS Al-Anbiya: 37)
Di sini dapat kita ketahui bahwa Allah melarang manusia untuk bersifat tergesa-gesa, meminta segera didatangkannya sesuatu yang belum tiba saatnya, dan pasti datangnya. Di samping itu Allah menerangkan bahwa walaupun sifat tergesa-gesa itu sudah dijadikan-Nya sebagai salah satu sifat pada manusia, namun manusia telah diberi kemampuan untuk menahan diri dan mengatasi sifat tersebut dengan cara membiasakan diri bersikap tenang, sabar, dan mawas diri. Sifat tergesa-gesa dan terburu nafsu selalu menimbulkan akibat yang tidak baik serta merugikan diri sendiri atau orang lain, yang akhirnya akan menimbulkan rasa penyesalan yang tidak berkesudahan. Sebaliknya, sikap tenang, sabar, berhati-hati dan mawas diri dapat menyampaikan seseorang kepada apa yang ditujunya, dan mencapai sukses yang gemilang dalam hidupnya.
No comments:
Post a Comment