Chanel YouTube "KISARASA" di atas merupakan salah satu Chanel YouTube yang harus terus di kembangkan. KISARASA ini sangat meng-edukasi masyarakat untuk mengenal lebih dalam kekayaan bangsa Indonesia. Terima kasih untuk Chef Juna, Chef Renatta dan tentu juga seluruh kru nya. Dan klip di atas SettiaBlog ambil yang episode 7, tentang masakan Bali 'Be Keren'. Kalau soal kelezatan masakan tradisional seperti di atas ndak usah di ragukan lagi, coba aja datang kesana kalau ndak percaya. Yang bikin SettiaBlog ngiler, kopi Bali nya itu lho....mm... Apalagi di sajikan dalam bentuk lesehan seperti itu. Untuk masyarakat Bali semua, kalau SettiaBlog ada di sana, tolong ya di ampirkan kerumah sekedar nyeruput kopi Balinya dan terimakasih juga untuk masyarakat Bali yang terus menjaga kelestarian alam. Penyajian kopi dengan lesehan seperti yang di lakukan Ibu Agung itu bener-bener bikin kopi terasa gimana ya, ndak bisa bilangnya, di situ ada kasih sayang, ada kenyamanan, ada ketenangan dan nyeruput kopi benar-benar menyegarkan. Seandainya semua tempat kerja di penuhi suasana yang penuh kasih sayang dan totalitas seperti yang di lakukan Ibu Agung pasti enak ya. Semua itu bisa terwujud jika setiap orang mampu me-manajemen perasaannya. Apa itu manajemen perasaan? Sebentar... sabar....! Kayak gendhuk SettiaBlog aja, ndak sabaran.
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa tidak bisa lepas dari orang lain. Ketergantungan kepada orang lain sangatlah besar. Sehingga tak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Sekaya apapun sehebat apapun tetap mereka memerlukan orang lain dalam hidupnya. Bagaimana kita melihat orang kaya dengan fasilitas yang serba ada, mereka masih membutuhkan orang lain sebagai tukang kebun, sopir, suster dan lain-lain. Ini menandakan bahwa keberadaan orang lain sangat diperlukan dalam hidupnya. Yang diharapkan disini adalah bagaimana seseorang dapat mengelola perasaannya sehingga tidak terjadi lagi seseorang dengan kemewahannya, jabatan yang dimilikinya bisa berbuat semena-mena terhadap orang lain karena sejatinya manusia itu sama, manusia itu sederajat.
Perasaan yang dimaksud disini adalah keadaan bathin atau gejolak jiwa sewaktu menghadapi sesuatu. Sebagai manusia terkadang kita kurang bisa menjaga dan mengelola perasaan dalam diri. Ketika perasaan senang tiba betapa kita lupa bahwa ada orang lain yang sedih, ketika marah betapa emosi kita tidak terkontrol dimana ada orang yang tersakiti dengan ucapan dan tindakan kita, ketika kita diberi cobaan kita lupa bahwa semua itu adalah ujian yang diberikan sang maha kuasa hingga kesedihan yang mendalam terlihat dalam dirinya bahkan ketika kita jatuh cintapun kita merasakan keindahan yang luar biasa tanpa bisa menjaga perasaannya dengan baik. Padahal sesuatu yang berlebihan itu tidak dibenarkan dalam ajaran agama Islam, semuanya harus pada level yang wajar.
Tidak mudah memang mengelola perasaan dalam diri kita dengan baik. Perlu kerendahan hati, pengertian, kesabaran, keikhlasan dalam menerima apa yang terjadi dalam hidup sehingga apa yang terjadi bukanlah sesuatu yang harus disesalkan, sesuatu yang harus dibesar-besarkan tetapi apa yang terjadi adalah pengalaman hidup yang senantiasa membawa perubahan ke arah pendewasaan diri.
Manajemen perasaan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan fungsi perasaannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana cara melembutkan hati, dimana dengan segala kelembutan hati hubungan manusia dengan manusia yang lain akan terjadi dengan baik. Dengan kelembutan hati seseorang akan memandang orang lain dengan penuh kasih sayang. Dilain sisi menajamkan hati juga penting karena ia akan lebih gampang dan mudah membedakan sesuatu yang haq dan bathil.
Berkaitan dengan manajemen perasaan tadi, SettiaBlog membayangkan betapa sulit seorang guru memberikan pelayanan yang sama di sekolah kepada peserta didik. (kebetulan SettiaBlog dulu bandel di sekolah dan kena marah oleh guru, jadi ngerti perasaan dan kasih sayang seorang guru pada muridnya) Ketika awal-awal pelajaran seorang guru bisa dengan konsisten menjaga semangat mengajar dengan persiapan yang telah ada, tetapi ketika akhir pelajaran dengan kondisi anak yang mulai gaduh, tak bisa diatur emosi guru mulai naik. Bentakan, teriakan bahkan omelan hadir di kelas hanya untuk menenangkan keadaan. Tidak adil memang ketika perasaan atau suasana hati tak mendukung menjadikan jalan akhir harus ditempuh, dimana kelembutan hilang dari pandangan mata yang nampak malah sebaliknya.
Di lingkungan kerjapun demikian, dengan karakter rekan kerja yang berbeda-beda dan pengetahuan sifat dan karakter rekan kerja yang telah kita ketahui, kadang kita kurang bisa berdamai dengan perasaannya. Tahu dia keras tetapi kita tidak mau kalah dengan kekerasannya, sehingga meski lewat argumen perdebatanpun terjadi dan ini yang sebenarnya memicu konflik. Ketika seseorang melontarkan kata yang tidak enak, kita tidak membalasnya itu merupakan suatu prestasi besar dalam diri karena kita telah berani meredam ego kita, meredam amarah yang sebenarnya akan keluar dari diri kita secara spontan apalagi berkenaan dengan harga diri kita.
Di lingkungan keluarga, sebagai orang tua harus dapat mengelola perasaan dengan baik dalam menanggapi setiap polah, prilaku anak yang menuntut kesabaran tinggi. Masa-masa emas anak tak semestinya diisi dengan ancaman dan kekerasan. Setiap orang tua ingin tumbuh kembang anak sesuai dengan masanya tanpa dirusak dengan sikap yang akan merusak tiap fase dalam perkembangan hidupnya.
Ternyata bekal ilmu pengetahuan saja belum cukup untuk kita bisa hidup berdampingan baik dengan sesama, kita butuh terus belajar dan belajar dalam meningkatkan kualitas diri agar lebih baik dari waktu kewaktu. Semoga kita bisa berdamai dengan perasaan, bisa mengelola perasaan kita agar tak ada yang disakiti dengan sikap dan ucapan kita. Sehingga perasaan yang meledak-ledak menanggapi sesuatu hal dapat teredam dengan sendirinya seiring waktu berjalan yang pada akhirnya kita bisa lebih bijaksana menanggapi sesuatu yang terjadi.
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa tidak bisa lepas dari orang lain. Ketergantungan kepada orang lain sangatlah besar. Sehingga tak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Sekaya apapun sehebat apapun tetap mereka memerlukan orang lain dalam hidupnya. Bagaimana kita melihat orang kaya dengan fasilitas yang serba ada, mereka masih membutuhkan orang lain sebagai tukang kebun, sopir, suster dan lain-lain. Ini menandakan bahwa keberadaan orang lain sangat diperlukan dalam hidupnya. Yang diharapkan disini adalah bagaimana seseorang dapat mengelola perasaannya sehingga tidak terjadi lagi seseorang dengan kemewahannya, jabatan yang dimilikinya bisa berbuat semena-mena terhadap orang lain karena sejatinya manusia itu sama, manusia itu sederajat.
Perasaan yang dimaksud disini adalah keadaan bathin atau gejolak jiwa sewaktu menghadapi sesuatu. Sebagai manusia terkadang kita kurang bisa menjaga dan mengelola perasaan dalam diri. Ketika perasaan senang tiba betapa kita lupa bahwa ada orang lain yang sedih, ketika marah betapa emosi kita tidak terkontrol dimana ada orang yang tersakiti dengan ucapan dan tindakan kita, ketika kita diberi cobaan kita lupa bahwa semua itu adalah ujian yang diberikan sang maha kuasa hingga kesedihan yang mendalam terlihat dalam dirinya bahkan ketika kita jatuh cintapun kita merasakan keindahan yang luar biasa tanpa bisa menjaga perasaannya dengan baik. Padahal sesuatu yang berlebihan itu tidak dibenarkan dalam ajaran agama Islam, semuanya harus pada level yang wajar.
