Aug 28, 2021

Mencari Nilai Positif dari Perbedaan Pendapat



Untuk klip di atas, itu milik Dytto. Kita semua sudah tahu kan, Dytto adalah the best robot female dancer dan juga hebat dalam tutting dance. Gaya fashion dalam klip tersebut juga untuk musim panas dalam versi casual, sesuai dengan gaya Dytto yang cuek. Warnanya kombinasi coklat "roti goreng" dan putih. Sama-sama untuk musim panas, kalau Dytto ambil gaya santai dan cuek, kalau Selena ambil gaya serius dan glamour. Naa...h...perbedaan itu indah kan? Berbeda itu biasa dan itu sebuah anugerah dari Allah SWT. Begitu juga perbedaan pendapat. Berbeda pendapat sejatinya adalah sebuah langkah bagus untuk menemukan sebuah kesamaan yang disebut jalan tengah. Dengan berbeda pendapat, secara tidak langsung kita mengemukakan berbagai pandangan yang kemudian dapat diramu menjadi sebuah kesimpulan yang kuat dan valid, dimana semua pihak yang berseberangan dapat menerima hasil tengah dari perbedaan-perbedaan tersebut.

Seringkali fakta-fakta penting lahir dari sebuah perdebatan panjang yang melibatkan beberapa pihak yang ‘menceburkan’ diri dalam silang pendapat yang terjadi (tentu saja dengan pemahaman dan bukti-bukti yang mereka percayai sebagai sebuah kebenaran). Jika tidak ada perbedaan pendapat antara paham klasik sebelumnya dengan teori heliosentris Copernicus dalam dunia astronomi, mungkin sampai sekarang kita tetap terpaku pada pemahaman salah bahwa bumi yang kita pijak berbentuk datar. Mungkin kita akan tetap percaya bahwa bumi merupakan pusat dari alam semesta. Mungkin pula teleskop hasil karya dari seorang Galileo tidak akan pernah ada. Fakta-fakta tersebut kemudian menjadi hal yang valid dan sesuai dengan keadaan sebenarnya, dan semua itu adalah hasil perbedaan pendapat dan perdebatan yang panjang.

Nilai Positif dan Negatif Sebuah Perbedaan Pendapat

Sebuah perbedaan pendapat dapat dikatakan memiliki nilai positif jika perbedaan-perbedaan tersebut memiliki ‘ujung’ yang jelas. Artinya, ada sebuah kesimpulan bersama yang dihasilkan dari perdebatan-perdebatan yang terjadi. Kesimpulan tersebut dapat merupakan kesepakatan secara menyeluruh, di mana semua pihak setuju dan sepenuhnya menerimanya sebagai hasil akhir, tetapi bisa juga merupakan penerimaan sisi-sisi berbeda yang tidak bisa disatukan sepenuhnya. Contoh paling jelasnya mungkin dapat kita lihat dalam perbedaan agama yang di anut, perbedaan partai yang diikuti, atau perbedaan pandangan dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Sejauh penerimaan terhadap paham yang berbeda dengan paham yang kita anggap benar dapat dilakukan sewajarnya, maka sejauh itu pula perbedaan tersebut dapat dikatakan bersifat positif.

Lalu bagaimana perbedaan pendapat dikatakan negatif? Perbedaan pendapat akan cenderung menjadi negatif jika tidak ada sebuah tujuan jelas dari silang pendapat yang dilakukan. Biasanya, perdebatan yang terjadi hanya menjadi ajang pamer intelektualitas yang tidak berkesudahan. Tidak ada satu pihak pun yang berinisiatif untuk menghentikan perdebatan demi menyelamatkan nilai pendapat yang mereka kemukakan. Perbedaan pendapat yang bersifat negatif juga biasanya melebar dari pokok bahasan. Pada titik ini, perbedaan pendapat yang ada sudah kehilangan nilai objektifitas sebagai salah satu syarat perdebatan yang sehat.

Memositifkan Sebuah Perbedaan Pendapat

Adalah hak setiap pribadi untuk memiliki, mengemukakan atau memihak dan mempertahankan pendapat tertentu yang sesuai dengan pemahaman dan disetujuinya sebagai sebuah kebenaran dalam sebuah perdebatan dengan pihak-pihak yang berpendapat lain. Tetapi sebagai manusia yang pada hakikatnya memiliki mekanisme pertahanan diri dengan menggunakan akal dan pikiran, kita seringkali terjebak dalam egosentrisme yang kaku. Disaat kita meyakini sebuah kebenaran, kita menutup diri terhadap pendapat-pendapat lain yang mungkin saja adalah bagian dari kebenaran sesungguhnya. Parahnya lagi, seringkali kita melihat orang yang memiliki pendapat berbeda dengan kita sebagai musuh yang harus dikalahkan.

Sebelum perbedaan pendapat menjadi sesuatu yang melenceng, berkepanjangan, dan tanpa kesimpulan, sebaiknya kita memahami etika sebagai batasan dalam sebuah silang pendapat. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:

• Melihat konteks yang menjadi perdebatan. Hal ini diperlukan untuk menilai kelayakan diri kita sendiri untuk terlibat dalam ‘lempar-melempar’ pendapat yang terjadi tersebut.
• Mempelajari hal yang menjadi pokok masalah yang menyebabkan perbedaan pendapat terjadi. Hal ini mutlak diperlukan agar kita setidaknya memiliki serpihan-serpihan kebenaran sebagai bahan kesimpulan yang menjadi tujuan.
• Fokus. Pertahankan objektifitas pada pokok permasalahan. Kemukakan pendapat apa adanya dengan bahasa yang tidak terkesan menyerang, memojokkan, atau membuat masalah semakin melebar.
• Menjaga emosi. Bukan hal yang mudah untuk menjaga kestabilan emosi dalam sebuah perdebatan. Tetapi hal ini adalah salah satu bagian terpenting ketika kita terlibat dalam silang pendapat. Emosi dapat mengaburkan pertukaran informasi yang kita lakukan dengan interaksi dua arah berlawanan ini. Hal-hal positif bisa saja menjadi hal yang negatif, dan juga sebaliknya.
• Mengikuti pergerakan diskusi dalam penyatuan persepsi tersebut sambil melihat pendapat pihak berseberangan seobjektif mungkin. Jika di sana kita menemukan kebenaran, terimalah sebagai sebuah kebenaran yang menjadi serpihan lainnya pembentuk kesimpulan. Lakukan sambil melihat celah persamaan, bukan celah perbedaan yang merenggangkan.
• Mengetahui kapan saatnya berhenti. Jika perbedaan pendapat yang terjadi sudah bisa disimpulkan, lakukan dengan berimbang. Kemukakan kesimpulan yang memiliki kemungkinan terbesar untuk diterima oleh pihak yang berseberangan, tanpa merugikan pendapat kita. Ketika tidak terdapat sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan acuan atau kesepakatan bersama, akhiri dengan menerima perbedaan tersebut sebagai sesuatu yang memang berbeda. Memaksakan sebuah kesimpulan hanya akan membuat sebuah perdebatan semakin panjang dan tidak sehat.

Bukan Masalah Kalah-Menang

Perdebatan yang sehat dan bertujuan positif adalah perdebatan orang-orang yang memiliki perbedaan pendapat tanpa melihatnya sebagai urusan kalah-menang. Ketika pendapat kita bisa diterima dan dijadikan sebagai nilai kebenaran oleh pihak lain, tidak serta merta menobatkan kita sebagai pemenang. Begitu juga ketika kita harus mengakui bahwa pendapat orang lain mempunyai nilai kebenaran yang lebih baik dari pendapat yang kita kemukakan, tidak serta merta membuat kita kalah dan menjadi pecundang. Terkadang, dengan menerima dengan lapang dada hasil perdebatan yang tidak memihak pada pendapat yang kita kemukakan malah membuat kita lebih dihargai dan dihormati oleh orang lain.

Esensi sebuah perdebatan adalah sebuah nilai kebersamaan. Nilai hakiki bahwa sebagai manusia, makhluk sosial, kita tidak mampu hidup tanpa berdampingan dengan orang lain. Kita memiliki kebergantungan dengan pribadi-pribadi lain di luar diri kita sendiri. Berbeda bukan lawan, karena sama juga tak selamanya kawan.

No comments:

Post a Comment