Mar 4, 2025

Cara Belajar Bersosialisasi agar Pertemanan Langgeng

 


Video klip di atas ada "am i right" milik James Labrie vokalisnya Dream Theater. SettiaBlog suka vokalnya yang unik banget dan amat susah untuk di tiru. Klipnya sendiri ini juga ndak kalah unik lho, gambarnya ini SettiaBlog buat dalam 3 tahapan. Pembuatan background menggunakan Html code dengan radial gradient, terus SettiaBlog kasih bunga rumput yang SettiaBlog ambil kemaren siang di sawah dan selanjutnya SettiaBlog kasih goresan ranting menggunakan tangan. Liriknya sendiri tentang perasaan bersalah Sang penulis lagu kepada orang - orang yang di sayanginya. Makanya SettiaBlog tiap dengerin lagu ini ada perasaan sedih. Karena SettiaBlog sendiri tiap hari juga melakukan banyak kesalahan dan terkadang malu dengan keterbatasan pengetahuan yang SettiaBlog miliki, mohon di maklumi ya.

Rasa malu sendiri berkaitan erat dengan keberadaan orang lain. Rasa bersalah berkaitan erat dengan hati nurani atau iman dalam diri sendiri. Jika kita memiliki rasa  malu kepada orang lain tetapi ndak memiliki perasaan bersalah dalam diri sendiri, pastilah kita suka slintat-slintut  alias berperilaku munafik. Orang dengan tipe seperti itu tentu suka membangun image yang baik di depan orang lain karena malu dilihat jeleknya. Maksudnya bukan malu berbuat jelek, tetapi  merasa malu jika perbuatan jeleknya diketahui orang lain. Maka ketika ndak ada orang lain, ia bisa berbuat apa saja tanpa perasaan malu karena ia berpikir ndak ada orang lain yang melihat.

Perasaan bersalah juga ndak muncul dalam diri seseorang yang hati nuraninya tumpul karena ndak pernah diasah. Atau imannya lemah karena ndak pernah dipupuk. Hal ini bisa terjadi jika gagasan bahwa Allah Maha Melihat dan Mendengar hanyalah sebuah pengetahuan belaka yang ndak pernah diinternalisasikan dan  diaktualisasikan dalam diri seseorang. Sikap terbaik tentu saja adalah seseorang harus memiliki rasa malu terhadap orang lain sekaligus memiliki perasaan bersalah dalam diri sendiri dalam arti positif. Hal ini seperti yang terjadi pada diri Rasulullah SAW sehingga beliau sebagaimana dikisahkan dalam kitab Al-Barzanji disebut syadidal haya'. Sebutan syadidal haya' secara harfiah kebahasaan berarti “sangat pemalu”.  Secara konseptual psikologis sebutan itu berarti memiliki “rasa malu kepada orang lain sekaligus rasa bersalah  dalam diri sendiri”  karena kuatnya iman kepada Allah SWT. Dari perspektif tasawuf, Rasulullah SAW pastilah ma’rifah  billah sehingga selalu melihat Allah SWT dimanapun berada. Jadi dalam hal  ini, syadidal haya'”  bisa berarti tidak saja memiliki rasa malu kepada manusia, tetapi terlebih kepada Allah SWT.

Dalam kaitan dengan teori psikologi, Joseph Burgo dalam artikelnya berjudul The Difference between Guilt and Shame, memberikan penjelasan tentang ketidaksamaan antara rasa  malu (shame) dan rasa bersalah (guilt) sebagai berikut:
“Guilt involves the awareness of having done something wrong; it arises from our actions (even if it might be one that occurs in fantasy). Shame may result from the awareness of guilt but apparently is not the same thing as guilt. It's a painful feeling about how we appear to others (and to ourselves) and doesn't necessarily depend on our having done anything.”

