Bulan Dzulhijjah adalah bulannya orang haji. Bulan di mana tamu-tamu Allah memenuhi panggilan-Nya. Mereka berdatangan dari segala penjuru dunia untuk menunaikan rangkaian manasik haji. Di antara yang paling ditunggu oleh para jamaah haji adalah saat sampai di tanah haram (mulia) Makkah. Karena di tempat inilah seseorang diberi rasa aman,
dilipatgandakan pahala amal ibadahnya, dan kelak diselamatkan dari siksa neraka.
Sebagian ulama menganjurkan, saat orang yang berihram haji atau umrah sampai di tanah haram, hendaknya membaca doa berikut ini:
اللَّهُمَّ زِدْ هَذَا الْبَيْتَ تَشْرِيْفًا وَتَعْظِيْمًا وَعِزَّةً وَمَهَابَةً وَزِدْ مِنْ شَرَفِهِ وَعَظِّمْهُ مِمَّنْ حَجَّهُ أَوْ اِعْتَمَرَهُ، تَشْرِيْفًا وَتَعْظِيْمًا وَتَكْرِيْمَا وَبِرًّا، اَللهم هَذَا حَرَمُكَ فَحَرِّمْ لَحْمِيْ وَدَمِيْ عَلَى النَّارِ، اللهم قِنِيْ عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ، اللهم آمِنِّيْ مِنْ غَضَبِكَ وَعِقَابِكَ
Allâhumma zid hâdzal baita tasyrîfan wa ta’dhîman wa ‘izzatan wa mahabatan, wa zid min syarafihi, wa ‘adh-dhimhu mimman hajjahu au i’tamarahu, tasyrîfan wa ta’dhîman wa takrîman wa birran. Allâhumma hâdza haramuka fa harrim lahmî wa damî ‘alan-nâr. Allâhumma qinî ‘adzâbaka yauma tab’atsu ‘ibâdaka. Allâhumma âminnî min ghadlabika wa ‘iqâbika.
Artinya: “Ya Allah, tambahkanlah Baitullah ini kemuliaan, keagungan dan kewibawaan, tambahkanlah kemuliannya, agungkanlah ia dari orang yang haji atau umrah menujunya, muliakan, agungkan dan baguskan. Ya Allah, ini adalah tanah haram-Mu, maka haramkanlah daging dan darahku atas neraka. Ya Allah, jagalah aku dari siksa-Mu, di hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu. Ya Allah, amankanlah aku dari kemurkaan dan siksaMu.”
Demikianlah doa saat jamaah haji atau umrah sampai di tanah haram yang dikutip dari kitab al-Wasail al-Syafi’ah karya al-‘Alim al-‘Allamah al-Muhaddits Muhammad bin ‘Ali Khirid al-Alawi al-Husaini al-Tarimi (Dar al-Hawi, cetakan kedua tahun 1999, hal. 238). Semoga menjadi haji yang mabrur, di terima Allah ﷻ.
Doa ketika Melihat, Menyentuh, atau Mencium Hajar Aswad
Haji merupakan ibadah yang istimewa. Tidak semua orang bisa mencapainya kecuali mereka yang dikehendaki oleh Allah ﷻ. Tak jarang kita melihat seseorang yang kecil secara finansial mampu berangkat ke Tanah Suci, namun sebaliknya sering pula kita temukan orang kaya yang belum bisa berangkat ke sana, dan semuanya sudah ditentukan oleh Allah ﷻ.
Ketika melaksanakan tawaf, kita akan melewati Hajar Aswad, batu istimewa yang diletakkan di sudut timur laut luar Ka’bah. Semua jamaah haji tentunya terobsesi untuk menciumnya. Bisa dibayangkan jika jamaah haji dari seluruh penjuru dunia memiliki obsesi yang sama, tentu harapan tersebut bukan hal yang mudah terkabul.
Menurut pengalaman orang yang pernah melaksanakan ibadah haji, ada beberapa teknik untuk berhasil sampai dan mencium Hajar Aswad. Salah satunya adalah dengan merapat ke dinding Ka’bah dan maju perlahan-lahan. Namun tak sedikit yang gagal meraihnya, apalagi ketika terjadi saling adu dorong, kaki terinjak-terinjak, bahkan ada yang sampai meninggal karena berhimpit-himpitan serta terinjak jamaah lain, hingga mengurungkan niatnya untuk mencapai Hajar Aswad.
Meskipun kita tidak dapat meraihnya, melihatnya secara langsung adalah kebahagiaan bagi umat Nabi Muhammad ﷺ sebab beliau pernah melakukannya.
Oleh karena itu kita dianjurkan berdoa ketika melihat, menyentuh, atau mencium Hajar Aswad dengan doa:
بِسْمِ اللهِ ، وَاللهُ أَكْبَر اللَّهُمَّ إِيمَاناً بِكَ ، وَتَصْدِيقًا بِكِتَابِكَ ، وَوَفَاءً بِعَهْدِكَ ، وَاتِّبَاعاً لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عليه وسلم
Bismillâhi wa-Llâhu akbar allâhumma îmânan bika wa tashdîqan bikitâbika wa wafâ’an bi ‘ahdika wat tibâ‘an li sunnati nabiyyika muhammadin shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, Allah maha besar. Ya Allah, seraya iman kepada-Mu, membenarkan kitab-Mu, menepati janji kepada-Mu, serta mengikuti sunah Nabi-Mu, Muhammad shalLallahu ‘alaihi wa sallam.
(Syekh Abu Bakar bin Muhammad Syato’ ad-Dimyâthi, Hasyiyah I’anah ath-Thâlibîn ‘ala Halli Alfâdzi Fathi al-Mu’în li Syarh Qurratil-‘Ain, Dar el-Fikr, Beirut, juz 2, halaman 337)
Demikian doa ketika melihat Hajar Aswad, doa ini bisa dibaca juga ketika awal memulai tawaf. Semoga mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji atau umrah dapat mencium hajar aswad.
Doa ketika Melihat Ka’bah
Bagi orang yang belum pernah melaksanakan haji tentu ibadah yang satu ini memiliki kesan istimewa dalam hidupnya. Melihat sesuatu secara langsung dan tidak langsung, tentunya berbeda. Begitupun dengan melihat Ka’bah. Saat melihat sesuatu yang indah maka kita dianjurkan untuk bertasbih memuji sang Tuhan yang menciptakan segala sesuatu.
Dalam kitab Tuhfatu al-Ahwadziy bi Syarh Jâmi’ at-Tirmidzi Imam Abdurrahman al-Mubârakfûri menyebutkan:
روى الشافعي في مسنده عن ابن جريج أنّ النبيّ صلى الله عليه وسلم كان إذا رأى البيت رفع يديه، وقال:
اللَّهُمَّ زِدْ هَذَا الْبَيْتَ تَشْرِيفًا وَتَعْظِيمًا وَتَكْرِيمًا وَمَهَابَةً وَزِدْ مَنْ شَرّفَهُ وَكَرّمَهُ مِمَّنْ حَجَّهُ وَاعْتَمَرَهُ تَشْرِيفًا وَتَكْرِيمًا وَتَعْظِيمًا وَبِرًّا
Imam Syafi’i meriwayatkan dalam musnadnya dari Ibnu Juraij, bahwa Nabi Muhammad ﷺ jika melihat Ka’bah, maka beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa:
Allahumma zid hâdzal baita tasyrîfan wa ta‘dzîman wa takrîman wa mahâbatan wa zid man syarafahu wa karamahu mim man hajjahu awi’tamarahu tasyrîfan wata’dzhîman watakîman wabirran.
(Ya Allah, tambahkan lah kemuliaan, kehormatan, keagungan dan kehebatan pada Baitullah ini dan tambahkanlah pula pada orang-orang yang memuliakan, menghormati dan mengagungkannya diantara mereka yang berhaji atau yang berumroh padanya dengan kemuliaan, kehormatan, kebesaran dan kebaikan).”
Hadits yang berisi doa diatas dikomentari oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab al-Talkhis:
وهو معضل فيما بين ابن جريج والنبي صلى الله عليه وسلم
Ini termasuk riwayat mu’dhal (dua rawi atau lebih gugur, red) ntara Ibnu Juraij dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Imam Abdurrahman al-Mubârakfûri, Tuhfatu al-Ahwadziy bi Syarh Jâmi’ at-Tirmidzi, Syirkah al-Quds, Kairo, cetakan kedua tahun 2013, juz 3, halaman 48)
Meski demikian, Imam Syafi’i mengatakan setelah meriwayatkan hadis diatas:
ليس في رفع اليدين عند رؤية البيت شيء فلا أكرهه ولا أستحبّه
"Mengangkat tangan ketika melihat Ka’bah bukanlah apa-apa, maka aku tidak memakruhkannya, juga tidak mensunnahkannya." (Imam Abdurrahman al-Mubârakfûri, Tuhfatu al-Ahwadziy bi Syarh Jâmi’ at-Tirmidzi, Syirkah al-Quds, Kairo, cetakan kedua tahun 2013, juz 3, halaman 48)
Maka dapat diambil kesimpulan dari perkataan imam Syafi’i bahwa mengangkat tangan saat melihat Ka’bah bukanlah suatu hal yang makruh, juga bukan sunnah. Demikian permasalahan mengangkat tangan ketika melihat Ka’bah. Adapun doa ketika melihat Ka’bah, dari kandungannya saja kita dapat melihat bahwa doa itu baik untuk kita amalkan. Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment