Oct 26, 2025

Memilih Antara yang Dibutuhkan dan Diinginkan

 


Video klip di atas ada bunga Kecombrang yang SettiaBlog ambil tadi pagi, kebetulan beberapa pohon udah muncul bunga, ada yang masih kuncup, ada yang udah mekar. Bunganya berwarna merah muda, agak samar tertutup rimbunnya daun yang menghijau. Baunya sedep dan Kecombrang ini sebenarnya tumbuhan obat kok. Terus SettiaBlog kasih lagu among the stars. Di antara jutaan bintang di angkasa, ada yang besar, ada yang kecil, ada yang kemerahan, ada yang kebiruan. Kayak kehidupan ini juga bermacam-macam. Dan tanpa disadari, di dalam kehidupan sehari-hari manusia senantiasa dihadapkan pada begitu banyak pilihan.  Sejak membuka mata saat bangun tidur hingga beranjak tidur kembali, sepanjang hari manusia baik sadar maupun ndak sadar mengambil keputusan atas banyaknya alternatif pilihan yang hadir.  Contoh sederhana saat ini yang mungkin kerap kita hadapi antara lain adalah ketika bangun tidur di pagi hari, seseorang akan memilih apakah akan langsung beranjak melaksanakan ibadah salat Subuh atau justru memeriksa telepon genggamnya terlebih dahulu untuk melihat pesan masuk. Kemudian ketika akan beranjak untuk beraktivitas, seseorang dapat memilih apakah akan langsung berangkat kerja, kuliah maupun sekolah atau sarapan terlebih dahulu. Sarapan apa yang dipilihnya, akan menggunakan apa untuk berangkat beraktivitas, kegiatan apa yang akan dilakukan setelah beraktivitas, dan seterusnya merupakan contoh sederhana bentuk alternatif pilihan dalam sekelumit kehidupan kita sehari-hari. Ndak hanya dalam situasi yang tengah atau kerap dijalani, dalam menyusun rencana ke depan pun, manusia kerap dihadapkan dengan begitu banyak alternatif. Hal apa yang akan dilakukan di akhir pekan, bagi yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang Pendidikan Tinggi apakah akan kuliah merantau atau ndak, bagi yang baru menikah apakah untuk memenuhi kebutuhan papannya akan membeli tanah terlebih dahulu atau membeli rumah jadi, dan lain sebagainya.

Di antara berbagai macam suguhan pilihan yang dihadapi oleh manusia dalam hidupnya, terkadang manusia menilai bahwa pilihan tertentu dianggap sulit atau mudah, pilihan tertentu dianggap krusial atau ndak. Penentuan tersebut tentunya berdasarkan perspektif atau penilaian dari manusia itu sendiri dengan dasar faktor-faktor tertentu menyesuaikan dengan konteksnya masing-masing. Namun yang ndak bisa dilepaskan, adanya alternatif pilihan yang mungkin ndak terbatas, membuat manusia secara ndak langsung dituntut untuk menentukan pilihan mana yang terbaik untuk dirinya. Terkadang, pilihan yang terbaik ini sendiri belum tentu memiliki nilai maupun dampak positif secara langsung dan ndak beresiko sama sekali. Terkadang, setidak enak apapun alternatif pilihan yang dihadapi manusia, manusia akan tetap memilih dengan prinsip memperoleh resiko yang paling minimal.

Pada sisi lain, masa di mana manusia dan teknologi merupakan pasangan yang ndak terpisahkan seperti saat ini, interaksi keduanya dapat dikatakan menjadi salah satu faktor yang semakin memperkaya alternatif pilihan manusia. Hal tersebut dikarenakan dalam penggunaan teknologi sehari-hari, khususnya smartphone, akan begitu banyak aktivitas yang dapat dilakukan hanya dalam satu genggaman. Maksudnya, dengan menggunakan smartphone dan juga beragam fitur aplikasi di dalamnya, manusia dapat melakukan berbagai macam hal secara instan dan efisien baik dari segi waktu, biaya dan tenaga. Apabila dahulu seseorang ingin melakukan transfer dana kepada orang lain, maka ia perlu meluangkan waktu dan tenaganya untuk datang dan hadir secara fisik ke bank, yang mana hal itu juga mengeluarkan biaya materiil tertentu. Saat ini, dengan adanya fitur mobile banking, seseorang dapat dengan mudah melakukan transaksi secara lebih ringkas. Bahkan ndak hanya melakukan transfer, melakukan pembayaran lainnya pun dapat dilakukan dengan sangat cepat. Kemudian jika dahulu seseorang memiliki kebutuhan untuk membeli suatu barang, maka ia pun perlu hadir secara fisik di toko yang dituju. Belum lagi jika ternyata di toko yang telah didatangi tersebut barang yang dibutuhkannya ndak tersedia, maka ia perlu mengeluarkan usaha, waktu dan biaya kembali untuk berpindah ke toko berikutnya. Saat ini, dengan adanya perkembangan toko dalam bentuk virtual atau daring, seseorang dapat dengan mudah melakukan pencarian, bahkan melakukan pembandingan harga antara satu toko dengan toko lain dalam satu waktu. Dan untuk aktivitas pembelian daring ini sendiri juga didukung oleh sistem pembayaran yang terintegrasi secara daring pula. Sangat jelas dengan adanya gambaran situasi tersebut, menjelaskan bahwa peran teknologi selain mengefektifkan dan mengefisiensikan kinerja manusia, juga memperkaya alternatif pilihan bagi manusia yang tentunya hal ini perlu untuk dikelola secara bijak.

Selain beberapa fenomena maupun manfaat dari adanya perkembangan teknologi yang telah dijelaskan sebelumnya, saat ini juga ndak dapat dipungkiri bahwa masyarakat ndak pernah terlepas dari telepon genggamnya dikarenakan banyaknya aplikasi media komunikasi dan hiburan yang juga dapat dimanfaatkan melalui teknologi tersebut. Beberapa media komunikasi dan hiburan yang saat ini masih kerap digunakan di Indonesia sendiri antara lain Whatsapp, Line, Instagram, Tiktok, Youtube, dan sebagainya. Selain itu, beberapa aplikasi untuk melakukan pembelian barang seperti yang telah dijelaskan sebelumya yang juga menjamur di Indonesia, antara lain seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dan lain-lain. Apabila diperhatikan lebih lanjut, terkadang kita ndak menyadari bahwa media-media tersebut saling terhubung satu sama lain. Maksudnya, terkadang jika kita tengah membicarakan suatu produk atau merk dagang tertentu dengan rekan kita melalui media komunikasi Whatsapp, bisa jadi ketika kita membuka Instagram, maka jenis ataupun produk tersebut akan muncul sebagai salah satu iklan (ads). Dengan adanya situasi ini, membuat seolah-olah teknologi tersebut memahami apa yang tengah kita bicarakan ataupun tengah bahas dengan rekan kita sebelumnya. Padahal, situasi tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya sistem algoritma. Dan jika berbicara mengenai sistem algoritma ini, maka hubungannya sudah terkait dengan big data yang mana dari apa yang kita bicarakan secara tekstual maupun secara verbal ataupun langsung dengan rekan kita, secara sederhana dapat segera ditangkap, diolah dengan begitu cepat dan muncul dalam bentuk iklan tadi seolah-olah teknologi memahami apa yang tengah kita ingin dan butuhkan.

Adanya iklan tersebut, diharapkan juga oleh para pelaku bisnis dapat menarik minat dan menambah keyakinan seseorang misalkan untuk membeli produk yang telah dibicarakan dengan rekan kita sebelumnya. Adanya stimulasi dari iklan yang muncul seperti itu dan kemudian seolah-olah memahami baik apa yang kita butuhkan, ditambah dengan adanya berbagai macam promosi dari para pelaku bisnis, terkadang hal tersebut menstimuli kita sebagai pihak yang pada awalnya tidak tertarik untuk melakukan pembelian, pada akhirnya tergerak dan melakukan perilaku membeli. Pada situasi ini, terkadang kita sulit membedakan mana hal yang memang benar-benar kita butuhkan ataukah sekedar keinginan impulsivitas sekejap. Ditambah lagi dengan adanya kemudahan transaksi pembayaran secara daring seperti dompet digital, seseorang akan semakin merasakan kenikmatan dalam pemerolehan dan kepemilikan barang atau sesuatu yang diinginkannya secara instan. Pada akhirnya, sebuah teknologi ibarat menjadi sebuah mata pisau yang memiliki sisi positif dan negatifnya, yang mana tentu akan membawa manfaat jika digunakan dengan baik dan membawa kerugian jika ndak disikapi secara bijak.

Salah satu hal lainnya yang menyebabkan mengapa seseorang melakukan proses jual beli secara daring selain karena ditunjang oleh teknologi, adalah karena seseorang tidak perlu merasakan rasa kehilangan atau berpisah dengan uang mereka dalam bentuk fisik karena membayar (pain of paying). Seseorang akan merasakan keengganan untuk mengeluarkan atau memberikan sesuatu yang dinilai berharga dari dirinya. Rasa enggan yang dirasakan ini diasosiasikan dengan rasa sakit secara psikologis, bukan fisikal. Hal ini dapat lebih dirasakan jika perpisahan tersebut semakin transparan, dapat dilihat secara visual atau kentara, dan dilakukan secara langsung. Maka dari itu, saat ini seseorang akan merasa lebih ringan dan lebih mudah untuk melakukan transaksi tanpa menggunakan uang tunai (cashless) dikarenakan mereka ndak perlu melihat dan mengalami secara langsung transaksi konvensional. Hal ini tentunya kembali lagi memiliki sisi positif maupun negatif. Kemudahan yang ditawarkan dengan cara tersebut tentu akan dirasa bermanfaat jika mungkin kita benar-benar membutuhkan suatu hal atau ingin segera merasakan manfaat dari apa yang kita transaksikan. Namun di sisi lain, kemudahan ini tentunya dapat kembali menstimulasi seseorang melakukan transaksi tanpa mengindahkan proses pertimbangan apakah sesuatu hal itu merupakan hal yang memang benar-benar dibutuhkan ataukah hanya sekedar impulsivitas belaka.

Menyikapi hal tersebut, tentulah sebagai seorang muslim kita perlu untuk bertindak secara bijak. Bertindak secara bijak di sini berarti melakukan pengambilan-pengambilan keputusan secara rasional dan mengedepankan manfaat dibandingkan dengan motif-motif non-esensial lainnya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang, terutama dalam konteks melakukan pembelian. Beberapa di antaranya yaitu faktor personal (usia, situasi ekonomi, gaya hidup), faktor sosial (kelompok referensi, keluarga, peran dan status), serta yang ndak kalah penting ialah faktor psikologis seseorang (motivasi, persepsi, pengalaman belajar, keyakinan dan sikap) . Dari ketiga faktor tersebut, keyakinan ternyata turut memberikan pengaruh. Maka dari itu, penting bagi diri kita untuk memiliki keyakinan di dalam diri bahwa perilaku untuk mengonsumsi atau memperoleh sesuatu perlu didasarkan pada kebutuhan dan kecukupan, ndak berlebihan atau berdasar keinginan hawa nafsu yang kemudian menjadi hal mubadzir. Kita perlu untuk memilah, memilih, serta ndak melupakan dan abai dalam memberi manfaat pada sesama.

Terkait dengan sikap berlebihan (al-isrâf) itu sendiri, Allah SWT telah melarang baik dalam hal ibadah maupun di dalam aktivitas kehidupan kita sehari-hari misalnya makan dan minum. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-A’raf ayat 31:
  يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ – ٣١
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

Selain itu, Allah SWT juga berfirman dalam QS Al-Maidah: 77:
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوْٓا اَهْوَاۤءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوْا مِنْ قَبْلُ وَاَضَلُّوْا كَثِيْرًا وَّضَلُّوْا عَنْ سَوَاۤءِ السَّبِيْلِ ࣖ – ٧٧
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu berlebih-lebihan dengan cara yang tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti keinginan orang-orang yang telah tersesat dahulu dan (telah) menyesatkan banyak (manusia), dan mereka sendiri tersesat dari jalan yang lurus.”

Berdasarkan firman Allah SWT, menunjukkan dengan jelas bahwa perilaku berlebihan merupakan perilaku yang ndak benar di dalam agama dan bukan merupakan perilaku yang patut untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, sekecil dan sesederhana apapun aktivitas yang kita lakukan. Mulai dari perilaku pemenuhan kebutuhan dasar seperti makan dan minum, penggunaan sandang, hingga tentunya dengan sangat jelas termasuk hal lain yang sifatnya lebih besar. Sikap dan perilaku berlebihan ini juga pada dasarnya ndak akan mendatangkan kebaikan bagi pelakunya. Rasulullah SAW pun sangat ndak menyukai orang-orang yang berlebihan, bahkan memberitakan tentang kehancuran untuk orang-orang tersebut. Dalam hadits lain, sebagaimana Rasulullah SAW pun bersabda: “Binasalah orang yang berlebihan” Tiga kali Rasulullah SAW menyebutkan hadits ini baik sebagai berita tentang kehancuran untuk mereka ataupun sebagai do’a kehancuran bagi mereka” (HR. Muslim). Dalam sabda Nabi ini, sudah sangat jelas bahwa Rasulullah SAW sangat ndak menyukai orang-orang yang bersikap berlebih-lebihan, bahkan Rasulullah SAW memberitakan tentang kehancuran untuk orang-orang tersebut. Sudah sangat jelas sikap ndak berlebihan ini perlu untuk dibiasakan dan diterapkan ndak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makan dan minum sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-A’raf ayat 31 sebelumnya, tetapi juga dalam aspek kehidupan lainnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Makan dan minumlah, bersedekahlah serta berpakaian dengan tidak berlebihan dan sombong” (HR. An-Nasa’i).

Menyikapi banyaknya stimulus yang hadir, maka kita memerlukan strategi untuk memilah dan memilih hal yang memang sesuai dengan kapasitas kemampuan diri sendiri, terkhusus untuk aktivitas pembelian dan konsumsi suatu produk. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain kita dapat menerapkan strategi kualitas, yaitu memilih produk yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitas diri sendiri. Selain itu, kita juga dapat menanamkan keyakinan untuk senantiasa merasa cukup dan juga menerapkan gaya hidup sederhana. Hidup bukan merupakan kompetisi untuk menjadi lebih di mata orang lain, melainkan hidup yang nikmat adalah hidup dengan keputusan-keputusan yang bijak.

Udah ya, lha wong ngomongin bunga Kecombrang kok jadi ngelantur ke mana - mana. Maafin SettiaBlog ya.  


Video klip kedua ada "ordinary" milik Alex Warren. Hal-hal biasa dalam hidup dapat di ubah menjadi luar biasa, inti lagu di atas ya kayak gitu.

O ya, ada beberapa tipe MBTI yang natural punya sifat konsisten dalam hidup. Masih ingat kan ya, MBTI itu singkatan dari Myers-Briggs Type Indicator, sebuah alat ukur psikologis yang dirancang untuk mengidentifikasi 16 tipe kepribadian berdasarkan preferensi individu dalam empat skala utama.

ISTJ (The Logistician) memiliki kedisiplinan luar biasa dan menjaga komitmen jangka panjang.
ISFJ (The Defender) menunjukkan konsistensi dalam merawat hubungan pribadi dan tahan lama.
INTJ (The Architect) memiliki visi jangka panjang yang jelas dan disiplin untuk mengembangkan diri.

Konsistensi adalah kualitas yang sering kita anggap sepele, padahal itu adalah pondasi penting dalam mencapai tujuan hidup. Terkadang, kita merasa seperti kapal yang berlayar tanpa arah, terombang-ambing oleh keputusan yang berubah-ubah dan semangat yang datang dan pergi. Namun, ada beberapa tipe MBTI yang, tanpa disadari, memiliki kecenderungan alami untuk menjaga konsistensi dalam hidup mereka. Dibawah ini ada beberapa tipe MBTI yang secara alami memiliki sifat konsisten. Mereka ndak hanya mampu menjaga komitmen jangka panjang, tetapi juga menghadapi tantangan hidup dengan ketenangan dan keteguhan. Tentu aja, konsistensi bukan hanya soal kebiasaan yang terjaga, tetapi juga tentang memiliki dasar yang jelas dalam setiap langkah yang diambil. Jadi, siap untuk menemukan tipe MBTI mana yang bisa menjadi panutan Anda?

ࠎ. ISTJ (The Logistician)

Tipe ISTJ dikenal dengan kedisiplinannya yang luar biasa. Mereka cenderung memiliki rutinitas yang stabil dan ndak mudah terombang-ambing oleh situasi luar. Jika Anda berurusan dengan seorang ISTJ, Anda akan menemukan seseorang yang memegang teguh komitmen mereka. Bagi mereka, konsistensi bukan sekadar kebiasaan, tetapi suatu nilai yang mereka junjung tinggi dalam segala aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, ISTJ sering kali menjadi pilar kestabilan di sekitar. Mereka ndak hanya konsisten dalam pekerjaan, tetapi juga dalam hubungan dan rutinitas pribadi. Keteguhan hati mereka dalam mengikuti prinsip membuat mereka bisa diandalkan, bahkan dalam situasi yang paling ndak pasti sekalipun. Jika ada satu hal yang bisa kita pelajari dari ISTJ, itu adalah pentingnya membangun struktur dan disiplin yang kuat untuk mencapai tujuan jangka panjang.

ࠎ. ISFJ (The Defender)

ISFJ sering disebut sebagai "penjaga" yang sangat peduli terhadap orang lain. Mereka ndak hanya konsisten dalam menjalani kehidupan sehari-hari, tetapi juga dalam cara mereka merawat hubungan pribadi. ISFJ cenderung memiliki dedikasi yang tinggi, apakah itu untuk keluarga, teman, atau pekerjaan. Mereka menganggap komitmen sebagai hal yang sangat serius, dan dengan ini, mereka membangun hubungan yang tahan lama dan penuh makna. Konsistensi ISFJ terlihat jelas dalam cara mereka menunjukkan perhatian dan kasih sayang. Meskipun sering kali tampak lebih introvert, mereka adalah orang yang bisa diandalkan dalam jangka panjang. Ketika seseorang membutuhkan dukungan emosional atau praktis, ISFJ adalah orang yang akan selalu hadir, menjaga komitmen meskipun dalam kesulitan. Dari ISFJ, kita bisa belajar bahwa konsistensi dalam merawat hubungan sangat penting untuk membangun ikatan yang kuat.

ࠎ. INTJ (The Architect)

Konsistensi dalam diri seorang INTJ datang dari visi jangka panjang yang sangat jelas. Mereka bukan tipe yang mudah tergoyahkan oleh pengaruh luar atau keputusan impulsif. Seorang INTJ memerlukan struktur dan tujuan yang jelas untuk merasa bahwa hidup mereka berjalan sesuai dengan apa yang mereka rencanakan. Dengan kemampuan analitis yang tajam, mereka mampu menyusun strategi jangka panjang dan menindaklanjutinya tanpa ragu. Meskipun terlihat sangat fokus dan terkadang dingin, INTJ memiliki disiplin yang luar biasa untuk mengembangkan diri mereka sendiri. Mereka ndak hanya berusaha konsisten dalam karier, tetapi juga dalam kehidupan pribadi dan pengembangan diri. Seiring waktu, kita bisa belajar dari mereka bahwa konsistensi yang didorong oleh tujuan yang lebih besar dapat menjadi kunci untuk mengatasi tantangan hidup yang paling kompleks sekalipun.

ࠎ. ESTJ (The Executive)

Sebagai sosok pemimpin alami, ESTJ memiliki kecenderungan untuk menjaga konsistensi dalam segala hal yang mereka lakukan. Mereka memandang dunia melalui lensa efisiensi dan keteraturan, dan ndak mudah terjebak dalam keraguan atau kebingungan. ESTJ tahu betul apa yang mereka inginkan dan berusaha keras untuk mewujudkannya tanpa berpaling dari tujuan mereka. Bagi mereka, konsistensi adalah tentang membuat keputusan yang logis dan bertindak sesuai dengan prinsip yang sudah ditetapkan. Dalam kehidupan profesional, ESTJ sering kali menjadi model teladan untuk orang lain karena kemampuannya untuk tetap fokus dan bertanggung jawab. Mereka akan selalu ada untuk menyelesaikan masalah dan memastikan segala sesuatu berjalan dengan lancar. Dari ESTJ, kita bisa belajar bahwa konsistensi bukan hanya tentang menempel pada rutinitas, tetapi juga tentang memiliki tekad dan keteguhan dalam mencapai tujuan yang lebih besar. Konsistensi adalah sesuatu yang bisa kita latih. Mungkin kita ndak memiliki sifat ini secara alami, tetapi kita bisa mengembangkannya dengan ketekunan dan kesabaran. Jadikan konsistensi sebagai bagian dari perjalanan hidupmu. Ndak ada yang instan dalam meraih tujuan, tapi dengan komitmen yang kuat, kita bisa menghadapi semua tantanganya dan mencapainya sampai berhasil.

Oct 19, 2025

Semua Akan Berubah

 


 
    
              
              
Video klip di atas ada "the fate of Ophelia" milik Taylor Swift. Ophelia sendiri di ambil dari salah satu tokoh drama Hamlet karya Shakespeare.  Ophelia  sering digambarkan sebagai perwujudan kewanitaan yang menderita di bawah tekanan patriarki. Kisahnya adalah representasi tragis dari patah hati akibat pengkhianatan, di mana ia harus menanggung kesedihan mendalam. Namun ia juga menjadi simbol perjuangan melawan norma sosial yang mengekang dan ketidakberdayaan yang dirasakan oleh perempuan. Melalui Ophelia, drama Shakespeare dan interpretasi-interpretasi selanjutnya menunjukkan dampak tragis dari budaya patriarki  yang menindas, di mana wanita sering kali ndak memiliki kekuatan untuk mengendalikan nasib mereka sendiri. Lho, kok malah ngomongin santra klasik, gimana c SettiaBlog ini.

Ngulas dikit tentang sastra klasik, ndak apa kan ya. Lagu - lagu terbarunya Taylor Swift banyak mendapat kritik. Tapi itu udah biasa, seperti yang udah - udah, setiap mengeluarkan album baru pasti akan berubah, terutama dalam gaya bermusik dan penampilannya. Dan itu bukti Taylor Swift benar - benar menikmati kehidupan yang di jalaninya. Kan dalam kehidupan ini pasti terjadi perubahan dari waktu ke waktu.

Dalam hidup yang terus berkembang, perubahan akan selalu terjadi—pada semua aspek: alam, lingkungan, budaya, politik, ekonomi, hukum, dan sebagainya. Kita sebagai manusia terus mengalami perubahan, dari mulai dalam kandungan, lahir ke dunia, tumbuh menjadi dewasa, menua, dan kemudian menghadapi kematian. Perubahan tersebut dibarengi juga dengan perubahan fisik, rambut memutih, kulit keriput, dan kondisi fisik yang melemah. Proses itu adalah keniscayaan yang pasti terjadi dalam kehidupan kita.  

Ndak sedikit pula dari kita yang mencoba membendung perubahan, namun tetap aja perubahan ndak akan pernah membohongi waktu. Walaupun ‘satu kodi’ dokter kecantikan/kegantengan kita datangkan, perubahan ndak akan pernah bisa dielakkan. Begitupun dengan peradaban sebuah bangsa, mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Indonesia, di awali dengan pra-sejarah, Hindu-Budha, Kerajaan Islam, penjajahan, kemerdekaan, orde lama, orde baru, reformasi, dan saat ini. Setiap fase mempunyai psikologi sosialnya masing-masing. Seperti fenomena historis, jatuhnya peradaban Cina Kong Hu Cu sejak perang candu dan bangkitnya peradaban Cina baru ketika ajaran Kong Hu Cu digantikan komunisme; runtuhnya peradaban Mesir Fir’aun dan peradaban Yunani-Romawi sekaligus pergantiannya oleh peradaban baru yang diilhami ajaran Kristen dan Islam. Begitu pula dengan runtuhnya komunisme di Uni Soviet. Perubahan juga terjadi pada politik Indonesia, dari mulai politik orde baru yang mengekang kebebasan rakyat, masuk kepada politik reformasi yang memberikan ruang terbuka, dan sekarang masuk pada politik mediakrasi di mana media menjadi supirnya. Secara fundamental, perubahan juga terjadi pada gerakekonomi kita, banyak yang awalnya miskin jadi kaya, yang kaya jadi miskin. Hidup seperti roda berputar, begitupun dengan “dunia terbalik” sebuah fenomena yang akhir-akhir ini salah kaprah. Hal tersebut juga bagian dari perubahan, dengan kebiasaan masyarakat yang ndak lagi membuang sampah pada tempatnya, melainkan membuang tempatnya pada sampah.

  Perubahan pada hakikatnya merupakan esensi dari kehidupan itu sendiri, ndak ada satupun elemen kehidupan yang ndak mengalami perubahan. Perubahan adalah hidup itu sendiri. Hidup tanpa perubahan—kemustahilan karena identik dengan mati. Seperti yang digambarkan Herakleitos, ia menggambarkan perubahan dengan dua cara, pertama, ia mengatakan seluruh kenyataan merupakan arus sungai yang mengalir, dan kedua, ia mengatakan seluruh kenyataan adalah api. Arus sungai sebagai lambang perubahan terdapat dalam fragmen yang terkenal, “Engkau tidak bisa turun dua kali ke dalam sungai yang sama”.  Maksudnya, sungai selalu mengalir, sehingga air sungai selalu berbeda. Orang yang turun ke dalam sungai dua kali ndak turun ke dalam sungai yang sama seperti semula. Semuanya mengalir dan ndak ada sesuatu pun yang tinggal menetap (panta rhei kai uden menei).

  Herakleitos juga menyatakan seluruh kenyataan adalah api, baginya api sebenarnya ndak merupakan suatu anasir yang dapat menerangkan kemantapan di belakang perubahan-perubahan dalam alam, melainkan api melambangkan perubahan itu sendiri. Ndak sulit untuk mengerti mengapa Herakleitos memilih api. Nyala api senantiasa memakan bahan bakar yang baru. Dan bahan bakar itu senantiasa berubah menjadi abu dan asap. Namun, api itu tetap api yang sama. Karenanya, api cocok sekali untuk melambangkan kesatuan dalam perubahan. Kata Herakleitos,  “Ada suatu pertukaran: semua benda ditukar dengan api dan api ditukar dengan semua benda, seperti barang dengan emas dan emas dengan barang.”.  

Dalam era serba media ini, perubahan yang terjadi sangat kompleks, kita ndak bisa mengikuti begitu aja kehendak perubahan. Mau ndak mau, perubahan mempunyai dua wajah, baik dan buruk. Karena itu, kita harus bersikap selektif terhadap perubahan. Perlu diingat, kita ndak bisa menerima sepenuhnya perubahan, kenapa? Akan terjadi ke-blur-an pemahaman—maksudnya, kita ndak lagi mengetahui secara jelas nilai-nilai mana yang harus dianut. Begitupun dengan menolak seluruhnya—ndak bisa juga, efeknya—kita menjadi kagetan dan radikal setiap memandang perubahan yang terjadi.  

Dengan demikian, perubahan secara mikro atau makro yang kita alami, harus kita fungsikan ke arah meningkatnya kualitas hidup; menjadi lebih manusiawi, lebih spiritual, dan lebih baik. Bukan perubahan yang menghancurkan, apalagi mencabut status kemanusiaan seseorang. Allah Berfirman, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi....” (QS. Al-A’raaf: 56), “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu....” (QS. Huud: 112).  

Di sini kita membutuhkan kerendahan hati dan kearifan untuk membangun kesadaran, karena manusia ndak akan pernah mampu menyaring semuanya—al-insan mahal khata wa nisyan —manusia adalah tempatnya kesalahan dan kelupaan. Itu menandakan bahwa manusia ndak berada pada posisi yang mutlak, apalagi menggenggam kemutlakan.  

Menghadapai perubahan yang fundamental ini, mau ndak mau, kita harus mengingat kembali makna kehadiran di dunia ini dan membaca penuh kesadaran mengenai kekuasaan sang waktu. Karena,  "Al-waqtu kassaif"  (الوقتُ كالسيفِ)  waktu seperti pedang, kalau kita ndak mampu menggunakannya maka akan dapat mencelakakan diri sendiri.

Dalam pada itu, waktu diciptakan supaya segala sesuatunya ndak terjadi bersamaan, ketika semuanya terjadi bersamaan, itu bukan kehidupan. Waktu ndak bisa ditunda, ia terus berputar, dari berputarnya waktu—artinya, waktu memerintahkan kita untuk berproses dan mengisi, ndak hanya berdiam diri, melainkan dari proses itu juga oleh waktu dijanjikan sebuah hasil.  

Pembiaran terhadap waktu sama aja kita menikam diri sendiri, menyia-nyiakan hidup yang terus berjalan, berkembang, dan berubah. Karena itu, semua yang ada di dunia ini, entah manusia, bangsa, dan apapun bentuknya selalu berkembang bersama waktu, sekaligus mendapatkan porsi waktunya masing-masing, karena waktu memberikan isyarat adanya sebuah ‘giliran’. Dalam kaitannya dengan masalah waktu, maka hakikatnya, setiap manusia ataupun bangsa mempunyai jadwal waktu pergiliran. Di antara esensi pergilirian, Al-Qur’an, surat al-Hasyr ayat 7 menegaskan: “...supaya kekuasaan (kekayaan) itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya di antara kamu.”  Pergiliran, pergantian, dan pergeseran adalah bagian dari realitas kehidupan. Bahkan menjadi satu aturan kehidupan itu sendiri dan karenanya dapat dipandang sebagai sunnatullah-karenanya akan berlaku pasti. Persoalannya hanya terletak pada waktu.

  Pesan al-Qur’an surat al-‘Ashr ayat 1-3,  “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan nasihat-menasihati supaya menetapi kebenaran dan kesabaran.” Biarkan aja perubahan berjalan, menentukan arahnya—yang pasti komitmen kita terhadap kesadaran semesta harus dibangun, kesadaran ini meliputi segala aspek kehidupan—bahwa kita adalah subjek dan objek kehidupan, kita bukan penindas atau perusak. 

Udah ya, kok tambah ngacau bahasan SettiaBlog. Ndak usah di masukin hati ya dan maafin SettiaBlog lho ya.
 

Video klip kedua ada "what you say" milik Saigon Kick". Dalam lagu tersebut ada potongan lirik.
What you say and what you do is a contradiction to the life that's safe and sound..
Kalimat ini menggambarkan seseorang yang perkataan dan tindakannya ndak sejalan. Ia mungkin mengatakan akan melakukan sesuatu, tetapi pada kenyataannya justru melakukan hal yang berbeda atau ndak melakukannya sama sekali. SettiaBlog sendiri juga masih sering kok melakukan hal kayak gitu ...he...he... Tapi SettiaBlog akan selalu belajar untuk bisa menyelaraskan perkataan dan perbuatan.

Nah, demi mengatasi kebiasaan semacam ini agar ndak sering terulang, ada baiknya kita mencari penyebabnya. Apa c yang bikin perkataan dan perbuatan kita sering ndak sinkron?

ޖ. Lupa atau khilaf alias ndak sengaja

Sebagai manusia biasa, wajar banget jika kita melakukan kesalahan seperti lupa atau khilaf. Begitupun ketika kita sekali atau dua kali lupa dengan apa yang pernah dikatakan dan malah melakukan sesuatu yang sebelumnya kita anggap salah atau berjanji untuk ndak melakukannya. Namun, kekhilafan semacam ini hanya dianggap wajar jika terjadi ndak lebih dari tiga kali. Jika sampai lebih dari itu, artinya ada alasan lain selain lupa. 

ޖ. Punya standar ganda yang bikin bingung

Ucapan dan tindakan yang ndak sesuai juga mungkin disebabkan oleh adanya double standard atau standar ganda yang tanpa atau dengan kita sadari telah kita terapkan. Misal, untuk orang yang kita hormati, kita memperbolehkan sikap people pleaser  dalam diri. Namun, begitu berhadapan dengan orang yang kita anggap setara, kita bisa bersikap tegas dan menolak permintaan mereka. Padahal di lain waktu, kita adalah sosok yang sangat ndak suka dengan orang yang selalu jadi people pleaser  kepada siapa pun. Ini yang bikin orang sekitar jadi bingung dengan prinsip yang kita anut. 

