SettiaBlog tadi pagi duduk di tepi dam (bendungan di sungai) dekat tempat SettiaBlog. Ada ribuan ikan kecil di bawah dam. Di antara buih, ikan-ikan itu melompat, berusaha naik ke atas tapi sayang tidak ada yang bisa melewati dam tersebut. SettiaBlog melihat ada ikan turun ke bawah ikuti arus lalu berenang dengan cepat dan melompat, lompatan nya tinggi banget,. Mundur sedikit untuk melompat lebih tinggi, ini hal yang paling bijak jika kita menghadapi rintangan. Untuk yang jauh di sana, senyum sedikit biar tambah cantik! Apapun yang terjadi, jangan putus asa, bertengkar sama pacar boleh, tapi jangan sampai broken heart, seperti lagu di atas.
Responding to a problem is not always with the a rival. Sometimes it takes hold for while to set a strategy to achieve a more perfect shot. Stepping back is not always a bad decision in a journey to address the problem. Take a step back, to take a more perfect square.
Menyikapi suatu masalah tidak selalu dengan tatangan. Kadang butuh jeda untuk mengatur siasat guna mencapai bidikan yang lebih sempurna. Melangkah mundur bukan selalu keputusan yang buruk dalam sebuah perjalanan menyikapi permasalahan. Mengambil langkah mundur , untuk mengambil ancang-ancang yang lebih sempurna.
The philosophy is an independent personal form and ready to face the challenge with clear and right on target. This can be a step when we are deficit in spirit and trust. "Go Behind we will retreat first, and then move forward with optimum harmonious movement and strength".
Filosofi tersebut merupakan wujud pribadi yang mandiri dan siap menghadapi tantangan dengan jernih dan tepat sasaran. Ini bisa menjadi langkah saat kita tengah defisit semangat dan kepercayaan. “Mundur dulu, dan kemudian maju dengan gerakan harmonis dan kekuatan yang optimal."
Many people think that retreating is a cowardly act that does not want to step forward. Many perceptions say, if retreat is wrong. In fact, retreating into an alternative just type forward should make a wall of destruction for yourself, and those around you that you care about.
Banyak orang berpikir jika mundur adalah tindakan pengecut yang tidak mau untuk maju melangkah. Banyak persepsi yang mengatakan, jika mundur adalah tindakan yang salah. Padahal, mundur menjadi alternatif tepat ketika maju harus menjadikan dinding kehancuran bagi diri Anda sendiri, dan orang-orang sekitar yang Anda sayangi.
Backing away makes us think of new, more effective ways, as we have to advance by following the old-fashioned ways that can not be used anymore. In addition, the retreat also makes us rest for a moment and relax the nerve muscles in on the argument with selfishness.
Mundur membuat kita memikirkan cara-cara baru yang lebih efektif, kaetimbang kita harus maju dengan mengikuti cara-cara kuno yang tidak bisa digunakan lagi. Selain itu, mundur juga membuat kita beristirahat sejenak dan mengendurkan otot syaraf pada pada bersitegang dengan keegoisan.
Step back when you feel the need to retreat, and then move on when you feel ready to go back with a step further and a high jump
Mundurlah ketika Anda merasa membutuhkan mundur, dan majulah ketika Anda merasa siap kembali dengan langkah yang lebih jauh dan lompatan yang tinggi.
ilustrasi
Suatu hari, seorang murid diajak keliling oleh gurunya. Disepanjang perjalanan sang guru memberikan berbagai wejangan kehidupan pada murid yang mendengarkannya dengan seksama. Rupanya, inilah hari terakhir sang murid sebelum turun gunung dan mengamalkan ilmu yang didapatkannya.
Di sebuah hutan, ada sebuah sungai yang cukup lebar. Karena sungai itu tak memiliki jembatan, kedua orang itu pun berusaha melompatinya. Arus sungai tidak terlalu deras, sang guru dan murid tanpa kesulitan bisa sampai keseberang. hanya saja, karena langkah kaki dan ilmunya tak sehebat gurunya, si murid harus ambil ancang-ancang dua langkah ke belakang.
Mereka pun meneruskan perjalanan sembari terus membicarakan banyak hal. Tanpa terasa, jalan mereka pun terus naik dan mendaki hingga kemudian sang guru berhenti di sebuah tebing jurang yang cukup tinggi. “Nah, kita sudah hampir tiba di tempat tujuan. Sekarang kamu ikuti langkahku seperti tadi ya… Kita melompat keujung bukit disana”, pesan sang guru yang tiba-tiba langsung melompat tinggi dan mendarat mulus di bukit seberang. “ Ayo, melompat!”
Si murid sejenak melongok ke dalam jurang. Meski tak terlalu dalam, tapi cukup membuatnya sedikit ketakutan. Melihat itu gurunya berujar, “Ayo jangan takut. jarak jurang ini sama dengan sungai yangk ita lewati tadi…”
Meski ragu, si murid pun berusaha menuruti gurunya. Ia merasa tak memiliki pilihan lain. Apalagi gurunya mengatakan, jaraknya tidak lebih lebar dari saat ia menyeberang di sungai yang dengan mudah dilompatinya. Jika tadi ia ambil ancang-ancang dua langkah, kini ia mengambil jarak lebih jauh. Namun, saat ia berlari hendak melompat tiba-tiba ia berhenti. Dirinya ragu karena jika salah ambil ancang-ancang, akibatnya jauh lebih fatal dibanding saat disungai. Ia pun kemudian mencoba mengambil langkah mundur lebih jauh. Setidaknya, ia mundur hampir sepuluh langkah agar ia bisa berlari kencang sebelum melompat. Ketika mengambil jarak lebih jauh, kecapatan larinya membuat ia berhasil melompat lebih jauh hingga sampai keseberang dengan selamat.
Sembari mengelus kepala murid dengan penuh kasih. Sang guru berwejang. “muridku, kamu tahu apa yang membedakan lompatanmu saat di sungai dan di tebing jurang tadi ?” … kata sang guru kemudian “meski jaraknya sama, keduanya punya tantangan yang berbeda. Untuk itu kamu mengambil ancang-ancang mundur lebih jauh saat di tebing jurang untuk memastikan keselamatanmu. Begitu juga dengan kehidupan. Kadang, saat tantangan yang lebih hebat menghadang, kita perlu mundur lebih jauh. Ini semata adalah upaya kita untuk bisa melompat lebih jauh dan tinggi. Maka, suatu kali nanti, jika kamu merasa mengalami kemunduran, gagal dan sulit, bahkan jatuh, jangan pernah berputus asa. Barangkali, itu justru langkah mundurmu agar bisa belajar melompat lebih tinggi dan jauh”.
Dari cerita diatas, sungguh menjadi pelajaran hidup yang berharga, untuk mundur ke belakang, agar bisa melompat lebih jauh ke depan, jika diresapi maknanya, akan melahirkan kekuatan di tengah hadangan dan terjangan badai ujian hidup. bahkan, pada saat mundur itulah, pada masa paling suram, jika kita mampu bertahan, terus maju, ulet dan makin bekerja keras, pintu sukses akan terbuka lebar.
Anak-anak, sekian dulu ya cerita dari SettiaBlog...he...he...
Suatu hari, seorang murid diajak keliling oleh gurunya. Disepanjang perjalanan sang guru memberikan berbagai wejangan kehidupan pada murid yang mendengarkannya dengan seksama. Rupanya, inilah hari terakhir sang murid sebelum turun gunung dan mengamalkan ilmu yang didapatkannya.
Di sebuah hutan, ada sebuah sungai yang cukup lebar. Karena sungai itu tak memiliki jembatan, kedua orang itu pun berusaha melompatinya. Arus sungai tidak terlalu deras, sang guru dan murid tanpa kesulitan bisa sampai keseberang. hanya saja, karena langkah kaki dan ilmunya tak sehebat gurunya, si murid harus ambil ancang-ancang dua langkah ke belakang.
Mereka pun meneruskan perjalanan sembari terus membicarakan banyak hal. Tanpa terasa, jalan mereka pun terus naik dan mendaki hingga kemudian sang guru berhenti di sebuah tebing jurang yang cukup tinggi. “Nah, kita sudah hampir tiba di tempat tujuan. Sekarang kamu ikuti langkahku seperti tadi ya… Kita melompat keujung bukit disana”, pesan sang guru yang tiba-tiba langsung melompat tinggi dan mendarat mulus di bukit seberang. “ Ayo, melompat!”
Si murid sejenak melongok ke dalam jurang. Meski tak terlalu dalam, tapi cukup membuatnya sedikit ketakutan. Melihat itu gurunya berujar, “Ayo jangan takut. jarak jurang ini sama dengan sungai yangk ita lewati tadi…”
Meski ragu, si murid pun berusaha menuruti gurunya. Ia merasa tak memiliki pilihan lain. Apalagi gurunya mengatakan, jaraknya tidak lebih lebar dari saat ia menyeberang di sungai yang dengan mudah dilompatinya. Jika tadi ia ambil ancang-ancang dua langkah, kini ia mengambil jarak lebih jauh. Namun, saat ia berlari hendak melompat tiba-tiba ia berhenti. Dirinya ragu karena jika salah ambil ancang-ancang, akibatnya jauh lebih fatal dibanding saat disungai. Ia pun kemudian mencoba mengambil langkah mundur lebih jauh. Setidaknya, ia mundur hampir sepuluh langkah agar ia bisa berlari kencang sebelum melompat. Ketika mengambil jarak lebih jauh, kecapatan larinya membuat ia berhasil melompat lebih jauh hingga sampai keseberang dengan selamat.
Sembari mengelus kepala murid dengan penuh kasih. Sang guru berwejang. “muridku, kamu tahu apa yang membedakan lompatanmu saat di sungai dan di tebing jurang tadi ?” … kata sang guru kemudian “meski jaraknya sama, keduanya punya tantangan yang berbeda. Untuk itu kamu mengambil ancang-ancang mundur lebih jauh saat di tebing jurang untuk memastikan keselamatanmu. Begitu juga dengan kehidupan. Kadang, saat tantangan yang lebih hebat menghadang, kita perlu mundur lebih jauh. Ini semata adalah upaya kita untuk bisa melompat lebih jauh dan tinggi. Maka, suatu kali nanti, jika kamu merasa mengalami kemunduran, gagal dan sulit, bahkan jatuh, jangan pernah berputus asa. Barangkali, itu justru langkah mundurmu agar bisa belajar melompat lebih tinggi dan jauh”.
Dari cerita diatas, sungguh menjadi pelajaran hidup yang berharga, untuk mundur ke belakang, agar bisa melompat lebih jauh ke depan, jika diresapi maknanya, akan melahirkan kekuatan di tengah hadangan dan terjangan badai ujian hidup. bahkan, pada saat mundur itulah, pada masa paling suram, jika kita mampu bertahan, terus maju, ulet dan makin bekerja keras, pintu sukses akan terbuka lebar.
Anak-anak, sekian dulu ya cerita dari SettiaBlog...he...he...
No comments:
Post a Comment