Tidak mudah memang mengelola perasaan dalam diri kita dengan baik. Perlu kerendahan hati, pengertian, kesabaran, keikhlasan dalam menerima apa yang terjadi dalam hidup sehingga apa yang terjadi bukanlah sesuatu yang harus disesalkan, sesuatu yang harus dibesar-besarkan tetapi apa yang terjadi adalah pengalaman hidup yang senantiasa membawa perubahan ke arah pendewasaan diri.
Manajemen perasaan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan fungsi perasaannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana cara melembutkan hati, dimana dengan segala kelembutan hati hubungan manusia dengan manusia yang lain akan terjadi dengan baik. Dengan kelembutan hati seseorang akan memandang orang lain dengan penuh kasih sayang. Dilain sisi menajamkan hati juga penting karena ia akan lebih gampang dan mudah membedakan sesuatu yang haq dan bathil.
Berkaitan dengan manajemen perasaan tadi, SettiaBlog membayangkan betapa sulit seorang guru memberikan pelayanan yang sama di sekolah kepada peserta didik. (kebetulan SettiaBlog dulu bandel di sekolah dan kena marah oleh guru, jadi ngerti perasaan dan kasih sayang seorang guru pada muridnya) Ketika awal-awal pelajaran seorang guru bisa dengan konsisten menjaga semangat mengajar dengan persiapan yang telah ada, tetapi ketika akhir pelajaran dengan kondisi anak yang mulai gaduh, tak bisa diatur emosi guru mulai naik. Bentakan, teriakan bahkan omelan hadir di kelas hanya untuk menenangkan keadaan. Tidak adil memang ketika perasaan atau suasana hati tak mendukung menjadikan jalan akhir harus ditempuh, dimana kelembutan hilang dari pandangan mata yang nampak malah sebaliknya.
Di lingkungan kerjapun demikian, dengan karakter rekan kerja yang berbeda-beda dan pengetahuan sifat dan karakter rekan kerja yang telah kita ketahui, kadang kita kurang bisa berdamai dengan perasaannya. Tahu dia keras tetapi kita tidak mau kalah dengan kekerasannya, sehingga meski lewat argumen perdebatanpun terjadi dan ini yang sebenarnya memicu konflik. Ketika seseorang melontarkan kata yang tidak enak, kita tidak membalasnya itu merupakan suatu prestasi besar dalam diri karena kita telah berani meredam ego kita, meredam amarah yang sebenarnya akan keluar dari diri kita secara spontan apalagi berkenaan dengan harga diri kita.
Di lingkungan keluarga, sebagai orang tua harus dapat mengelola perasaan dengan baik dalam menanggapi setiap polah, prilaku anak yang menuntut kesabaran tinggi. Masa-masa emas anak tak semestinya diisi dengan ancaman dan kekerasan. Setiap orang tua ingin tumbuh kembang anak sesuai dengan masanya tanpa dirusak dengan sikap yang akan merusak tiap fase dalam perkembangan hidupnya.
Ternyata bekal ilmu pengetahuan saja belum cukup untuk kita bisa hidup berdampingan baik dengan sesama, kita butuh terus belajar dan belajar dalam meningkatkan kualitas diri agar lebih baik dari waktu kewaktu. Semoga kita bisa berdamai dengan perasaan, bisa mengelola perasaan kita agar tak ada yang disakiti dengan sikap dan ucapan kita. Sehingga perasaan yang meledak-ledak menanggapi sesuatu hal dapat teredam dengan sendirinya seiring waktu berjalan yang pada akhirnya kita bisa lebih bijaksana menanggapi sesuatu yang terjadi.
Bottom Note
Untuk menambah semangat pagi ini, SettiaBlog kasih klipnya Shakira yang 'gitana'. Es normal que le temas a lo que no conoces. Ya, terkadang kita sering takut dengan hal-hal yang belum terjadi dan belum di ketahui. Tapi tak ada jalan lain kecuali maju dan terus maju menjalani hidup.
No comments:
Post a Comment