Sejak manusia mulai berevolusi hingga menjadi makhluk yang sadar akan diri sendiri dan lingkungannya, ia tak hentinya mencari tahu dari mana ia berasal. Mula - mula, manusia mendasarkan kehadirannya di dunia pada teori - teori yang di dasarkan pada penjelasan religius, seperti terjadi masyarakat Eropa masa lalu yang memahami penciptaan berdasarkan paham Creationism. Ini adalah suatu paham yang didasarkan pada teologi Kristen, yang antara lain menyatakan bahwa :
1. bumi berumur 5.757 tahun
2. bumi tidak berubah
3. semua ciptaan tidak berubah
4. penciptaan manusia adalah unik, utama dan terpisah dari penciptaan makhluk lainnya.
Pendapat yang demikian ini diyakini secara luas hingga tahun 1859, ketika Darwin mengemukakan teorinya tentang evolusi.
Kemunculan teori evolusi Darwin menstimulasi masyarakat Eropa untuk berusaha memahami dirinya dari dua perspektif, yaitu :
1. bahwa evolusi memang terjadi di bumi
2. bahwa evolusi ini terjadi karena adanya seleksi alam.
Caspaian Darwin ini bermula dari ekspedisinya ke kawasan Pasifik dan Atlantik antara tahun 1835 hingga 1836.
Dari pengamatan di berbagai tempat yang disinggahinya dalam ekspedisi ini, Darwin tertarik.mengamati variasi yang ada pada jenis. Dia sampai pada kesimpulan bahwa jenis makhluk.hidup yang ada itu tidaklah tetap, melainkan selalu berevolusi menjadi jenis berikutnya. Dia mengamati juga cara manusia mengawinsilangkan binatang ternak untuk memperoleh varietas unggulan. Ia bertanya, apakah keadaan yang demikian itu berlangsung juga di alam liar? Jika ya, siapa yang mengatur proses seleksinya?
Sejak awal, Darwin sangat terpengaruh oleh tulisan tulisan tentang sosial-ekonomi. Pada tahun 1838, Darwin membaca dan begitu terpengaruh oleh tulisan Malthus, Principle of Population. Di dalamnya, ia mendapati pernyataan mengenai "hukum untuk orang miskin" yang berbunyi "Hanya mereka yang mampu berproduksi yang berhak untuk hidup (survive). Mereka yang hidup dalam kekayaan dan tidak menghasilkan apapun tidak seharusnya diberikan dukungan dalam bentuk apapun." Inilah yang kemudian memberi Darwin gagasan tentang seleksi alam dan kemenangan bagi yang terkuat, survival of the fittest. Pendapat yang demikian ini begitu mengejutkan masyarakat Eropa yang saat itu hanya memahami Creationism yang mendasarkan seluk beluknya pada agama belaka, pada teologi Kristen.
Pendapat Darwin didukung oleh dua peneliti lainnya, Ernest Heckle dan T.N. Huxley, terutama dalam teorinya yang berbau ateis dan pernyataan bahwa manusia berasal dari nenek moyang yang lebih menyerupai kera. Dengan demikian, Darwin meletakkan manusia dalam bagan keturunan yang berujung pada dunia binatang. Tentu saja ini menimbulkan gelombang ateisme di Inggris, menyaingi paham antroposentris (semua berpusat pada manusia) dari kitab-kitab keagamaan Kristen. Paham ateisme sendiri sebenarnya sudah menyebar luas di Eropa jauh sebelum teori Ini muncul, terutama di Jerman dan Perancis. Jauh sesudah itu, Karl Mark menggunakan teori Darwin untuk mengembangkan paham komunisme. Untuk menghilangkan paham Kristen dari masyarakat Rusia, Lenin yang sangat mengagumi Karl Mark, sengaja mendirikan museum khusus untuk menyebarkan ajaran Darwin tersebut.
Pada masa yang demikian itu, muncullah hasil-hasil penelitian yang sedikit banyak.juga mewarnai opini publik. Misalnya temuan para ahli paleontologi, molekuler biologi, dan ahli genetika yang menggiring pada pemahaman bahwa bentuk luar makhluk hidup (fenotipe) dikendalikan oleh gen (genotipe) yang berada dalam tubuh. Dalam tingkatan selular, gen mengatur semua aktivitas metabolisme. Bahan dasar yang membentuk gen adalah DNA (Deoxyribonucleid Acid), yang berada di bagian inti sel. Perintah yang diberikan oleh DNA ini akan dilaksanakan melalui "pembawa berita" yang berupa RNA (Ribonucleic Acid) ke tempat proses sintesis protein akan terjadi. Beratus reaksi biokimia terjadi dalam sitoplasma secara bersamaan, yang dilakukan dengan menggunakan ratusan enzim. Reaksi metabolisme yang terjadi dalam jumlah besar secara simultan ini ternyata berjalan lancar, dan tidak ada yang saling "bertabrakan kepentingan". Semuanya diatur dengan baik oleh DNA yang hanya berupa empat rantai asam amino.
Berpuluh tahun para ahli mencoba mengungkapkan di manakah awal mula munculnya keempat asam amino di bumi ini. Pada 1955, seorang ilmuwan bernama Dr. Miller memberi titik terang terhadap permasalahan tersebut. Ia melakukan percobaan dengan mencampur unsur metana, hidrogen, amonia, uap dan air dan menembaknya dengan kilatan listrik. Proses ini menghasilkan unsur asam.amino dalam air. Karenanya, ia mengemukakan teori bahwa semua gas yang diperlukan untuk membentuk DNA tersedia pada atmosfer bumi masa lalu. Dengan rangsangan kilat, secara acak terbentuklah rangkaian asam amino sebagaimana ditemukan dalam DNA. Dengan demikian, lahirlah kode genetika dari kehidupan, dan dimulai dalam bentuk kehidupan bersel satu. Dengan berjalannya waktu, bermiliar tahun kemudian, kehidupan bersel satu berubah menjadi kehidupan multiseluler yang selanjutnya berkembang menjadi tumbuhan, binatang dan berujung pada manusia.
Dari uraian di atas tampak beberapa rumpang dan penjelasan yang kurang meyakinkan dari teori evolusi. Salah satunya adalah belum adanya bukti kongkret yang menjelaskan bahwa gas-gas yang digunakan oleh Dr. Miller memang hadir dalam jumlah yang mencukupi di atmosfer bumi di masa purba. Hal kedua yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana sebuah struktur yang kompleks dan proses kehidupan yang canggih dengan fungsi sel dan organ yang hampir sempurna hanya bermula dari sebuah kebetulan. Terlalu naif apabila seseorang mencoba mempercayai uraian semacam ini.
Lebih jauh, sampai saat ini, belum ada pembuktian meyakinkan bagaimana satu jenis memecah dan berubah menjadi jenis lain, belum jelas pula apakah ada bukti nyata bahwa manusia memang berasal dari kera. Yang jelas, apa yang menjadi dasar pernyataan pernyataan di atas tidak lebih dari sekedar teori serta kesamaan-kesamaan anatomi dan fisiologi antara jenis-jenis yang diperbandingkan.
No comments:
Post a Comment