Klip "be kind" di atas milik Halsey. Klip ini sebenarnya sindiran buat SettiaBlog, waktu itu. SettiaBlog suka klip ini, berani banget memainkan warna. Bahkan berani gunakan warna lembayung yang jarang di pakai. Halsey sendiri terlihat cantik lho, kalau dandan jadi wanita seutuhnya. Di bawah pohon sakura Halsey melakukan satu tendangan, itu kalau SettiaBlog bilangnya tendangan A. Terlihat baik dan menarik tapi secara teknik bela diri, belum benar, harusnya di angkat dulu baru di tendangkan. Halsey sendiri melakukannya bukan untuk bela diri tapi bagian dari gerak koreografi tari yang di lakukannya dan itu sangat menarik, SettiaBlog sangat suka malah bikin SettiaBlog sempat tersenyum melihatnya. Memang antara berbuat baik dan berbuat benar sangat sulit untuk di bedakan.
SettiaBlog pernah mendengar pernyataan, "jika harus memilih baik atau benar, pilihlah baik " Saat membacanya SettiaBlog agak tergelitik. Soalnya gini: mengapa harus memilih baik jika itu ndak dibenarkan? Misalnya dua orang melakukan hubungan seks di luar nikah atas dasar saling mencintai. Cinta itu baik, tapi apakah seks pranikah dibenarkan? Bukankah seks di luar nikah di negara kita ilegal?
Atas pertimbangan itu, SettiaBlog kemudian memiliki pandangan:
“Sesuatu yang baik belum tentu benar ”
Baik itu subyektif. Kita semua punya pertimbangan berbeda soal apa yang menurut kita baik dan apa yang ndak. Ini karena kita semua punya pengalaman dan pertimbangan yang beda-beda.
Mencuri susu misalnya. Buat yang mencuri karena terpaksa mungkin ngerasa itu baik. Tapi pemilik toko yang susunya dicuri? Karyawan toko yang harus mengganti kerugian? Lalu orang-orang yang ndak mencuri tapi dicurigai mencuri? Mereka tentu merasa itu bukan tindakan yang baik kan.
Ini berbeda dengan mengikuti kebenaran. Benar itu absolut. Satu tambah satu sama dengan dua. Ndak ada jadi empat atau tujuh ratus. Jika dua orang berbeda pendapat tentang kebenaran, maka tinggal sepakati saja rujukan ilmu yang sama, dan biarkan ilmu itu memberikan penghakiman. Menurut psikologi. pilihan Anda soal mengikuti benar atau baik berbicara lebih lanjut soal tipe kepribadian Anda.
Di dalam mbti, ada trait T dan F, bicara tentang thinking dan feeling. Trait thinking dan feeling, terus mana yang akan jadi pertimbangan Anda dalam mengambil keputusan. Kalau menyelesaikan konflik atau masalah, Anda pilih pake pikiran, atau pake perasaan Anda? Mana yang paling menguasai Anda, emosi atau logika? Kalau dominan T, berarti Anda lebih banyak mempertimbangkan pake logika. Di satu sisi Anda jadi adil, tapi di sisi lain Anda cuek dan emotionally distant. Kalau dominan F, Anda lebih banyak menggunakan perasaan. Anda peduli dan berempati, tapi emosi Anda naik turun dan gampang dipengaruhi mood.
Kalau pake Kepribadian Big Five, maka ada beberapa trait yang terlihat sekaligus. Misalnya kalau Anda memilih mengikuti kebaikan dibanding kebenaran, maka trait yang terlihat adalah Anda punya keterbukaan terhadap pengalaman yang baik, agreeableness yang baik, tapi conscientiousness Anda rendah. Anda mudah menerima hal baru dan Anda berbelas kasih, tapi Anda subyektif dan kadang ndak bisa mengerjakan sesuatu dalam jangka panjang.Terus gimana, memilih benar apa baik? Jika harus memilih baik atau benar, pilih mana? Antitesis yang SettiaBlog omongin panjang lebar barusan bukan untuk bikin SettiaBlog keliatan sebagai manusia paling adil dan paling logis.
Tentu saja kita butuh belas kasih. Kata hati dan kebaikanlah yang membuat manusia bergerak maju. Hans Zimmer, seorang komposer terkenal, bilang,”If somebody tells you there’s a rule, break it. It’s the only thing that moves things forward.” Melanggar aturan sesekali diperlukan, karena dari sanalah kita bergerak maju. Baik adalah kata hati. Sayangnya kita acap kali gagal memfilter mana yang beneran kata hati dan mana yang cuma nafsu. Makanya muncullah kawin lari, selingkuh, plagiat skripsi orang biar cepet nikah, dan lain-lain.
Dan kadang kita gagal pula bersikap belas kasih terhadap mereka yang membutuhkan. Keadilan tanpa hati telah menyebabkan seorang nenek harus mendekam di penjara. Lihat kan? Memilih satu sisi dan meninggalkan yang lain hanya menciptakan kenelangsaan. Kita ndak harus menjadi hitam dan putih. Hidup ndak pernah seperti itu. Maka, jika memang harus memilih baik atau benar, pilihlah keduanya. Pilihlah kebaikan yang dibenarkan. Dan pilihlah kebenaran yang baik. Lihat juga kondisi dan situasinya. Lihatlah dari berbagai perspektif, dan lihatlah berbagai ilmu yang ada. Dari sanalah Anda akan menemukan berapa dosis benar yang diperlukan, dan berapa dosis baik yang dibutuhkan.
Masih bingung? Ya, wes SettiaBlog sederhanakan dalam sudut pandang Islam. Apa yang kita lakukan saat berdebat dengan orang? Kebanyakan orang berusaha mengubah pendapat satu sama lain, tetapi dalam kenyataannya, satu-satunya individu yang dapat kita ubah adalah diri kita sendiri. Kondisi ini tentu perlu direnungkan. Misalnya, berapa kali kita mengharapkan orang lain melihat dunia melalui mata kita? Dan berapa kali mereka mampu melakukannya? Lebih sering orang tidak melihat sesuatu dari sudut pandang kita, dan kita akhirnya terluka oleh harapan kita. Pertanyaan berikutnya yang perlu direnungkan adalah, apakah Anda benar-benar 'menang' jika kemenangan Anda bergantung pada kekalahan orang lain? Lalu apa cara yang paling tepat agar hubungan kita dengan orang lain lebih baik? Dan, sebetulnya apa yang lebih utama, bersikap baik atau bersikap benar? Islam mengajarkan bagaimana cara mengajak orang lain dan bagaimana 'berdebat'.
1. Bijaksana atau menggunakan hikmah
Hitung sampai 10 dan tanyakan pada diri Anda, apakah perkataan yang kita sampaikan itu akan membuat orang lain semakin dekat dengan kebenaran?
2. Jangan kasar dan bicaralah dengan lembut
Kita semua tahu betapa lembutnya Nabi Muhammad SAW terhadap orang lain, dan bahkan musuh-musuhnya tidak dapat menyangkal hal ini. Apakah Anda pernah memohon kepada Allah SWT untuk memiliki perilaku seperti itu? Berdoalah kepada Allah SWT setiap hari untuk membantu Anda menjadi komunikator yang baik.
3. Saat berselisih, berusahalah yang terbaik menjadi baik
Daripada selalu mencoba untuk 'memenangkan' argumen, tanyakan pada diri Anda sendiri, apakah Anda ingin orang merasa dihakimi, atau Anda peduli pada mereka? Jika Anda memilih dipanggil sebagai "Tuan" atau "Nyonya", bukan dengan nama Anda, ketahuilah hal itu kemungkinan akan membuat orang merasa tidak nyaman atau tegang saat berada di dekat Anda.
Masing-masing muslim seperti cermin bagi satu sama lain dan harus melindungi haknya satu sama lain, apakah hak itu ada atau tidak. Lantas bagaimana menjadi seperti cermin bagi orang lain?
Pertama, jangan menunjukkan dan mencari kelemahan orang lain. Cermin itu menunjukkan kebenaran dan tidak mencari cacat. Cermin tidak memperbesar atau memperkecil fitur apa pun. Terkadang kita merasa lebih baik dengan menjatuhkan orang lain.
Kedua, jangan mengkritik seseorang saat mereka tidak ada. Bisakah cermin menunjukkan seseorang yang tidak ada di sana? Tidak. Orang beriman tidak berhak mengkritik orang lain saat mereka tidak hadir untuk membela diri atau menjelaskan sisi mereka.
Ketiga, jika mengkritik, maka lakukan itu demi Allah SWT. Sebelum mengkritik sesuatu atau seseorang, tanyakan pada diri Anda, apa motifnya dan apakah untuk membuat diri saya atau orang lain terlihat lebih baik? Apakah ini untuk keuntungan duniawi? Waspadalah terhadap motif tersembunyi karena sangat mudah untuk jatuh ke dalam perangkap setan, dengan membenarkan cara kita mengkritik orang lain. Cermin tidak menunjukkan balas dendam atau dendam.
Keempat, kritiklah dengan tulus, dengan rasa kepedulian dan kasih. Ketika Anda hanya menasihati seseorang karena Anda khawatir tentang pertanggungjawaban akhir mereka di akhirat, maka sebagian besar dampak buruk yang disebabkan oleh kritik akan hilang.
No comments:
Post a Comment