(Rasa bersalah menyertai kesadaran telah melakukan perbuatan salah; ia timbul dari tindakan-tindakan kita [bahkan bisa jadi kesalahan itu hanya dalam khayalan]. Perasaan malu mungkin muncul dari kesadaran akan perasaan bersalah tetapi  sebenarnya perasaan malu tidak sama dengan perasaaan bersalah. Rasa malu merupakan perasaan tidak nyaman tentang bagaimana kita dilihat orang lain (dan bagaimana kita dilihat oleh diri sendiri) dan hal itu tidak selalu bergantung telah melakukan sesuatu) .
Dari penjelasan Joseph Burgo di atas jelaslah bahwa rasa bersalah bisa dibedakan dengan rasa malu dimana rasa malu terkait  dengan keberadaan orang lain termasuk keberadaan diri sendiri. Artinya rasa malu bisa tertuju pada orang lain, dan bisa pula sekaligus tertuju pada diri sendiri. Dalam konteks inipun, sebutan syadidal haya’ menemukan relevansinya karena menunjukkan rasa malu tingkat tinggi. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda:
فَإِنَّ الْـحَيَاءَ مِنَ الإيْمَـانِ

“Sesungguhnya rasa malu merupakan bagian dari iman.”

Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda:
اَلْـحَيَاءُ وَ اْلإِيْمَانُ قُرِنَا جَمِـيْعًا ، فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ اْلاَ خَرُ.
“Malu dan iman senantiasa bersama. Apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya.”
Hadits di atas menunjukkan bahwa rasa malu dan rasa bersalah yang bersumber dari iman saling berkaitan dan selalu ada secara bersama. Jika ndak, maka rusaklah kepribadian seseorang. Sebagai contoh adalah sebagaimana diuraikan di atas bahwa jika seseorang memiliki rasa malu kepada orang lain tetapi ndak memiliki perasaan bersalah dalam diri sendiri, pastilah ia  suka slintat-slintut. Ia bisa berbuat apa saja di belakang orang banyak tanpa perasaan malu karena ia berpikir ndak ada orang lain yang melihat. Dalam hal ini ia mengingkari imannya bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar.

Dan salah satu kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial adalah melakukan interaksi. Namun, ada beberapa orang yang tidak tahu cara belajar bersosialisasi dengan baik. Untuk itu, kita perlu memperhatikan cara belajar bersosialisasi agar bisa melanggengkan pertemanan.

Sosialisasi adalah salah satu kebutuhan makhluk hidup. Oleh sebab itu, setiap orang harus mampu bersosialisasi dengan baik untuk mempertahankan pertemanan. Ada beberapa cara belajar bersosialisasi yang bisa kita lakukan .

1. Membicarakan Hal Sederhana

Salah satu cara belajar bersosialisasi adalah dengan membicarakan hal sederhana. Anda mungkin bingung untuk memulai interaksi sosial. Nah, Anda bisa mencoba membahas topik-topik sederhana dan umum. Misalnya, dengan berbicara perihal hobi. Barangkali Anda dan teman Anda memiliki kesamaan hobi, pembicaraan kalian bisa mengalir begitu aja.

2. Bersikap Ramah

Bersikap ramah adalah salah satu cara bersosialisasi yang baik. Setiap orang pasti senang berbincang jika lawan bicaranya memiliki sikap yang ramah. Sebab, jika Anda terlalu jutek akan membuat lawan bicara Anda merasa ndak nyaman. Oleh sebab itu, cobalah untuk bersikap ramah dan murah senyum kepada orang-orang.

3. Menghindari Sikap Self Centered

Salah satu hal yang harus Anda hindari saat belajar bersosialisasi adalah menjadi self centered. Anda pasti merasa jenuh saat mendengarkan seseorang yang terus-menerus membicarakan dirinya sendiri. Nah, untuk menghindari sikap ndak nyaman tersebut, coba bicarakan hal lain dan kurangi pembahasan tentang diri Anda sendiri yang bisa membuat lawan bicara Anda merasa risih.

4. Menjadi Pendengar yang Baik

Pada umumnya, setiap orang selalu mencari pendengar yang baik untuk menjadi tempat curhat saat merasa gelisah dan sedih. Nah, Anda bisa mencoba menjadi pendengar yang baik. Kemampuan mendengar yang baik bisa membantu Anda untuk mendapatkan banyak teman dan melanggengkan hubungan.

5. Humoris

Ndak semua orang memiliki sifat humoris, tetapi Anda bisa mencoba untuk membuat lelucon agar pembicaraan ndak terasa garing. Selain itu, orang humoris cenderung disukai oleh banyak orang. Sebab, mereka mampu mencairkan suasana agar komunikasi ndak membuat jenuh.

Udah, ya. Maafin SettiaBlog, bahasan di atas sebenarnya teguran kepada diri SettiaBlog sendiri.


Video klip kedua ada "21" milik Gracie Abrams. Usia 21 merupakan titik tolak seseorang menuju ke arah dewasa. Dan cara menentukan apakah seseorang punya kepribadian dewasa atau ndak sebenarnya sangatlah mudah. Anda bisa memperhatikan bagaimana cara orang tersebut bersikap, berprilaku dan bertindak dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Lalu apa aja c ciri-ciri orang yang punya sikap dewasa dalam menjalani hidup bersosial.

1. Anda ndak membeda-bedakan orang lain dalam berteman

Dalam hidup bersosial, Anda ndak lagi membangun batasan pada orang-orang tertentu. Karena ndak jarang, sering kita menyaksikan seorang dalam bergaul hanya fokus pada orang-orang tertentu namun tanpa sadar ia ndak menyambut yang lain. Tapi seiring berjalannya waktu Anda ndak lagi mempermasalahkan segala bentuk perbedaan yang ada di diri orang lain baik itu dari segi usia, status dan latar belakang seseorang. Anda bisa lebih terbuka dengan orang-orang baru dalam hidup Anda.

2. Menunjukkan kepedulian pada lingkungan sekitar

Sadar akan peran sebagai makhluk sosial ndak serta merta menjadikan Anda sosok individual yang hanya mementingkan diri sendiri. Anda masih mau membaur dan menunjukkan kepedulian pada hal-hal yang terjadi di sekitar Anda. Bahkan Anda ndak segan untuk turut kontribusi melakukan hal-hal positif di lingkungan tempat Anda tinggal. Ndak hanya itu, Anda juga dapat lebih bersahabat dengan orang-orang di sekitar Anda.

3. Berhati-hati dalam berkata-berkata

Ndak jarang dalam berinteraksi dengan orang lain kita sering menyaksikan orang gemar berkata-kata tanpa peduli apakah ucapannya dapat menyinggung perasaan orang lain atau ndak. Kadang kala hal tersebut terjadi secara reflek karena ia ndak membuat batasannya terlebih dulu saat akan memulai pembicaraan. Namun seorang yang dewasa pasti akan selalu berpikir dulu dalam bertindak. Salah satunya dalam berkata-kata agar ndak membuat perasaan orang lain terluka. 

4. Dapat menjadi pendengar yang baik bagi orang lain

Anda tahu bagaimana cara menghargai orang lain. Salah satunya dengan mau menjadi pendengar yang baik bagi mereka. Anda bukan orang egois yang hanya ingin didengar namun ndak mau mendengarkan. Anda tahu bagaimana etika yang baik dalam menjalin komunikasi dengan orang lain.

5. Ndak mudah terprovokasi dengan gosip miring yang dibawa orang lain

Anda bukanlah tipe yang mudah termakan gosip yang di bawa orang lain, apalagi terhasut untuk membenci orang yang sedang di gosipkan. Anda sadar bahwa cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut belum tentu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Andaipun ada yang benar, toh, Anda juga bukanlah orang yang berhak menghakimi atas segala dosa orang lain. Anda ndak suka ikut campur terlalu dalam pada urusan kehidupan orang lain. 

6. Bisa menghargai setiap pendapat atau sudut pandang orang lain

Dalam menjalani hidup bersosial Anda akan selalu bertemu dengan perbedaan pandangan. Namun seorang yang dewasa akan dapat bersikap terbuka pada setiap perbedaan yang ada di diri orang lain. Sebab, ndak mungkin bila Anda dapat menyamaratakan setiap cara berpikir orang lain. Seiring waktu Anda dapat lebih menoleransi dan menghargai setiap cara pandang orang lain.

7. Mudah beradaptasi di mana pun Anda berada

Dalam hidup bermasyarakat kemampuan beradaptasi sangat diperlukan. Karena itu adalah salah satu kunci sukses dalam hidup bermasyarakat. Dengan tahu cara membawa diri Anda ndak akan menemukan kesulitan berarti dalam menjalani keseharian Anda sebagai makhluk sosial. 

No comments:

Post a Comment