ޖ. Pembohong ulung yang pandai bersilat lidah

Terlalu pandai bersilat lidah dan membuat alasan ini itu bisa aja bikin Anda dengan sembarangan mengatakan sesuatu yang ndak bisa Anda lakukan. Seperti misalnya Anda berkata ke orang-orang untuk lebih dewasa, ndak cepat marah, pandai mengatur emosi. Namun di kemudian hari Anda justru meledak marah karena hal sepele. Akan tetapi, karena pandainya Anda mengarang alasan dan membenarkan tindakan Anda yang sebelumnya salah, jadi ndak ada yang benar-benar bisa menyalahkan Anda. Hati-hati, Anda bisa terus menerus melakukan kesalahan semacam ini jika ndak segera sadar, lho. 

ޖ. Suka berkhianat sehingga perkataan dan perbuatannya ndak sinkron

Ternyata apa yang kita lakukan dan ucapkan merupakan implikasi dari bagaimana ketulusan hati kita. Orang yang sering banget berucap sesuatu yang ndak sesuai dengan tindakannya merupakan tanda bahwa dia adalah orang yang suka berkhianat. Orang seperti ini ketika berjanji ndak pernah bisa dia tepati. Pun ketika diberi amanah, dia ndak akan bisa menjalaninya dengan benar. Semoga kita ndak termasuk golongan orang seperti ini, ya. 

ޖ. Labil dan gampang banget berubah pikiran dalam sekejap

Orang yang labil juga seringkali ndak bisa menyinkronkan antara ucapan dan perkataannya. Itu karena mereka gampang berubah pikiran dan ndak punya pendirian tetap. Orang semacam ini akan mengalami kesulitan jika harus memutuskan sesuatu, sebab baginya ndak pernah adalah yang pasti di dunia ini. Mendengarkan ucapan orang seperti ini dan menganggapnya serius bisa merugikan kita. Sebab mereka sendiri aja ndak pernah menganggap serius apa yang dia katakan.

Jadilah orang yang antara ucapan dan perbuatannya sejalan. Orang seperti ini akan bisa dipercaya dan mengemban tanggung jawab. Jadi, ketika berinteraksi dengannya pun kita merasa lebih yakin dengan apa yang dia katakan.

Oct 9, 2025

Kenali Musuh Emosi Penghancur Diri yang Sering Mengganggu Pikiran

 


Video klip di atas ada "big big world" milik Emilia. Liriknya c menggambarkan perasaan seseorang yang merasa kecil dan lemah di dunia yang begitu besar dan harus menghadapi tantangan emosionalnya sendiri. Seperti yang kita tahu kan ya, emosi adalah bagian dari kehidupan kita. Kalau ada yang bertanya, "Apa yang bisa menghancurkan mimpi kita, hidup kita, dan hubungan kita?" Mungkin sebagian orang akan ada yang menyebut pihak luar sebagai biang kerok, yang telah menghancurkan ketiga aspek tersebut. Meskipun pihak luar mungkin berkontribusi terhadap kehancuran hidup kita, namun mereka hanya punya andil sedikit saja. Dan sering kali akar dari masalah-masalah itu sendiri justru luput dari kesadaran dan ndak terefleksikan oleh kita. Apa saja itu?

ᰒ. Takut

Kita dilahirkan dengan ndak memiliki keberanian, juga ndak memiliki rasa takut. Kemungkinan besar atau kecil, ketakutan kita justru disebabkan oleh pengalaman kita sendiri, orang lain, dan apa yang kita baca atau dengar. Beberapa perasaan takut memang nyata, seperti berjalan di kota yang sepi dan juga gelap pada waktu dini hari. Atau berlayar di atas kapal kecil yang diganggu ikan hiu lapar. Meskipun terkadang rasa takut akan bahaya luar terus mengancam kita, namun kita ndak mesti memiliki rasa takut tersebut dengan seumur hidup.

ᰒ. Ketidakpedulian

Memiliki sikap ketidakpedulian merupakan sikap negatif dalam kehidupan sosial dan individual. Hidup dalam individual adalah dunia kita yang berhak meluangkan waktu sendirian dan memiliki hak untuk membuat pilihan hidup. Sedangkan hubungan sosial adalah interaksi diri kita dengan orang lain. Bila Anda sering mengabaikan orang lain, maka feed back  orang lain kepada Anda juga akan seperti itu. Sama halnya dengan ketidakpedulian terhadap diri sendiri. Bila pilihan hidup Anda diputuskan orang lain meskipun Anda yang berhak memutuskannya, maka Anda akan menjalani kehidupan yang distir oleh orang lain dan Anda akan meragukan diri sendiri.

ᰒ. Keraguan

Banyak dari kita yang meragukan masa depan dikarenakan arah hidup dan cita-cita yang masih belum jelas. Termasuk juga meragukan orang lain, pemerintah, bahkan meragukan kesempatan atau peluang. Namun, yang paling berbahaya adalah dengan meragukan diri sendiri. Lambat laun, keraguan akan menghancurkan hidup kita serta peluang kita untuk sukses secara perlahan. Keraguan juga adalah musuh bagi kita. Ia akan mengosongkan hati dan rekening kita, serta mengharuskan kita untuk rela ditinggalkan pasangan yang sudah lama bersama.

ᰒ. Khawatir

Perasaan khawatir cukup bermanfaat bagi kita atas suatu ketidakpastian yang bertentangan dengan perasaan positif. Misalnya kita sudah lama menunggu saudara yang masih belum pulang ke rumah, dan kita khawatir dengan dirinya yang sudah berada di jalan mana, lalu kita bergumam, ”Apakah dia baik-baik saja?”; “Semoga tidak terjadi apa-apa di jalan.” Tetapi, kita ndak bisa melepaskan rasa khawatir sebelum kita melihat dan memprediksi suatu hal di luar kekhawatiran. Dugaan dan prasangka juga akan menimbulkan perasaan khawatir sesuai konteksnya. Kendati demikian, rasa khawatir yang berlebihan dan sulit untuk dilepaskan akan membuat pikiran dan tubuh kita memburuk. Ndak hanya secara fisik, juga peluang dan kesempatan kita.

ᰒ. Malu

Memiliki sifat malu adalah hal yang wajar, termasuk orang yang pemalu sekali pun, selama sifat tersebut ndak menjadi beban baginya. Namun, yang menjadi persoalan adalah rasa malu-malu (malu yang berlebihan) yang ndak sedikit menyiksa dirinya sendiri. Kita dapat menebak bahwa rasa malu-malu pada seseorang kemungkinan karena faktor internalisasi masa kecilnya, dan juga faktor lain yang turut mempengaruhinya. Namun dengan menyadari sifat malu yang buruk ini, kita akan tergerak untuk berdiri tegak dan sesekali membentangkan tangan sambil berteriak "Aku percaya diri!". 

Itulah beberapa musuh emosional penghancur diri yang selalu mengganggu kita. Persoalan dari poin - poin tersebut merupakan sifat manusia sebagai makhluk yang terbatas dan menginginkan kepastian dalam hidupnya. Karena bagaimanapun, kita harus mengelola emosi-emosi kita secara terukur.

Udah ya, maafin SettiaBlog lho ya. Untuk backgroundnya ini ada cahaya bulan purnama di balik dedaunan. Fontnya SettiaBlog gunakan Viga, Viga sendiri bisa di artikan kekurangan. Ya, setiap manusia tentu memiliki kekurangan dan kelebihannya masing - masing.

<

Video klip kedua SettiaBlog kasih "kiss me" milik Sixpence None The Richer. Tema lagunya c tentang koneksi emosional yang di miliki setiap manusia normal. Koneksi emosional merupakan bagian mendasar dari sifat manusia, didorong oleh kebutuhan mendalam akan hubungan sosial yang memengaruhi kesehatan mental, fisik, dan kesejahteraan secara keseluruhan. 

Pernah ndak Anda merasa cemas sebelum wawancara kerja, atau jantung berdebar saat menunggu kabar penting? Banyak orang buru-buru ingin menghilangkan rasa itu. Padahal, emosi bukan sekadar gangguan, mereka adalah sinyal dari tubuh bahwa “ini penting hal buat Anda”.  Neuroscientist Antonio Damasio melalui teorinya Somatic Marker Hypothesis (SMH) menjelaskan bahwa emosi bekerja sebagai “penanda tubuh” yang membantu kita mengambil keputusan. “Feelings are not a luxury, they are a guide to survival”.  

Kalau kita perhatikan lebih dalam, setiap emosi sebenarnya membawa pesan. Rasa marah bisa menjadi tanda bahwa batas diri kita sedang dilanggar. Sedih muncul ketika kita kehilangan sesuatu yang bernilai. Cemas hadir karena kita peduli terhadap hasil yang akan datang. Emosi bahagia meningkatkan performa dalam berbagai tugas pengendalian diri, seperti menunda kepuasan, bertahan dalam tugas yang sulit, dan bahkan memutus kebiasaan lama dibandingkan dengan emosi sedih. Artinya, emosi ndak hanya muncul sebagai reaksi, tetapi juga bisa menjadi motivator yang mendorong kita bertahan dan berkembang. Dalam keseharian, otak sering mengambil jalan pintas dengan menggunakan emosi (perasaan) sebagai jalan pintas mengambil keputusan yang disebut affect heuristic. Kalau kita merasa nyaman dengan sebuah pilihan, kita cenderung menilai risikonya lebih rendah dan lebih aman. Sebaliknya, jika pilihan terasa ndak enak, kita lebih waspada. Contoh sederhana: ketika bertemu orang baru, ada rasa “klik” atau justru ndak nyaman. Itu bukan kebetulan, tapi kompas emosional kita sedang bekerja memberi arah.  

Kita sering diajarkan untuk “mengendalikan” emosi agar ndak menguasai diri. Padahal, emosi bukan sekadar hal yang harus ditekan, tapi justru sumber informasi penting tentang apa yang berarti bagi kita. Seperti kompas, emosi memberi petunjuk ke arah mana kita perlu melangkah. Bukan hanya emosi yang kita rasakan sekarang yang memengaruhi keputusan, tapi juga emosi yang kita bayangkan. Mereka membedakan dua jenis pengalaman emosi:

Anticipatory emotions – emosi yang muncul saat menunggu hasil atau masih dalam proses, misalnya cemas menjelang ujian.

Anticipated emotions – emosi yang kita bayangkan akan muncul setelah hasil terjadi, misalnya rasa lega atau bahagia setelah lulus.

Kedua jenis emosi ini sama-sama berperan sebagai “peta jalan”. Rasa cemas bisa membuat kita lebih giat belajar, sedangkan membayangkan kebahagiaan setelah lulus memberi semangat tambahan. Dengan kata lain, emosi ndak hanya bereaksi pada masa kini, tapi juga memandu kita menghadapi masa depan.

Sayangnya, banyak orang masih menganggap emosi sebagai kelemahan. Marah sering dicap buruk, cemas dianggap salah, sedih dipandang lemah. Padahal, setiap emosi memiliki bahasa dan pesan tersendiri.

  “We cannot selectively numb emotions. When we numb the painful emotions, we also numb the positive ones.” Menolak satu jenis emosi berarti juga menutup pintu untuk merasakan yang indah secara utuh.

Daripada melawan emosi, mending coba dengarkan pesannya:

Dalam karier:  kalau Anda terus gelisah di tempat kerja, mungkin itu tanda butuh tantangan baru.

Dalam hubungan: rasa kesal bisa jadi pesan bahwa Anda perlu menetapkan batas lebih tegas.

Dalam keputusan besar:  takut dan ragu bisa jadi ajakan untuk mengecek ulang apakah pilihan itu sejalan dengan nilai hidup Anda.  

Tips sederhana: setiap kali emosi kuat muncul, tanya diri sendiri: “Apa c yang sebenarnya ingin diingatkan perasaan ini?”  

Emosi ndak selalu memberi jawaban final, tapi mereka selalu memberi arah. Saat kita berani mendengarkan emosi baik yang menyenangkan maupun yang sulit kita sedang belajar lebih jujur pada diri sendiri. “We are not thinking machines that feel, we are feeling machines that think”  

Oct 1, 2025

Tip's Menyampaikan Pesan dengan Jelas dan Taktis

 


Beberapa hari yang lalu SettiaBlog denger ada yang puter lagunya Taylor Swift yang "lover". Enak c lagunya ini, bahasanya sederhana dan ndak ada kata yang ambigu. Boleh di bilang jelas dan taktis. Kemampuan berkomunikasi secara jelas dan taktis adalah salah satu keterampilan terpenting yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin. Komunikasi yang efektif ndak hanya membantu pemimpin menyampaikan ide, visi, atau instruksi, tetapi juga memainkan peran besar dalam memotivasi tim, mengatasi konflik, dan membangun kepercayaan. Dalam dunia kerja yang semakin dinamis, pesan yang tepat dapat menginspirasi anggota tim untuk bertindak, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan lingkungan kerja yang positif. Di bawah ini ada beberapa panduan komunikasi untuk pemimpin dalam menyampaikan pesan yang jelas, taktis, dan efektif.

1. Pahami Audiens Anda

Sebelum menyampaikan pesan, penting bagi seorang pemimpin untuk memahami audiensnya. Setiap anggota tim mungkin memiliki latar belakang, posisi, atau pengalaman berbeda, yang bisa memengaruhi cara mereka menerima pesan. Dengan memahami audiens, Anda dapat menyesuaikan gaya komunikasi, memilih kata-kata yang tepat, dan menyusun pesan agar lebih mudah dipahami dan diterima. Tanyakan pada diri sendiri, “Apa yang perlu mereka ketahui?” dan “Bagaimana cara terbaik untuk menyampaikannya?”

2. Rencanakan Struktur Pesan dengan Jelas

Pesan yang terstruktur membantu penerima memahami informasi dengan lebih mudah. Mulailah dengan menyampaikan poin utama terlebih dahulu, kemudian ikuti dengan penjelasan atau alasan yang mendasari pesan tersebut, dan akhiri dengan langkah-langkah konkret yang bisa diambil. Strukturnya bisa diibaratkan seperti membuat cerita: ada pengantar, isi, dan penutup yang memperkuat poin utama Anda. Dengan struktur yang baik, pesan Anda akan lebih mudah diikuti dan lebih berkesan.

3. Pilih Kata-Kata yang Sederhana dan Tepat

Pemilihan kata adalah kunci untuk menyampaikan pesan yang jelas. Hindari penggunaan jargon atau istilah yang mungkin sulit dipahami, kecuali jika Anda yakin audiens memiliki pemahaman yang sama. Sampaikan dengan bahasa sederhana, langsung pada inti, dan hindari detail yang ndak relevan. Kata-kata sederhana dan ringkas akan mempermudah penerima untuk menangkap inti dari pesan Anda dan mengurangi kemungkinan terjadi kesalahpahaman.

4. Gunakan Bahasa Tubuh yang Konsisten

Komunikasi nonverbal, seperti bahasa tubuh, memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan dengan efektif. Sebagai seorang pemimpin, Anda harus sadar akan postur tubuh, ekspresi wajah, dan gerakan tangan saat berbicara. Bahasa tubuh yang terbuka, seperti melakukan kontak mata, berdiri tegak, dan memberikan senyuman, dapat meningkatkan rasa percaya diri audiens terhadap pesan Anda. Pastikan bahasa tubuh Anda konsisten dengan kata-kata yang diucapkan agar pesan Anda lebih meyakinkan.

5. Berikan Ruang untuk Umpan Balik

Komunikasi yang efektif bersifat dua arah. Setelah menyampaikan pesan, berikan kesempatan kepada audiens untuk bertanya, memberikan tanggapan, atau mengekspresikan pandangan mereka. Ini ndak hanya membuat mereka merasa dilibatkan, tetapi juga memberi Anda kesempatan untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan benar-benar dipahami. Mengundang umpan balik menunjukkan bahwa Anda terbuka terhadap diskusi dan menghargai opini orang lain.

6. Sampaikan Pesan dengan Nada yang Sesuai

Nada bicara adalah aspek lain yang memengaruhi cara pesan diterima. Pilih nada yang sesuai dengan konteks pesan dan audiens. Dalam situasi serius atau ketika membahas topik penting, gunakan nada yang tegas namun tetap ramah. Di sisi lain, untuk pesan-pesan ringan atau informal, nada yang lebih santai bisa membantu menciptakan suasana yang hangat dan akrab. Intinya, sesuaikan nada bicara Anda agar audiens merasa nyaman dan pesan dapat diterima dengan baik.

7. Tetap Tenang dan Profesional dalam Situasi Sulit

Ndak jarang pemimpin harus menyampaikan pesan dalam situasi yang penuh tekanan atau saat menghadapi masalah. Pada saat-saat ini, penting bagi pemimpin untuk tetap tenang dan profesional. Hindari sikap defensif atau menyalahkan, dan fokuslah pada solusi. Dengan tetap tenang, pemimpin bisa menunjukkan bahwa mereka mampu mengendalikan situasi dan memberikan arahan dengan bijak. Sikap tenang dan profesional akan membantu menjaga suasana tetap kondusif, dan pesan yang disampaikan lebih mudah diterima.

8. Membangun Empati dalam Setiap Pesan

Empati adalah dasar dari komunikasi yang efektif. Ketika seorang pemimpin menyampaikan pesan dengan empati, mereka ndak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga menunjukkan bahwa mereka peduli dan memahami perasaan anggota tim. Empati memungkinkan pemimpin untuk lebih dekat dengan tim, menciptakan kepercayaan, dan mengurangi konflik. Sebelum menyampaikan pesan, cobalah untuk mempertimbangkan perasaan atau perspektif audiens, dan tunjukkan bahwa Anda menghargai posisi mereka.

Menjadi pemimpin yang efektif ndak hanya tentang memiliki visi yang kuat, tetapi juga tentang kemampuan untuk menyampaikan pesan dengan jelas dan taktis. Dengan memahami audiens, memilih kata-kata yang tepat, menggunakan bahasa tubuh yang konsisten, dan berkomunikasi dengan empati, pemimpin dapat membangun komunikasi yang produktif dan hubungan yang harmonis dalam tim. Cobalah menerapkan panduan ini dalam setiap interaksi Anda, dan lihat bagaimana komunikasi yang lebih baik dapat meningkatkan kolaborasi serta efektivitas tim.

Udah ya, maafin SettiaBlog lho ya. Untuk backgroundnya SettiaBlog buat sederhana, tapi ndak meninggalkan detail.

Kata Sulit


Ambigu : sesuatu yang ndak jelas atau memiliki lebih dari satu makna, sehingga sulit dipahami dan menimbulkan keraguan atau ketidakjelasan bagi pembaca atau pendengar.


Taktis : pemilihan kata taktis berarti memilih kata-kata secara cermat dan perhitungan untuk mencapai tujuan komunikasi tertentu, biasanya dalam konteks jangka pendek atau untuk mengatasi masalah yang kompleks. Tindakan ini berfokus pada metode atau cara mencapai tujuan, berbeda dengan strategi yang lebih fokus pada tujuan akhir jangka panjang. 


Detail : bagian yang kecil-kecil atau sangat terperinci; segala hal ihwal. Kata ini juga bisa merujuk pada penjelasan yang dibuat secara mendalam dan cermat terhadap suatu subjek atau topik, atau pada perhatian terhadap suatu subjek secara individual dan terperinci. 


Untuk video klip kedua, ini ada Ilona. Saat dia ngasih tutorial bahasa yang di gunakan lugas, jelas, sederhana dan tentu mudah untuk di pahami. Kalau dalam bahasa Jawa di bilang padhet, mentes lan mantesi. Apa c sebenarnya bahasa sederhana itu? Secara definisi, bahasa sederhana adalah penggunaan dalam berbahasa yang mudah dipahami dan minim kompleksitas dalam struktur dan kosakata. Tujuannya adalah untuk menjelaskan gagasan, informasi, atau konsep dengan cara yang jelas dan mudah dimengerti oleh berbagai orang tanpa perlu penjelasan atau interpretasi yang rumit. Bahasa sederhana digunakan untuk memastikan komunikasi yang efektif dan dapat diakses oleh sebanyak mungkin individu, tanpa memperkenalkan hambatan pemahaman yang ndak perlu. Dalam arti, bahasa sederhana ditujukan kepada jangkauan audiens yang lebih banyak, dan dari beragam latar belakang yang bervariasi (orang awam kebanyakan.

Konsep bahasa yang kita kenal saat ini, pertama kali itu dipergunakan dalam interaksi sosial manusia saat kita menemukan api. Karena manusia dapat menggunakan api untuk memasak makanannya, sehingga makanan tersebut dapat diolah agar menjadi lebih mudah untuk dikonsumsi, dan akhirnya menjadi punya tambahan waktu luang. Dari yang awalnya kita butuh waktu sekitar delapan jam sampai sepuluh jam, setelah mengenal api kita hanya butuh dua sampai lima jam dalam sehari untuk mengunyah makanan demi mempertahankan kehidupannya di besok hari. Kelebihan waktu yang kosong saat ndak mengunyah tadi digunakan manusia-manusia paleolithikum untuk mengembangkan kemampuan berbahasa yang bervariasi serta kompleks seperti saat ini yang kita pakai.

Teknologi paling awal yang berhasil diciptakan umat manusia sehingga ia mampu mengangkat taraf hidupnya adalah penemuan api dan dilanjutkan dengan membentuk bahasa dan kebudayaan, lantas setelah itu mereka saling berkumpul dalam massa yang lebih besar lagi untuk mendirikan masyarakat dan peradaban (society and civilization). Betapa bahasa itu ndak dapat dilepas dari sejarah manusia itu sendiri, ia telah melekat sebagai identitas kemanusiaan itu sendiri, hadir beriringan dengan eksistensi manusia itu sendiri.

Bahasa adalah alat yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari manusia. Dalam interaksi sehari-hari, kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, menyampaikan pikiran, emosi, informasi, dan banyak hal lainnya. Namun, ada kebijaksanaan dalam menggunakan bahasa, yaitu penggunaan bahasa sederhana. Penggunaan bahasa sederhana dalam komunikasi sehari-hari, mengapa ini relevan dalam berbagai konteks, dan bagaimana hal itu memengaruhi interaksi sosial dan pemahaman bersama?

Penggunaan bahasa sederhana adalah kunci untuk memastikan bahwa pesan kita diterima dengan baik oleh penerima pesan. Ketika kita berbicara dengan orang lain, terutama dalam situasi di mana kita ingin menyampaikan informasi yang penting, menjelaskan konsep, atau meminta kerjasama, menggunakan bahasa yang sederhana adalah penting. Bahasa yang sederhana meminimalkan risiko kesalahpahaman dan konflik komunikasi. Ada sebuah pemikiran yang menarik dari salah satu filsuf asal Prancis bernama Jacques Derrida, kurang lebih inti sarinya menyatakan bahwa bahasa yang sehari-hari kita gunakan itu cacat, dalam artian ia ndak mampu secara sempurna menggambarkan pesan yang ingin kita maksud di dalam pikiran. Saat ide yang ada di pada pikiran, itu kita ubah ke dalam bentuk bahasa oral (mulut), maka dalam proses konversi itu akan terjadi yang namanya distorsi (penyimpangan-penyimpangan). Bahasa yang sehari-hari digunakan sebagai media komunikasi oleh kita kebanyakan adalah bahasa verbal, sedangkan pada hakikatnya jenis bahasa ini pula lah yang paling rawan mengalami distorsi dan misinterpretasi. Semakin besar pula kemungkinan kita untuk gagal dalam berkomunikasi, ditandai dengan ndak tersampainya apa maksud dan pesan kita.

Penting juga untuk memahami bahwa penggunaan bahasa sederhana ndak hanya relevan dalam konteks komunikasi langsung antarindividu, tetapi juga dalam komunikasi tertulis, seperti dalam dokumen, situs web, atau materi pendidikan. Bahasa yang sederhana dalam teks memastikan bahwa mereka dapat diakses oleh sebanyak mungkin orang, tanpa memperkenalkan hambatan berlebihan. Bahkan dalam dunia teknologi, perusahaan dan pengembang perangkat lunak semakin menggunakan antarmuka pengguna yang didesain dengan bahasa yang sederhana untuk memudahkan penggunaan produk mereka. Ini mengindikasikan bahwa bahasa sederhana adalah salah satu kunci utama untuk menciptakan teknologi yang lebih inklusif dan mudah digunakan oleh beragam kelompok pengguna.

Kebijaksanaan penggunaan bahasa sederhana juga membantu menghindari konflik yang mungkin timbul akibat ketidakpahaman. Bahasa yang rumit atau terlalu teknis dapat menimbulkan ketidaknyamanan atau ketegangan dalam situasi komunikasi, terutama jika salah satu pihak merasa terpinggirkan atau ndak mampu mengikuti pembicaraan. Penggunaan bahasa sederhana juga memainkan peran penting dalam mencegah kesalahpahaman dalam konteks diplomatik atau perundingan bisnis. Bahasa yang ambigu atau berbelit-belit dapat menjadi sumber ketidakpercayaan dan konflik.

Penggunaan bahasa sederhana dalam komunikasi sehari-hari adalah esensial dalam menciptakan komunikasi yang efektif, menghindari kesalahpahaman, dan menjaga harmoni dalam hubungan sosial. Bahasa sederhana menjadi bahasa bersama yang menciptakan pemahaman bersama di tengah masyarakat yang semakin beragam. Dalam penggunaan bahasa sederhana, kita membangun jembatan komunikasi yang memungkinkan kita untuk saling memahami, bekerja sama, dan menjalin hubungan yang lebih baik dalam dunia yang semakin terhubung.  

Sep 26, 2025

Sebuah Symphony Dalam Not Kehidupan

 


Video klip di atas ada "symphony" milik Clean Bandit feat Zara Larsson. Ya, kehidupan dapat dilihat sebagai symphony di mana setiap pengalaman (suka atau duka) adalah nada-nada penting yang membentuk keseluruhan cerita hidup seseorang.  Hidup, bagaikan melodi yang terus beralun, membentuk sebuah symphony dalam perjalanan waktu. Dalam symphony ini, kita akan menjelajahi nuansa, harmoni, dan tantangan yang melekat dalam hidup, menggali makna di setiap not kehidupan yang kita jalani.

Setiap hidup dimulai dengan overture, pembukaan yang membawa harapan, kegembiraan, dan potensi yang belum tergali. Kelahiran adalah nadanya, awal dari perjalanan panjang yang disusuri melalui berbagai episode kehidupan. Overture membangkitkan semangat untuk menjelajahi setiap nuansa dalam melodi kehidupan.

Seiring waktu, kita mengalami crescendo kehidupan - momen-momen penuh tantangan yang menguji kekuatan dan ketahanan kita. Seperti melodi yang semakin mendalam, hidup memberikan pelajaran berharga melalui pengalaman-pengalaman yang mungkin pahit namun memperkaya jiwa. Crescendo adalah panggilan untuk tetap berdiri tegak meski dalam riak badai.

Dalam symphony kehidupan, terdapat harmoni yang terbangun melalui hubungan dan keseimbangan. Hubungan dengan sesama manusia, alam, dan diri sendiri menciptakan melodi kehidupan yang utuh. Keseimbangan antara pekerjaan dan istirahat, antara memberi dan menerima, adalah lapisan harmoni yang membentuk jalinan yang indah. Terkadang, hidup memanggil kita untuk melakukan solo - pencarian identitas dan tujuan hidup yang mendalam. Seperti musisi yang menunjukkan keunikan gaya melodi mereka, kita juga dihadapkan dengan tantangan untuk menemukan dan menyuarakan diri sendiri dalam symphony yang lebih besar.

Intermezzo dalam hidup adalah waktu untuk merenung dan menyegarkan jiwa. Seperti bagian instrumental yang memberi ruang bagi kesunyian, intermezzo memberikan waktu dan ruang bagi kita untuk menenangkan pikiran, mengevaluasi perjalanan, dan mempersiapkan diri untuk babak-babak mendatang.

Ritardando adalah fase perlahan, di mana hidup mungkin membawa perubahan yang lebih lambat. Ini adalah momen untuk menikmati setiap detik, menghargai perjalanan yang telah dilalui, dan menikmati setiap nuansa kehidupan. Meskipun melodi melambat, ritardando membawa kearifan dan kedalaman yang hanya dapat ditemukan dalam perjalanan yang penuh warna.

Seiring menua, kita mendekati coda - penutup dari symphony kehidupan. Coda adalah kesimpulan yang membawa makna dan penyelesaian. Meskipun melodi mungkin mereda, jejak-jejak kehidupan akan terus ada dalam bentuk kenangan dan warisan yang kita tinggalkan.

Hidup adalah rhapsody yang terus berkembang, dengan setiap not dan nuansa memiliki arti dan kontribusi tersendiri. Dalam symphony ini, kita adalah penjaga melodi pribadi, bertanggung jawab atas bagaimana kita menyusun komposisi kehidupan kita. Sejalan dengan melodi yang ndak terlupakan, mari kita abadikan setiap saat, setiap pengalaman, dan setiap harmoni dalam rhapsody kehidupan kita yang unik.

Udah ya, maafin SettiaBlog lho ya.

Kata Sulit


overture :  musik pembuka untuk opera, oratorio, balet, atau drama musikal yang berfungsi sebagai pengantar untuk karya utama.


crescendo : peningkatan volume secara bertahap selama periode waktu tertentu.


intermezzo : selingan atau jeda ringan yang disisipkan di antara bagian-bagian utama suatu kegiatan, pertunjukan, atau percakapan untuk memberikan variasi, menyegarkan suasana, atau sekadar beristirahat sejenak.


ritardando : memperlambat tempo lagu secara bertahap.


coda : bagian akhir (atau "ekor") sebuah komposisi yang berfungsi untuk memberikan kesimpulan dan rasa penutup yang tegas pada karya tersebut, baik itu berupa beberapa birama singkat maupun sebuah bagian yang kompleks dan utuh.


rhapsody : karya satu gerakan yang episodik namun terintegrasi, mengalir bebas dalam strukturnya, menampilkan beragam suasana hati, warna, dan nada yang sangat kontras.

<

Video klip kedua SettiaBlog kasih Marijana Maksimovic salah satu kontestan The Voice of Germany 2016 yang membawakan lagu "run", salah satu lagu yang memiliki tantangan cukup berat. Terutama ketika sampai pada lirik light up light up. Dalam konteks personal, "light up" bisa diartikan sebagai memancarkan karisma, kebahagiaan, dan energi positif. Senyum atau kehadiran seseorang yang mampu "menerangi sebuah ruangan" menjadi gambaran dari kemampuan ini. "Light up" mengajarkan bahwa justru dalam momen tergelap dalam hidup, kita bisa menemukan kekuatan sejati untuk bersinar. Ini menunjukkan keberanian untuk menghadapi tantangan, bukan menghindarinya.  Beberapa interpretasi menyarankan bahwa kegelapan (ketidaktahuan) bukanlah tempat yang buruk, melainkan momen hening untuk mendengarkan diri sendiri dan membuat keputusan yang tepat. Proses "light up" bisa menjadi perjalanan internal untuk menemukan kesadaran diri.

Tujuan Allah SWT menciptakan manusia, yang pertama adalah bahwa Allah SWT ingin manusia berperan sebagai khalifah untuk mengurus dan mengelola bumi. Hal tersebut menyatakan bahwa masing-masing individu (manusia) diciptakan oleh Allah SWT pasti ada tujuan serta gunanya. Namun, pernahkah kita merasa ndak berguna atau bermanfaat? Banyak orang pernah mengalami fase dimana mereka merasa bahwa dirinya ndak berguna untuk orang lain bahkan untuk dirinya sendiri. Itu terjadi karena faktor-faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal dari individu tersebut, namun pada dasarnya hal yang harus diketahui adalah bahwa setiap manusia memiliki kelebihan yang bermanfaat bagi dirinya ataupun orang lain. Nah, Orang yang bermanfaat akan memberikan dampak yang sangat luar biasa baik kepada diri sendiri maupun orang lain.

Allah SWT ndak menyuruh kita untuk menjadi orang yang ditakuti oleh orang lain, juga ndak menyuruh kita menjadi orang yang berpengaruh serta memiliki jabatan, pun ndak menyuruh kita menjadi orang yang dikenal oleh orang banyak. Allah SWT hanya menyuruh kita untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. Itulah alasan mengapa kita mendapatkan kelebihan-kelebihan yang Allah SWT berikan kepada kita; agar kita dapat memanfaatkannya untuk menolong dan membantu sesama.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang artinya, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”  (Hadits Riwayat ath-Thabrani)

Mengapa Kita Harus Menjadi Orang yang Bermanfaat kepada Sesama? Allah SWT menakdirkan kepada manusia sebagai makhluk sosial yang ndak akan bisa menyelenggarakan kehidupannya sendirian. Semandiri apapun seseorang berusaha menghidupi dirinya sendiri, tentu akan ada masanya ia akan meminta pertolongan kepada orang lain. Allah SWT juga menganugerahkan kepada manusia sebentuk perasaan empati yang akan menggugah hati nuraninya saat ia melihat ketidakberuntungan pada orang lain. Perasaan empati itulah yang akan mendorong manusia melakukan aksi sosial dengan cara membantu sesama. Jadi, dengan takdir manusia sebagai makhluk sosial, ia ingin dibantu dan juga ingin membantu. Takdir manusia sebagai makhluk sosial ini juga erat kaitannya dengan ajaran Islam yang sangat menekankan sikap untuk saling menolong. Allah SWT sendiri dalam surah Al-Maidah ayat 2 yang artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwa lah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat.”

Selain karena memang perintah agama Islam untuk saling membantu, menjadikan diri bermanfaat bagi orang lain akan mengundang pertolongan Allah SWT bagi pengamalnya. “Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim.”  (HR. Muslim)

Tentu kita semua sudah pernah mendengar ungkapan, berdo'a tanpa usaha itu bohong dan usaha tanpa do'a itu sombong, bukan? Nah, apa yang dijelaskan dalam hadits tersebut merupakan penjelasan dan jawaban dari ungkapan ini. Allah SWT memang akan menolong hambanya ketika hambaNya berdo'a meminta pertolongan. Namun, Allah SWT ingin mengetahui sejauh mana ikhtiar hambaNya tersebut untuk menolong serta menyelesaikan masalahnya sendiri. Salah satu wasilah turunnya pertolongan Allah SWT adalah dengan menolong orang lain. Penting untuk kita ingat, bahwa apapun yang kita lakukan akan selalu kembali kepada pelakunya. Jika kita melakukan kejahatan, maka suatu hari nanti kita akan mendapatkan balasannya, cepat atau lambat. Sebaliknya, jika kita melakukan hal-hal baik terhadap sesama, maka suatu hari nanti kita akan menerima kebaikan dari orang lain sebagai perantara pertolongan Allah SWT.

Apa yang Harus Kita Lakukan Agar Bermanfaat Bagi Orang Lain?
Setiap orang bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Memberikan manfaat kepada orang lain ndak harus menunggu kaya, cerdas, berpengaruh, terkenal, punya jabatan. Dengan apa adanya kita, kita bisa memberikan manfaat kepada sesama. Yang kita perlukan untuk menjadikan kehadiran kita bermanfaat bagi orang lain adalah niat dan kita tahu harus melakukan apa agar bermanfaat. Menjadikan kehadiran kita bermanfaat bagi sesama berarti ikut turut serta dengan sebuah kegiatan atau perkara. Namun bukan berarti kita ikut campur terhadap masalah orang lain. Kita bisa mulai dari hal-hal kecil di lingkungan tempat tinggal kita seperti ikut kerja bakti membersihkan lingkungan, ikut membantu tetangga yang sedang menggelar hajatan, bergantian memberi makanan kepada tetangga tanpa mengharap ganti, menjenguk tetangga yang sedang sakit, memberi makan kucing liar, atau menyediakan sabun dan ember bekas berisi air agar warga bisa mencuci tangan di situ. Bahkan, selalu menyapa tetangga yang lewat di depan rumah atau ketika kita berpapasan dengan tetangga sambil tersenyum termasuk perbuatan yang terpuji dan menyenangkan, lho. Kita kan ndak pernah tahu seberat apa hari yang tengah dilalui tetangga kita. Siapa tahu dengan sapaan dan senyum kita kepada mereka dapat meringankan beban hatinya.

Ketika kita sedang berada di lingkungan kerja, di sela-sela kesibukan bekerja, kita juga bisa lho memberikan arti lebih dari hadirnya kita di kantor. Cobalah sesekali membawa sarapan lebih, siapa tahu tahu itu ada teman yang terburu-buru berangkat ke kantor tanpa sempat sarapan di rumah. Atau menawarkan diri untuk membuatkan kopi atau teh untuk teman-teman ketika pekerjaan kita sudah selesai. Bisa juga kita membersihkan sendiri peralatan bekas makan kita sendiri. Melakukan hal itu sendiri ndak akan menjatuhkan harga diri kita, bukan? Justru akan meringankan pekerjaan orang lain yang bertanggung jawab terhadap hal itu. Di lingkungan keluarga, kita bisa membantu pasangan mengurus pekerjaan rumah, merawat anak-anak, memberikan hiburan sederhana namun berkualitas, merawat pasangan jika ia sedang sakit, mendengarkan keluh kesah pasangan dan memberikan nasihat jika diminta, dan segala hal yang dapat membahagiakan pasangan dan anak-anak. Ingat ya. Untuk dapat memberikan manfaat kepada sesama, ndak berarti harus mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar. Cukup keinginan dan tekad  yang kuat untuk menjadikan diri ini bermanfaat bagi orang lain. Namun demikian, bukan berarti kita ndak boleh menggelontorkan uang dalam jumlah besar untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Kalau kita sedang Allah SWT beri kelapangan ekonomi, baik bagi kita untuk menyedekahkan sebagian dari rezeki tersebut agar orang lain juga turut merasakan kebahagiaan yang kita rasakan. Namun, jika kita sedang Allah SWT uji dengan kondisi ekonomi yang ndak memungkinkan untuk bersedekah dalam bentuk uang, kita tetap bisa memberdayakan apa yang kita miliki dalam diri kita agar bermanfaat bagi sesama, seperti tenaga, waktu, dan ide-ide.

Penting untuk kita tanamkan dalam hati, bahwa apapun yang kita lakukan dan berikan sebagai wujud menjadikan kehadiran kita bermanfaat bagi sesama, jangan sekali-kali mengharapkan balasan atau pujian dari orang lain. Katakanlah orang yang kita bantu membalas semua bantuan yang kita berikan dengan bantuan yang setimpal dengan yang pernah kita berikan, Allah SWT sanggup memberikan balasan yang lebih dari itu. Ingat saja dengan firman Allah SWT surah Al-Qashas ayat 84 yang artinya, “Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu.” Perhatikan pula janji Allah SWT pada surah Al-An’am ayat 160 yang artinya, “Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.”

Kalau Allah SWT sudah menjanjikan hal seperti ini, apakah kita masih ragu untuk memberikan manfaat bagi orang lain? Setiap individu itu berguna, tergantung bagaimana mereka menyebarkan kebaikan dan kelebihan yang ada pada dirinya.

Sep 18, 2025

Adakah Kebenaran Absolut ?

 


Video klip di atas ada Stacy Leadbeatter, salah satu kontestan BGT yang membawakan lagu "Angels" milik Robbie Williams. Power vokalnya cukup OP. Di tambah setting panggungnya dengan background matrix yang menyatu dengan sekitarnya, bikin penampilannya terlihat megah dan menawan . Ya emang background kayak gitu di namakan matrix, bukan film The Matrix lho ya. Kalau film The Matrix temanya c tentang hakikat realitas, perenungan tentang kebenaran versus ilusi. The Matrix banyak dibandingkan dengan alegori Plato, di mana manusia terperangkap dalam bayangan (simulasi Matrix) dan ndak menyadari realitas kebenaran yang sebenarnya. 

Melihat fenomena yang terjadi di tengah-tengah kehidupan mayarakat, kita dapat memperhatikan bahwa era ini memang merupakan masa pasca kebenaran. Pasca kebenaran adalah sebuah frasa populer yang berarti sulitnya mencari dan menemukan kebenaran sejati dari sebuah kejadian. Kita bahkan sering mendengar istilah “ndak ada yang benar atau salah, tergantung sudut pandang”. Sekilas, ungkapan tersebut terlihat sederhana dan mungkin ada benarnya. Tetapi, apa jadinya jika istilah tersebut kemudian disangkutpautkan dengan persoalan yang menyentuh syariat Islam dan membutuhkan hukum benar atau salah?

“Apakah ada kebenaran yang absolut?”
Kebenaran di mana dengannya kita dapat berpegang teguh dan menjadikannya sebagai rujukan permanen dalam menyikapi segala isu dan problematika kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara? Jawabannya adalah “Ya! Tentu saja, ada.” Kebenaran absolut itu adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pemahaman paling dasar sebagai seorang muslim yang beriman. Jelas, dalam rukun iman, sebagai komitmen mukmin kita wajib beriman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah (beriman kepada Rasul).

Terhadap persoalan kebenaran absolut ini, sangat jelas. Allah SWT pada awal surah Al-Baqarah menegaskan bahwa ndak ada keraguan yang patut dipersoalkan lagi dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman,
ذَ ٰ⁠لِكَ ٱلۡكِتَـٰبُ لَا رَیۡبَۛ فِیهِۛ هُدࣰى لِّلۡمُتَّقِینَ
“Kitab (Al-Qur`ān) tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”  (QS. Al-Baqarah: 2)
Lebih lanjut, terhadap kebenaran risalah As-Sunnah yang telah sempurna disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, Allah SWT pun menegaskan bahwa segala apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW adalah wahyu dari Allah yang wajib kita imani dan laksanakan.
وَمَا یَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰۤ ○ إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡیࣱ یُوحَىٰ  
“Dan yang diucapkannya itu bukanlah menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Qur`ān itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 3 – 4)
Dalam Tafsir Al-Muyassar disebutkan,
“Allah bersumpah dengan bintang ketika terbenam. Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyimpang dari jalan hidayah dan kebenaran, tetap istikamah dan berada dalam kebenaran. Ucapannya tidak berasal dari kemauan hawa nafsunya. Al Qur’an dan sunnah itu tiada lain hanyalah wahyu dari Allah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”  (Tafsir Al-Muyassar)

Oleh karenanya, pemahaman prinsip yang sangat mendasar ini seharusnya terpatri dengan kokoh pada hati dan jiwa seorang muslim. Sehingga, ndak mudah bagi siapapun menggoyahkan keimanannya yang kokoh.

Kembali pada persoalan penyimpangan pemahaman dan praktik agama, mungkin membingungkan bagi sebagian orang. Tapi, ndak untuk seorang mukmin yang berilmu. Persoalan penyimpangan pemahaman dan praktik agama tersebut adalah masalah pokok yang ndak perlu diperbaharui. Syariat telah dengan jelas dan paripurna menuntun kita untuk urusan ukhrawi, kita hanya tinggal mengikuti saja. Namun, orang-orang jahil tetap saja membuat masalah pokok yang ndak membutuhkan perdebatan itu muncul ke permukaan.

Entah apa maksudnya, apakah memang disengaja untuk mencari jalan memperoleh keuntungan duniawi, atau memang benar-benar ndak mengetahui bagaimana seharusnya memilih jalan yang benar dalam kehidupan beragama. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata,
العلم نقطة كثرها الجاهلون
“Ilmu syariat dahulu hanya satu titik saja (sedikit), namun diperbanyak oleh orang-orang tidak berilmu.”  (Lihat Mu’jam A’lamul Jazair karya Adil Nuhaid, hal 98)
Sebagai seorang mukmin, sepatutnya kita tunduk dan patuh pada apa yang telah diajarkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Perintah dikerjakan, larangan ditinggalkan. Pada prinsipnya, sesederhana itu.

Karena kebinasaan umat terdahulu ndak lain disebabkan oleh banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada nabi-nabi mereka yang berkaitan dengan perkara agama ini. Rasulullah SAW bersabda,
مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ
“Apa yang aku larang, hendaklah kalian menghindarinya. Dan apa yang aku perintahkan, hendaklah kalian laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka.” (HR. Bukhari no. 7288 dan Muslim no. 1337)

Jika ndak punya Ilmu agama, bagaimana kita bisa membedakan salah benarnya?

Emang kebenaran absolut itu ndak ada, kecuali yang bersumber dari Al-qur’an dan As-Sunnah. Namun, akan sangat berpotensi pada penyimpangan dan salah kaprah dalam pemahaman ketika jalan yang kita ambil dan cara kita memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah ndak berpegang teguh pada sebuah metode (manhaj). Adapun manhaj yang telah dikenalkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada kita adalah manhaj para sahabat radhiyallahu ‘anhum.
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham.”  (HR. Abu Dawud no. 4607 dan Tirmidzi dan dia berkata hasan sahih) Nabi Muhammad SAW juga bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” 
Oleh karenanya, sudah sepatutnya kita memahami bahwa kebenaran absolut itu adalah hanya ada pada Al-Qur’an dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman para sahabat Nabi Muhammad SAW.

Udah ya, maafin SettiaBlog dan ndak usah di masukkan hati omongan SettiaBlog.

Untuk video klip kedua ada "run to you" milik Lea Michele. Temanya c tentang kecenderungan manusia untuk mencari kebenarannya sendiri. Mencari kebenaran (keshalehan) adalah keharusan untuk ditemukan dan dimiliki setiap manusia. Namun, merasa paling benar (shaleh) adalah sikap yang harus dihindari  dan dihilangkan. Sungguh, manusia  perlu mencari kebenaran, bersikap benar, menegakkan kebenaran, dan berprilaku benar. Namun, sikap  ideal ini terkadang sulit untuk temui,  dimiliki dan dilaksanakan.

Sikap merasa paling benar berkorelasi dengan sikap merasa paling baik dan paling pintar. Sifat ini merupakan karakter iblis tatkala berdialog dengan Allah SWT ketika penciptaan Adam sebagai  manusia pertama. Hal ini dinukilkan Allah :Allah SWT berfirman : “lngatlah  ketika Tuhanmu berfirman  kepada para Malaikat : “Sesungguhnya  Aku hendak menjadikan seorang  khalifah  di muka bumi’, Mereka berkata:  ‘Mengapa  Engkau hendak menjadikan  (khalifah)  di bumi itu orang yang akan membuat  kerusakan  padanya dan menumpahkan   darah, padahal  kami senantiasa  bertasbih  dengan memuji Engkau dan mensucikan  Engkau?’ Tuhan berfirman:  ‘Sesungguhnya  Aku mengetahui apa yang tidak  kamu ketahui’.  (QS.Al• Baqarah 2: Ayat 30).

Kesemua sikap tersebut acapkali muncul bersamaan dalam diri seseorang. Persoalannya ada pada sikap yang “selalu curiga” pada orang berbuat  benar dan memandang diri paling benar. Kecurigaan pada orang sesungguhnya mencerminkan diri pelaku apa yang dicurigai.  Kecurigaan ini muncul  karena beberapa sebab, antara lain :

ഌ. Pertama, pribadi yang mencurigai sebenarnya memiliki  prilaku berbuat salah yang serupa dan sering melanggar  aturan yang ada. Kecurigaan yang muncul disebabkan  pantulan atas prilakunya sendiri.  Apalagi bila kecurigaan dipaksa hadir akibat ndak memperoleh “pembagian” yang diharapkan.  Padahal, “pembagian” tersebut  sungguh menyuburkan  kesalahan yang ndak berkesudahan. Bila hal ini terjadi, “pembagian” sungguh merupakan  butir – butir api neraka yang akan masuk dalam seluruh batang tubuh diri. Akibatnya, semua prilaku orang lain dinilai pada prilakunya yang ada dan kesibukan yang berupaya mencari kesalahan akan terus dilakukan.

ഌ. Kedua, pemilik  prilaku kebenaran (kesalehan) acapkali  hadir dalam komunitas  minor (sedikit).  Mereka berada pada situasi  di tengah komunitas mayor (banyak) para pelaku kesalahan. Akibatnya, minoritas  pelaku kebenaran dinilai sama dengan prilaku mayoritas pelaku kesalahan. Atau bahkan yang lebih arah tatkala  pelaku kebenaran (minoritas) dianggap salah karena ndak sejalan dengan pelaku kesalahan (mayoritas). Hal ini berakibat, posisi minoritas penegak kebenaran ndak mampu muncul dan mewarnai   kebenaran di tengah mayoritas pelaku kesalahan. Hal ini seperti kata pepatah “bagai menyiram garam di tengah lautan samudera”. Ndak akan bermanfaat sama sekali. Bila kuat idealism kebenaran dan keimanannya, maka meski terseok-seok  akan dipertahankan.  Bila ndak, maka pelaku kesalahan akan terus bertambah  dengan suburnya.

ഌ. Ketiga,  secara pendekatan tasawuf, pelaku kesalahan yang membutakan kebenaran disebabkan “sumber asal” yang masuk dalam tubuhnya. Bila sumber asal adalah halal, maka kebenaran yang akan muncul dalam dirinya. Bila sumber asal yang dikonsumsi berupa yang haram, maka kesalahan dan kejahatan yang akan muncul dalam prilakunya.

ഌ. Keempet;  bijak memilih  lingkungan, baik interaksi sosial maupun interaksi profesional.  Pengaruh interaksi  lingkungan ndak bisa dipandang  remeh. Tarik menarik pengaruh  interaksi  lingkungan  sangat besar bagi mewarnai  sikap atas kebenaran dan kesalahan.  Banyak pepatah yang menyebutkan  demikian.

ഌ. Kelima,  kualitas  munajat  vertikal (kedekatan  hamba dan Sang Khaliq).  Bila munajat  vertikal  terajut  dengan benang iman dan kecintaan  pada-Nya, maka akan lahir sikap tawadhu’ pada diri. Gerak hati selalu merasa kurang berbuat  kebaikan dan merasa  begitu  kerdilnya  diri dihadapan Allah SWT. Namun, bila kualitas interaksi vertikal rendah, maka sikap kesombongan dan pongah akan lebih menonjol mewarnai kehidupannya. Kualitas interaksi vertikal ndak bisa dikelabui hanya dengan tampilan asesories “sosok yang baik”. Sebab, acapkali tampilan “kebaikan semu” menyilaukan dan membutakan orang yang melihat. Apalagi oleh mata-mata yang terbiasa  gemerlap dunia dan mata yang ndak pernah menangis oleh kerinduan munajat  pada Allah SWT. Kualitas interaksi vertikal  hanya bisa dilihat dari kualitas horizontal  yang membawa  misi kekhalifahan  rahmatan Iii ‘alamin.

ഌ. Keenam,  sikap merasa paling benar menunjukkan  kekerdilan kebenaran yang dimiliki dan upaya menutupi  rindangnya kesalahan yang (sudah atau sedang) dilakukan.  Kebenaran hanya bisa dilihat oleh orang – orang yang berbuat kebenaran. Kebenaran ndak akan mampu dilihat  oleh orang yang sering berbuat kesalahan. Demikian pula sebaliknya.

ഌ. Ketujuh,  menilai orang lain salah terkadang muncul karena sumber informasi yang sepenggal, keliru, atau info fitnah yang sengaja digulirkan. Di sisi lain, penilaian kesalahan muncul akibat persoalan pribadi (politik)  yang acapkali dibawa ke ranah komunal. Akibatnya, penilaian atas kesalahan lebih dominan  didahulukan untuk memenuhi  “target” yang diinginkan. Pada saat yang sama, kebenaran akan tertutupi  oleh kebencian subyektif  yang lebih dikedepankan.  Namun sebaliknya, kesalahan bisa pula ditutup  menjadi kesalehan karena kepentingan  pula. Ada akibat kepentingan  “onggokan” material, tekanan politik, atau transaksi  menutupi kesalahan yang sama dari kedua pihak. Semakin tinggi rasa diri paling benar, sesungguhnya  mencerminkan  semakin besar kesalahan dilakukan.  Demikian pula sebaliknya. Islam justru  mengajarkan agar manusia merasa diri berbuat salah, lalu mohon ampun pada – Nya sembari berupaya berbuat kebaikan. Namun, kebaikan yang dilakukab tak pernah dihitungnya, apalagi minta untuk dihormati orang   lain. Diri orang yang baik  (pencari kebenaran) selalu sibuk mencari kesalahan dirinya sendiri dan melihat kebaikan orang lain. Berbeda dengan orang yang berbuat kesalahan yang justeru selalu sibuk melihat kebaikan diri sendiri dan mencari celah-celah  kesalahan orang lain. Sungguh aneh di tengah-tengah begitu jelasnya  murka Allah SWT dalam kehidupan ini, pencari kebenaran selalu dibuli, dicerca dan dicaci. Tapi, para pelaku kesalahan justru  selalu dihormati, dilindungi,  bahkan diberi jabatan  tinggi. Lalu, mari kita bercermin  atas sifat dan sikap diri kita atas kebenaran dan kesalahan yang selama ini dilakukan. Apakah kita merupakan  pribadi pelaku kesalahan yang minta dinilai benar dan dihormati  atau pencari kebenaran yang ndak ingin minta dihormati. Semuanya tergantung kualitas diri masing-masing. Apakah keangkuhan menutup kesalahan diri, atau tawadhu’ diri yang tak sempat melihat kesalahan orang lain. lngatlah  apa yang disabdakan Rasulullah bahwa “dunia adalah sawah dan ladang”. Semua akan menuai atas apa yang ditanam. Mungkin ndak kini, tapi pasti esok lusa.