Apr 17, 2020

Sedikit Mengenal Mujahidah Fatimah binti Ubaidillah, Ibunda Imam Syafi'i


Taylor Swift menulis lagu 'Soon You'll Get Better' di atas yang ia dedikasikan untuk perjuangan sang ibu. Lagu itu dimuat dalam album terbaru Lover. SettiaBlog berharap Taylor Swift kembali berbahagia bersama keluarganya. Ibu memang memegang peranan penting dalam keberhasilan seseorang. Begitu juga Imam Syafi'i. Sebagai muslim Indonesia, tentu mayoritas kita tidak asing dengan Imam Syafi'i. Ia merupakan pendiri Mazhab Syafii. Mazhab ini cukup banyak dianut di Indonesia, bahkan bisa dibilang mayoritas di Indonesia.


Nama lengkap pendiri mazhab ini adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi' bin Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Abdul Muthalib. Nama terakhir adalah kakek dari Rasulullah.

Imam Syafii lahir dari rahim seorang ibu yang salehah, serta dari ayah yang terkenal kesabaran dan keikhlasannya. Bahkan Syafi' bin Saib, kakek buyutnya, merupakan sahabat Rasulullah SAW. Nama al-Syafi'i, yang akrab di telinga kita, diambil dari nama kakek buyutnya tersebut. Sedangkan ibunya merupakan perempuan keturunan Ali bin Abi Thalib RA dari jalur Sayyidina Husein RA.

Idris, ayah Imam Syafi'i adalah seorang pemuda asal Makkah yang merantau ke Gaza, Palestina. Di Gaza ia bertemu dengan Fatimah binti Ubadillah, seorang perempuan salehah dari kaum Azdi. Idris menikah dengan Fatimah binti Ubaidillah, dengan tanpa sengaja. Pasalnya, saat itu Idris sedang dihukum ayah Fatimah karena tidak sengaja memakan buah delima milik ayah Fatimah yang hanyut di sungai.

Harapannya, kelak, agar ayah Fatimah mau mengikhlaskan buah tersebut, Idris rela menjadi buruh ayah Fatimah hingga beberapa tahun tanpa digaji. Keikhlasan Idris inilah yang membuat ayah Fatimah menjatuhkan pilihan kepadanya sebagai menantu.

Buah cinta dari keduanya lahir pada tahun 150 H. Saat itu, bertepatan dengan wafatnya dua ulama besar: Imam Abu Hanifah Nu'man bin Tsabit, pendiri Mazhab Hanafi yang wafat di Irak dan Imam Ibn Jureij al-Makky, seorang mufti Hijaz yang wafat di Makkah. Hal ini disebut sebagai salah satu firasat bahwa bayi yang lahir tersebut akan menggantikan dua ulama yang telah meninggal, baik dalam keilmuan dan kesalehan. Lalu bagaimana peran ibu Imam Syafi"i dalam mendidik Imam Syafi'i.

Sosok wanita yang kuat dan mandiri

Imam Syafi’I yatim sejak dalam buaian, artinya sang ibunda adalah sosok yang kuat dan mandiri. Ia berperan ganda. Sebagai ayah dan ibu sekaligus. Sosok ibu adalah sekolah pertama bagi sang anak. Karakter yang dimiliki oleh sang ibu akan terwariskan kepada sang anak dengan sendirinya. Sehingga tidak heran jika kemudian Imam Syafi’I pun tumbuh menjadi anak yang kuat dan mandiri. Meski tempat belajarnya jauh dari sang ibunda, syafi’I tidak cengeng dan tidak manja.

Sosok wanita yang visioner

Sang ibunda menyiapkan Imam Syafi’i bukan hanya pandai matematika atau pandai mencari uang, tetapi sang ibunda menyiapkan Imam Syafi’i tujuan yang jauh di depan, yaitu untuk akhirat. Ada sebuah kisah antara sang ibunda dan Imam Syafi’i yang begitu menyentuh tentang poin ini.

“Nak, pergilah menuntut ilmu untuk jihad di jalan Allah Swt. Kelak kita bertemu di akhirat saja.” pesan sang ibunda mengiringi keberangkatan Asy Syafi'i muda pergi menuntut ilmu. Perjalanan menuntut ilmu dimulai dari Mekah, kemudian berlanjut ke Madinah, lalu ke Yaman hingga ada suatu peristiwa yang membuat Asy Syafi'i pergi ke Iraq. Pada waktu itu Iraq adalah kota metropolitan, kalau diibaratkan hari ini seperti New York. Karena ilmu dan kecerdasannya dalam waktu sebentar saja Asy Syafi'i menjadi ulama besar di Iraq. Ia sering disebut-sebut oleh para ahli ilmu dalam setiap kajian-kajiannya. Suatu ketika, di sebuah halaqah ilmu di Masjidil Harom. Seorang Syaikh dari Iraq dalam perkataanya sering menyebut Muhammad bin Idris Asy Syafi’i dalam kajiannya. Mendengar nama Asy Syafi'i sering disebut seorang ibu mendekat dan bertanya kepada sang syaikh.
“Ya Syaikh, siapakah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i yang sering anda sebut sebut itu?,”
Sang syaikh tersenyum dan menjawab,
“Dia adalah guruku, seorang anak muda yang ‘alim, cerdas, dan sholeh. Beliau berasal dari Mekah sini wahai ibu. Bahkan kata beliau ibunya juga tinggal di Mekah"
“Engkau tahu wahai Syaikh, Muhammad bin Idris Syafi’i itu adalah anakku,” lanjut Sang Ibu. Syaikh itu pun kaget dan tercengang:
“Subhaanallaah, wahai ibu. Benarkah hal itu?”
“Ya, benar. Dia adalah anak-ku” jawab Sang Ibu. Rombongan dari Iraq itupun seketika menunduk, sebagai tanda hormat kepada Ibunda Imam Syafi’i. “Wahai ibu, sepulang dari haji ini kita akan kembali ke Iraq. Apa pesanmu kepada guru kami Asy Syafi’i?,” Syaikh itu kembali berkata. “Sekarang kalau Syafi'i ingin pulang, aku sudah mengizininya” Jawab sang ibu Sepulang dari haji, Syaikh menyampaikan pesan sang ibu kepada Asy Syafi’i .Mendengar pesan itu, mata Asy Syafi'i berkaca-kaca, ia merasa begitu bahagia. Asy Syafi’ipun bersegera mempersiapkan diri untuk bertemu sang Ibunda di Mekkah setelah sekian lamanya berpisah.

