Selama ini SettiaBlog sering menegaskan bahwa ndak pernah di bantu orang lain dalam membuat postingan di blog ini. SettiaBlog juga sering bilang ndak usah di tiru atau di anggep serius bahasan di blognya Settia, SettiaBlog bukan ustad, bukan guru spiritual, SettiaBlog hanya Blogger yang seenaknya membuat materi di Blog. SettiaBlog ini hanya hamba yang berjalan dengan telanjang kaki. Tidak memiliki skill dan kemampuan yang semestinya, makanya blognya juga asal - asal-an. Dan dengan kelemahan ini, SettiaBlog akan terus berjalan, karena Allah SWT telah menganugerahi kaki pada SettiaBlog yang gunanya untuk berjalan. Berjalan sebagai hamba yang semestinya.
Seperti lirik lagu "bare feet" nya Caroline Jones.
Seperti lirik lagu "bare feet" nya Caroline Jones.
Free as my footsteps, my footsteps on the ground
Certain of intention but
not where they are bound
Finding my footing as I fal
A little too late maybe baby, but that's the fun of it all
'Cause fish have fins
Birds have wings
I was given these two things
To run the world
And chase my dreams
Certain of intention but
not where they are bound
Finding my footing as I fal
A little too late maybe baby, but that's the fun of it all
'Cause fish have fins
Birds have wings
I was given these two things
To run the world
And chase my dreams
SettiaBlog ada cerita dari tokoh sufi, Bisyr bin al-Harits al-Hafi. Sosok yang juga dikenal dengan Abu Nashr itu, pernah melewati masa-masa kelam sepanjang hidupnya. Ia dikenal sebagai berandal dan preman. Hari-harinya diisi dengan berfoya-foya, bermabuk-mabukan, dan kerap berbuat onar, serta mendengarkan musik ditemani para budak-budak wanita.
Hingga suatu ketika, pada malam hari, saat ia berjalan sendirian terhuyung-huyung akibat pengaruh minuman keras, tiba-tiba ia melihat secarik kertas, lalu mengambilnya. Ternyata di atas selembar kertas itu, tertuliskan lafal basmalah. Ia kemudian membeli minyak mawar seharga dua dirham dengan sisa uang yang ia miliki. Ia percikan parfumnya itu ke kertas tersebut lantas membawa dan menyimpannya di rumah.
Sesampainya di rumah, Bisyr tertidur. Di tengah-tengah tidur lelapnya, ia bermimpi mendengar suara yang sangat jelas, tanpa tahu secara pasti siapa sumber suara itu dan berkata, “Engkau telah mengharumkan nama-Ku maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah menyucikan nama-Ku, maka Aku pun telah menyucikan dirimu. Demi kebesaran nama-Ku, niscaya kuharumkan namamu, baik di dunia atau di akhirat.”
Bisyr tidak percaya, ia menghiraukan mimpinya. Ia bergumam, tidak mungkin Bisyr yang berandal akan mendapatkan penghormatan sedemikian rupa. Ia pun bangun, berwudhu, selanjutnya shalat. Ia tertidur lagi. Mimpi itu berulang hingga tiga kali. Peristiwa ini selalu terngiang, tetapi ia tetap menjalani rutinitas seperti biasa. Bergelimang dengan dosa. Satu saat, Bisyr dan koleganya tengah berpesta pora di rumahnya, penuh suara musik, gelak tawa, ditemani anggur dan budak-budak perempuan. Seorang tokoh ulama yang terkenal saleh mengetuk pintu rumah Bisyr yang disambut oleh pembantunya. “Siapa pemilik rumah ini? Ia seorang hamba sahaya atau orang merdeka?” tanya orang saleh itu.
Si pembantu menjawab bahwa pemilik rumah bukan hamba melainkan orang merdeka.
“Pantas kalau begitu, jika ia seorang hamba, niscaya akan berperilaku dengan etika penghambaan dan meninggalkan berfoya-foya,” ujar alim tersebut sembari beranjak dari kediaman “Sang Berandal”. Dari ruang tengah, Bisyr mendengar percakapan mereka berdua. Ia pun bergegas menghampiri pembantunya dan menanyakan, siapa gerangan orang asing yang bertandang ke rumahnya tersebut. Pembantu tak tahu-menahu. Bisyr pun mengejar dan mengikuti jejak alim misterius tersebut. Begitu bertemu, ia menanyakan apakah benar sosok yang ia kejar tersebut adalah alim yang berkunjung ke rumahnya, beberapa saat lalu. Ternyata benar.
Bisyr meminta sang alim mengulangi kata-kata bijaknya. Tersentuh dengan petuah sang alim, Bisyr lantas menyentuhkan kedua pipinya di atas tanah sembari berujar, “Bukan, bukan, saya adalah seorang hamba,” ujarnya dengan kondisi kaki bertelanjang, tanpa alas apa pun.
Hingga suatu ketika, pada malam hari, saat ia berjalan sendirian terhuyung-huyung akibat pengaruh minuman keras, tiba-tiba ia melihat secarik kertas, lalu mengambilnya. Ternyata di atas selembar kertas itu, tertuliskan lafal basmalah. Ia kemudian membeli minyak mawar seharga dua dirham dengan sisa uang yang ia miliki. Ia percikan parfumnya itu ke kertas tersebut lantas membawa dan menyimpannya di rumah.
Sesampainya di rumah, Bisyr tertidur. Di tengah-tengah tidur lelapnya, ia bermimpi mendengar suara yang sangat jelas, tanpa tahu secara pasti siapa sumber suara itu dan berkata, “Engkau telah mengharumkan nama-Ku maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah menyucikan nama-Ku, maka Aku pun telah menyucikan dirimu. Demi kebesaran nama-Ku, niscaya kuharumkan namamu, baik di dunia atau di akhirat.”
Bisyr tidak percaya, ia menghiraukan mimpinya. Ia bergumam, tidak mungkin Bisyr yang berandal akan mendapatkan penghormatan sedemikian rupa. Ia pun bangun, berwudhu, selanjutnya shalat. Ia tertidur lagi. Mimpi itu berulang hingga tiga kali. Peristiwa ini selalu terngiang, tetapi ia tetap menjalani rutinitas seperti biasa. Bergelimang dengan dosa. Satu saat, Bisyr dan koleganya tengah berpesta pora di rumahnya, penuh suara musik, gelak tawa, ditemani anggur dan budak-budak perempuan. Seorang tokoh ulama yang terkenal saleh mengetuk pintu rumah Bisyr yang disambut oleh pembantunya. “Siapa pemilik rumah ini? Ia seorang hamba sahaya atau orang merdeka?” tanya orang saleh itu.
Si pembantu menjawab bahwa pemilik rumah bukan hamba melainkan orang merdeka.
“Pantas kalau begitu, jika ia seorang hamba, niscaya akan berperilaku dengan etika penghambaan dan meninggalkan berfoya-foya,” ujar alim tersebut sembari beranjak dari kediaman “Sang Berandal”. Dari ruang tengah, Bisyr mendengar percakapan mereka berdua. Ia pun bergegas menghampiri pembantunya dan menanyakan, siapa gerangan orang asing yang bertandang ke rumahnya tersebut. Pembantu tak tahu-menahu. Bisyr pun mengejar dan mengikuti jejak alim misterius tersebut. Begitu bertemu, ia menanyakan apakah benar sosok yang ia kejar tersebut adalah alim yang berkunjung ke rumahnya, beberapa saat lalu. Ternyata benar.
Bisyr meminta sang alim mengulangi kata-kata bijaknya. Tersentuh dengan petuah sang alim, Bisyr lantas menyentuhkan kedua pipinya di atas tanah sembari berujar, “Bukan, bukan, saya adalah seorang hamba,” ujarnya dengan kondisi kaki bertelanjang, tanpa alas apa pun.
Tanpa bantuan Allah SWT, SettiaBlog hanyalah manusia yang selalu diliputi oleh kelemahan dalam segala sisi kehidupannya. Dan SettiaBlog bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai kenikmatan seperti nikmat hidup, nikmat iman, sehat, dan lain sebagainya sehingga SettiaBlog bisa menjalankan aktivitas dengan berbagai kemudahan apalagi seperti pada masa serba canggih sekarang ini. Ketika SettiaBlog coba untuk menghitung nikmat yang telah Allah SWT berikan, sangat tidak pantas mendustakan nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada SettiaBlog. Allah SWT sendiri telah mengingatkan.
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ 96
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.br>
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar atau menyebut istilah berkah. Kata berkah ini juga selalu menjadi do'a dan diucapkan untuk mendo'akan agar kehidupan orang lain selalu diberkahi oleh Allah SWT. Tentunya kita ingin hidup kita pun senantiasa dalam keberkahan. Namun, apa sebenarnya makna berkah itu sendiri?
Dalam bahasa Arab, berkah berasal dari kata barokah yang memiliki arti nikmat. Dalam istilah atau bentuk kata lain dalam bahasa Arab juga disebut mubarak dan tabaruk. Imam Al-Ghazali juga membahas tentang makna kata berkah yaitu berarti bertambahnya kebaikan. Para ulama pun juga menterjemahkan makna kata berkah adalah segala hal yang berlimpah, baik dari aspek spiritual atau material. Termasuk di dalamnya kasih sayang, ketenangan, kenyamanan, waktu, usia, dan sebagainya. Termasuk dengan dengan kehadiran Al-Qur'an dalam hidup manusia, disebut dalam Al-Qur'an surat Shaad ayat 29,
“Ini (Al-Qur'an) adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran.”
Dalam ayat lain, disebutkan juga kata berkah.
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96).
Langit dan bumi adalah semesta yang melingkupi hidup manusia. Mulai dari air hujan, tumbuhan, hewan, dan segala macam sumber-sumber kehidupan telah Allah limpahkan di langit dan bumi untuk manusia. Untuk itu, keberkahan ini berarti bahwa memang Allah memberikan nikmat berupa segala materi yang dibutuhkan manusia.
Ciri-Ciri Keberkahan dalam Hidup
Dalam ayat lainnya, Allah SWT juga menyebutkan bahwa ada beberapa keberkahan lainnya yang bisa dirasakan oleh manusia yang sifatnya imaterial atau spritual:
Merasakan Nikmat dan Beramal Shaleh
“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam” (QS: Al-An'am: 125)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa keberkahan hidup dari Allah salah satunya adalah dengan merasakan nikmat Iman dan Islam serta kenikmatan dalam beribadah. Tentunya tanpa ada perasaan tertekan, berat, atau merasa payah dalam menjalankannya. Misalnya saja, saat melaksanakan sedekah. Maka kita akan merasakan keutamaan sedekah tersebut dan manfaatnya dalam hidup. Sehingga ringan untuk melaksanakannya.
Konsisten dalam Kebaikan
“Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya (Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus” (QS Ali Imron: 101)
Konsisten dalam kebaikan artinya kita terus berpegang teguh pada perintah Allah dalam kondisi apapun. Orang yang dalam hidupnya penuh dengan keberkahan maka dia akan menjalankan kebaikan tersebut secara konsisten sampai akhir hidupnya.
Merasakan Kerinduan pada Allah
Orang yang dalam hidupnya penuh dengan keberkahan, menyadari bahwa nikmat yang bisa ia rasakan saat ini bersumber dari Allah SWT. Untuk itu, tidak ada pilihan lain bahwa ketaqwaan dan selalu rindu kepada Allah adalah hal yang selalu dirasakannya. Karena mereka menyadari bahwa manusia tidak akan mendapatkan apapun tanpa pertolongan Allah.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka." (QS Al-Anfal: 2-3)
Selalu Sabar Menghadapi Ujian
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung” (QS Ali Imran: 200)
Dengan keberkahan dari Allah SWT, maka orang-orang tersebut akan mudah untuk bersabar dalam menghadapi berbagai ujian. Baik ujian dalam kebahagiaan atau kesulitan. Seluruhnya adalah hal dengan ikhlas mereka hadapi. Makna berkah dalam hidup memang bisa berbeda dari setiap orang. Namun, sebenarnya Allah senantiasa memberikan kemudahan dan kebutuhan dalam hidup kita, baik kita sadari ataupun tidak. Semoga sebagai manusia kita selalu menyadarinya dan bersyukur setiap saat akan kenikmatan yang menjadi berkah dalam hidup kita. Untuk menambah keberkahan dalam hidup, sedekah bisa menjadi salah satu kuncinya. Rezeki yang merupakan salah satu nikmat dalam hidup ini, akan bertambah keberkahannya jika kita membagikannya kepada orang lain membutuhkan.
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ 96
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.br>
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar atau menyebut istilah berkah. Kata berkah ini juga selalu menjadi do'a dan diucapkan untuk mendo'akan agar kehidupan orang lain selalu diberkahi oleh Allah SWT. Tentunya kita ingin hidup kita pun senantiasa dalam keberkahan. Namun, apa sebenarnya makna berkah itu sendiri?
Dalam bahasa Arab, berkah berasal dari kata barokah yang memiliki arti nikmat. Dalam istilah atau bentuk kata lain dalam bahasa Arab juga disebut mubarak dan tabaruk. Imam Al-Ghazali juga membahas tentang makna kata berkah yaitu berarti bertambahnya kebaikan. Para ulama pun juga menterjemahkan makna kata berkah adalah segala hal yang berlimpah, baik dari aspek spiritual atau material. Termasuk di dalamnya kasih sayang, ketenangan, kenyamanan, waktu, usia, dan sebagainya. Termasuk dengan dengan kehadiran Al-Qur'an dalam hidup manusia, disebut dalam Al-Qur'an surat Shaad ayat 29,
“Ini (Al-Qur'an) adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran.”
Dalam ayat lain, disebutkan juga kata berkah.
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96).
Langit dan bumi adalah semesta yang melingkupi hidup manusia. Mulai dari air hujan, tumbuhan, hewan, dan segala macam sumber-sumber kehidupan telah Allah limpahkan di langit dan bumi untuk manusia. Untuk itu, keberkahan ini berarti bahwa memang Allah memberikan nikmat berupa segala materi yang dibutuhkan manusia.
Ciri-Ciri Keberkahan dalam Hidup
Dalam ayat lainnya, Allah SWT juga menyebutkan bahwa ada beberapa keberkahan lainnya yang bisa dirasakan oleh manusia yang sifatnya imaterial atau spritual:
Merasakan Nikmat dan Beramal Shaleh
“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam” (QS: Al-An'am: 125)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa keberkahan hidup dari Allah salah satunya adalah dengan merasakan nikmat Iman dan Islam serta kenikmatan dalam beribadah. Tentunya tanpa ada perasaan tertekan, berat, atau merasa payah dalam menjalankannya. Misalnya saja, saat melaksanakan sedekah. Maka kita akan merasakan keutamaan sedekah tersebut dan manfaatnya dalam hidup. Sehingga ringan untuk melaksanakannya.
Konsisten dalam Kebaikan
“Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya (Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus” (QS Ali Imron: 101)
Konsisten dalam kebaikan artinya kita terus berpegang teguh pada perintah Allah dalam kondisi apapun. Orang yang dalam hidupnya penuh dengan keberkahan maka dia akan menjalankan kebaikan tersebut secara konsisten sampai akhir hidupnya.
Merasakan Kerinduan pada Allah
Orang yang dalam hidupnya penuh dengan keberkahan, menyadari bahwa nikmat yang bisa ia rasakan saat ini bersumber dari Allah SWT. Untuk itu, tidak ada pilihan lain bahwa ketaqwaan dan selalu rindu kepada Allah adalah hal yang selalu dirasakannya. Karena mereka menyadari bahwa manusia tidak akan mendapatkan apapun tanpa pertolongan Allah.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka." (QS Al-Anfal: 2-3)
Selalu Sabar Menghadapi Ujian
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung” (QS Ali Imran: 200)
Dengan keberkahan dari Allah SWT, maka orang-orang tersebut akan mudah untuk bersabar dalam menghadapi berbagai ujian. Baik ujian dalam kebahagiaan atau kesulitan. Seluruhnya adalah hal dengan ikhlas mereka hadapi. Makna berkah dalam hidup memang bisa berbeda dari setiap orang. Namun, sebenarnya Allah senantiasa memberikan kemudahan dan kebutuhan dalam hidup kita, baik kita sadari ataupun tidak. Semoga sebagai manusia kita selalu menyadarinya dan bersyukur setiap saat akan kenikmatan yang menjadi berkah dalam hidup kita. Untuk menambah keberkahan dalam hidup, sedekah bisa menjadi salah satu kuncinya. Rezeki yang merupakan salah satu nikmat dalam hidup ini, akan bertambah keberkahannya jika kita membagikannya kepada orang lain membutuhkan.
Dan untuk gendhuk SettiaBlog tetap tersenyum menjalani hidup ini, jadilah yang terbaik seperti lagu di bawah ini.
'Cause the best of me loves the best of you
And all the rest, I can see
right through
You trust in me and I'll trust you too
'Cause the best of me loves the best of you
Oh, oh, oh
And all the rest, I can see
right through
You trust in me and I'll trust you too
'Cause the best of me loves the best of you
Oh, oh, oh
Dikirim dari ponsel cerdas BlackBerry 10 saya dengan jaringan Telkomsel.
No comments:
Post a Comment