Saat berpamitan kepada jamaahnya di Iraq, tanpa diduga masyarakat berbondong bondong memberi bekal kepada Asy Syafi'i dengan apapun yang mereka punya. Ada yang memberi Unta, Uang Dinar, makanan, dan lain-lain. Walhasil, Asy Syafi’i pulang dengan membawa puluhan unta dan dikawal oleh beberapa santrinya. Sesampai di perbatasan kota Mekkah, Asy Syafi’i mengutus seorang santrinya agar mengabarkan kepada sang Ibunda bahwa saat ini beliau sudah di perbatasan kota Mekkah. Sesampainya di rumah sang ibunda, santri Asy Syafi’i mengetuk pintu rumah.
“Siapa itu?” Tanya Sang Ibu dari dalam.
“Saya adalah santri Imam Asy Syafi’i yang diutus beliau agar mengabarkan kepada anda, bahwa Imam Asy Syafi’i sekarang sudah berada di perbatasan kota Mekkah,” Jawab sang santri.
Sang ibu lalu membuka pintu rumahnya “Apa yang ia bawa?” Ibu Asy Syafi'i bertanya “Imam Asy Syafi’i pulang dengan membawa puluhan unta dan harta lainya,” santri itu menjawab dengan bangga. Mendengar penuturan sang santri yang polos itu, Sang Ibu menutup pintunya sambil berkata, “Aku menyuruh Syafi’i ke Iraq bukan untuk mencari dunia! Beritahu kepada Syafi’i bahwa dia tidak boleh pulang ke rumah!” “Wahai Syaikh, Ibunda anda marah dan menyuruh anda untuk tidak boleh pulang ke rumah,” jawab santri gemetar menyampaikan pesan ibunya. “Mengapa bisa demikian?,” tanya Asy Syafi’i. “Wahai Imam, Sesungguhnya ibunda anda bertanya, Syafi’i membawa apa? Kemudian aku berkata bahwa anda membawa puluhan unta dan kekayaan lainnya,” “Sungguh kesalahan besar dirimu, jika engkau menganggap ibundaku akan bahagia dengan harta yang kubawa ini. Baiklah, sekarang kumpulkan orang Mekah dan bagikan semua unta dan kekayaan lainya pada penduduk Mekah" "Sisakan kitab-ku, lalu kabarkan lagi kepada ibuku tentang apa yang sudah aku lakukan” Asy Syafi'i melanjutkan Setelah semua harta benda telah habis disedekahkan, sang santri kembali ke rumah sang ibunda. Sesampai di sana ia mengetuk pintu kembali, “Siapa?,” suara Sang Ibu dari dalam rumah. “Saya adalah Murid Imam Asy Syafi’i yang kemarin datang ingin mengabarkan kepada anda, bahwa Imam Asy Syafi’i telah membagikan semua unta dan harta lainnya yang dibawa dari Iraq untuk penduduk Mekah. Sekarang beliau hanya membawa kitab dan ilmunya” Jawab Sang Santri. “Alhamdulillah, baiklah sekarang kabarkan kepada Syafi’i bahwa dia boleh pulang ke rumah dan aku sudah menunggunya".

Menetapkan tujuan yang tinggi akan membuat kita secara tidak langsung memperoleh tujuan-tujuan yang lebih rendah, seperti menetapkan tujuan akhirat akan membuat kita secara tidak langsung akan mendapatkan dunia
.

Sosok wanita yang memiliki hati kuat dan teguh

Sang Ibunda juga memiliki kekuatan dan keteguhan hati, karena banyak ibu yang tak tega berpisah dengan anaknya dalam waktu lama. Apalagi Imam Syaf'i adalah anak semata wayang. Tetapi sang ibunda tahu betul bahwa Syafi'i bukanlah miliknya. Ia hanya dititipi di dunia. Tugas sang ibunda juga bukan terus menerus memanjakan dan membersamai sang anak. Tetapi mendukung dan memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya untuk turnbuh kembang anak. Sehingga sang anak bisa tumbuh sesuai fitrah dan mencapai puncak prestasinya.

Tugas oranq tua adalah mempersiapkan anak kuat dan mandiri saat berpisah dengan orang tua. bukan mengikat anak agar selalu bersamanya sepanjang usia

1 comment:

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete