Dec 16, 2025

Hal yang akan Terjadi jika Ndak Totalitas dalam Bekerja

 


Video klip di atas ada 'I miss you, I'm sorry' milik Gracie Abrams yang versi live. Gracie benar - benar menjiwai lagunya, Anda bisa lihat mimik wajahnya, seolah - olah dia benar - benar merasakan perasaan itu. Ya itu namanya totalitas. SettiaBlog suka gaya rambutnya, kamu lebih terlihat dewasa Gracie. Usia 26 tahun boleh di bilang puncak masa dewasa awal (young adulthood), fase dinamis penuh perubahan fisik, kognitif, dan emosional, di mana seseorang fokus pada kemandirian, membuat keputusan penting (karier, finansial, hubungan), dan sering kali mengalami quarter-life crisis saat transisi dari remaja ke dewasa matang, ditandai tanggung jawab penuh dan melepaskan ekspektasi masa lalu. Ini adalah masa penting untuk membentuk identitas diri dan membangun fondasi hidup lebih lanjut. 

Dunia kerja memang ndak mudah. Ketika Anda sudah terjun di dalamnya, ada beragam tantangan yang siap ndak siap harus dihadapi. Baik itu dari segi kebiasaan dan perilaku Anda sendiri, kondisi lingkungan, maupun sikap dan karakter orang-orang di sekitar. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan ketika sudah terjun di dunia kerja adalah totalitas. Totalitas mencerminkan kesungguhan Anda terhadap pekerjaan yang diemban. Meskipun begitu, pada kenyataannya masih banyak orang yang menganggap remeh akan hal tersebut. Padahal ndak bersungguh-sungguh terhadap apa yang dikerjakan memiliki resiko tersendiri, lho. Berikut ini ada beberapa hal yang akan terjadi jika Anda ndak totalitas dalam bekerja.

1. Pekerjaan banyak yang terbengkalai

Menggeluti suatu bidang pekerjaan tertentu, Anda pasti memiliki tanggungan yang harus diselesaikan. Tentu aja totalitas memegang peranan penting. Dengan adanya kesungguhan hati, Anda akan menyelesaikan tanggung jawab yang dibebankan dengan optimal. Tapi bagaimana jika dalam bekerja ternyata kita ndak memiliki kesungguhan? Sudah pasti hasil yang akan dicapai akan berbeda. Bekerja tanpa totalitas akan membuat Anda kacau dan merasa berantakan. Alih-alih selesai secara optimal, yang ada justru banyak tanggung jawab ndak terselesaikan.

2. Akan timbul rasa malas

Sejatinya malas adalah sifat yang pasti ada dalam diri setiap orang. Namun demikian, ini tergantung dari bagaimana masing-masing orang mengelolanya. Ketika memanjakan sifat malas secara berlebihan, kelak yang akan menanggung resikonya adalah diri sendiri. Lantas, apa hubungannya dengan totalitas dalam bekerja? Perlu diketahui, totalitas turut mempengaruhi kesungguhan hati dalam menyeleseikan pekerjaan sebaik mungkin. Ketika rasa totalitas itu hilang, Anda akan melakukan sesuatu setengah hati sehingga tanpa disadari timbul rasa malas.

3. Proses Anda akan terhambat

Dalam menjalani hidup, kita pasti akan selalu berkaitan dengan yang namanya proses, ndak terkecuali ketika sedang bekerja. Setiap orang tentu ingin berkembang dari waktu ke waktu. Terbentuk menjadi pribadi yang lebih berkualitas dan lebih berkompeten daripada sebelumnya. Tapi sayangnya, ini ndak akan terjadi jika kita ndak memiliki totalitas dalam bekerja. Mungkin terdengar sepele, tapi pada kenyataannya bekerja tanpa kesungguhan hati malah membuat semuanya ndak dapat terselesaikan secara maksimal. Pada akhirnya justru proses yang dijalani akan terhambat.

4. Sering melakukan kecerobohan

Kecerobohan sudah pasti menjadi hal yang harus dihindari, terutama ketika tengah menyelesaikan pekerjaan. Bukan tanpa alasan, kecerobohan pada akhirnya dapat memicu akibat fatal yang merugikan. Baik itu merugikan bagi diri sendiri maupun merugikan bagi orang lain. Perilaku ndak totalitas erat kaitannya dengan kecerobohan. Bagaimana pun juga, mengerjakan segala sesuatu secara setengah hati dan ogah-ogahan membuat ndak fokus serta ndak teliti. Jika sampai ini terjadi, maka Anda akan semakin rentan melakukan kesalahan.

5. Mendapatkan penilaian buruk dari atasan maupun sesama rekan kerja

Memasuki lingkup dunia kerja, Anda ndak hanya bergelut dengan setumpuk pekerjaan, melainkan juga berhadapan dengan rekan dan atasan kerja. Salah satu dasar penilaian mereka terhadap diri Anda adalah terkait bagaimana kesungguhan Anda dalam bekerja sehingga tanggung jawab terselesaikan dengan baik. Namun sayangnya, masih cukup banyak orang yang ndak memiliki kesadaran atas hal tersebut. Alih-alih bekerja secara totalitas, yang ada sebagian orang justru terkesan ogah-ogahan. Padahal sikap yang demikian bisa membuat atasan maupun rekan kerja memiliki pandangan yang negatif terhadap diri Anda.

Dunia kerja memang penuh dengan tantangan. Ndak hanya berkutat dengan setumpuk pekerjaan, namun Anda juga berhadapan dengan rekan maupun atasan kerja. Setelah mengetahui beberapa hal di atas, apakah Anda yakin masih mengesampingkan totalitas dalam bekerja?

Udah ya, maafin SettiaBlog ya. O ya lupa, selalu berpikir positif ya. Berpikir positif lebih membantu dalam pemecahan masalah lho, karena orang yang berpikir positif memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menerima informasi baru. Ini meningkatkan kemampuan orang untuk "menghubungkan titik-titik", sehingga membantu mereka mengatasi masalah. Pemikir positif juga memiliki lebih banyak energi, karena orang-orang dengan pengaruh disposisi positif memiliki lebih banyak energi dan antusiasme daripada mereka yang memiliki pengaruh negatif lebih banyak. Di samping itu bersikap positif dalam menghadapi kesulitan dapat membantu Anda menjadi lebih tangguh lho. Dan orang yang positif lebih sehat, karena watak bahagia dari orang-orang positif mengarah pada manfaat kesehatan yang nyata.

<

Video klip di atas ada sketsa anak yang lagi bersedih. Jangan bersedih ya..! Mending sit still, look pretty (duduk diam, yang cantik) dengerin SettiaBlog bercerita...he....he...

Udara dingin menusuk tulang, kabut tebal menutupi sungai yang arusnya menderu ganas dan seluruh dunia terasa hening. Tapi ini bukan keheningan yang damai. Ini adalah antisipasi. Ribuan tahun lalu, jauh sebelum masehi, sesuatu yang besar akan terjadi. Sesuatu yang akan menentukan takdir dan karakter miliaran manusia di masa depan. Ceritanya dimulai karena kekacauan. Manusia di bumi kesulitan mengingat tahun. Ndak ada sistem kalender yang paten. Kaisar Giok, penguasa tertinggi di langit melihat kekacauan ini dan memutuskan butuh cara baru. Dia mengirimkan dekrit ke seluruh penjuru bumi. "12 hewan pertama yang berhasil mencapai gerbang istanaku akan mendapatkan kehormatan abadi. Nama mereka akan digunakan untuk menandai siklus waktu." Bayangkan betapa hebohnya dunia hewan. Ini bukan cuma soal gengsi, ini soal keabadian. Semua bersiap, tapi apakah perlombaan ini akan semudah kelihatannya?

Aliansi dan pengkhianatan paling ikonik. Sebelum perlombaan dimulai, kita fokus dulu kedua sahabat yang paling kompak, kucing dan tikus. Di zaman kuno itu, mereka adalah duo yang solid. Mereka sadar diri. Keduanya kecil dan yang paling parah, mereka ndak jago berenang. Padahal rintangan terbesar dalam perlombaan ini adalah menyeberangi sungai raksasa yang arusnya sangat kencang tepat sebelum garis finish. Mereka butuh strategi brilian untuk mengatasi ini. Mereka mendekati kerbau, hewan yang paling kuat, paling stabil, dan paling baik hati. Mereka bilang, "Wahai kerbau, kami tahu kamu pasti akan menang. Tapi bolehkah kami menumpang di punggungmu saat menyeberangi sungai?" Kerbau yang memang dasarnya lurus dan tulus setuju aja. Dia ndak melihat mereka sebagai ancaman. Kucing yang sedikit khawatir karena dia gampang ketiduran berpesan pada Tikus, "Besok pagi bangunkan aku ya, jangan sampai kita telat." Tikus mengangguk setuju. Ini adalah aliansi yang menjanjikan kesuksesan bagi mereka. Namun, ambisi mengubah segalanya.

Malam sebelum perlombaan, sementara kucing sudah tidur pulas, tikus tetap terjaga. Dia melihat kucing dan mulai berpikir lebih jauh. Dia ndak cuma mau lolos, dia mau jadi nomor satu. Kalau kita sampai bersamaan, siapa yang akan jadi yang pertama? Oleh karena itu, ketika Fajar menyingsing tikus membuat keputusan egois. Dia menyelinap pergi sendirian. Dia meninggalkan sahabatnya, kucing yang masih terlelap. Tikus berhasil menemui kerbau. Tepat waktu dan mereka memulai perjalanan. Kucing ketika akhirnya bangun menyadari bahwa perlombaan sudah dimulai dan dia telah dikhianati. Inilah awal mula dendam abadi itu. Tapi apakah strategi tikus ini akan berhasil semudah itu? Kecerdikan melawan kekuatan di sungai.

Oke, jadi kerbau mulai bergerak jauh sebelum yang lain. Dia memang lambat di darat, tapi begitu masuk ke air dia seperti kapal tanker, stabil dan ndak terhentikan. Tikus duduk manis di punggung kerbau, menikmati perjalanan gratis sambil menghindari arus sungai yang mematikan. Hewan-hewan lain yang lebih cepat di darat seperti harimau baru aja tiba di tepi sungai dan terkejut melihat betapa sulitnya menyeberang. Mereka harus berjuang keras melawan arus yang terus mendorong mereka ke hilir. Sementara itu, kerbau terus maju dengan mantap. Dia sudah bisa melihat tepian seberang. Gerbang istana langit sudah di depan mata. Kerbau berpikir dalam hati, "Aku akan jadi yang pertama. Kerja kerasku terbayar." Dia fokus pada tujuannya. Tipikal kerbau yang gigih dan jujur. Dia sama sekali ndak curiga dengan tikus yang ada di punggungnya. Baginya, dia sudah memenuhi janjinya untuk membantu si kecil menyeberang.

Konteksnya di sini adalah kerbau merasa sudah menang karena kekuatannya. Tetapi konflik justru muncul dari penumpangnya sendiri. Tepat ketika kaki depan kerbau menyentuh daratan kering di seberang sungai. Tikus mengambil kesempatan emasnya dengan satu gerakan cepat yang sudah dia perhitungkan sejak awal. Tikus melompat dari kepala kerbau, berlari melewati gerbang dan langsung bersujud di depan kaisar Giok. Tikus dinobatkan sebagai hewan pertama dalam zodiak Tiongkok.

Kerbau yang baru aja selesai keluar dari air hanya bisa melongo. Dia berada di urutan kedua. Dia dikalahkan bukan oleh kekuatan yang lebih besar, tapi oleh kelicikan atau kecerdasan oportunis tergantung bagaimana Anda melihatnya. Bayangkan perasaan kerbau. Apakah adil menggunakan kebaikan orang lain untuk keuntungan Anda sendiri? Ndak begitu lama setelah drama di garis finish itu, harimau tiba. Dia basah kuyup, terengah-engah, dan tampak kelelahan luar biasa. Meskipun dia sangat kuat dan perenang yang handal, arus sungai tadi benar-benar menguras tenaganya. Dia harus puas di posisi ketiga. Ini menunjukkan bahwa bahkan kekuatan murni pun bisa ditaklukkan oleh alam. Tapi siapa yang menyusul di posisi keempat?

Ternyata kelinci. Bagaimana kelinci yang kecil bisa menyeberang? Dia ndak berenang. Dia melompat lincah dari satu batu ke batu lain yang muncul di permukaan sungai. Tapi di tengah jalan dia hampir terpeleset dan jatuh ke arus yang deras. Di sinilah keberuntungan berperan. Sebatang kayu kebetulan hanyut melewatinya. Kelinci berpegangan erat pada kayu itu dan terbawa arus sampai ketepian. Dia selamat dan mendapatkan posisi keempat. Tapi tunggu dulu, ada yang aneh di sini. Di mana naga? Bukankah naga adalah makhluk paling kuat, paling agung, dan yang terpenting bisa terbang? Kenapa dia belum sampai?

Nah, ini bagian yang jarang diceritakan. Naga sebenarnya sudah dalam perjalanan dan bisa aja jadi yang pertama dengan sangat mudah. Dia terbang tinggi di atas sungai. Namun dalam perjalanannya dia melihat ke bawah dan menyaksikan sebuah desa di bumi yang mengalami kekeringan parah. Para penduduknya menderita. Tanaman mereka layu, merasa iba. Naga berhenti sejenak dari perlombaan. Dia mengumpulkan awan dan menurunkan hujan bagi desa tersebut. Karena tindakan mulianya inilah naga tiba di urutan kelima. Ini mengajarkan kita sesuatu yang mendalam. Bahwa kekuatan sejati bukan cuma soal menang untuk diri sendiri, tapi soal bagaimana menggunakan kekuatan itu untuk kebaikan yang lebih besar.

Tipu daya kedua dan kekuatan tim. Setelah naga mendarat dengan anggun, persaingan kembali memanas dan intrik. Kuda berlari kencang melintasi daratan dan tampaknya akan jadi yang keenam. Dia sudah sangat dekat dengan garis finish. Kaisar Giok sudah bersiap menyambutnya. Tetapi tepat saat dia akan melangkah masuk, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Ular tiba-tiba muncul dari balik kuku kuda. Ternyata ular yang cerdik dan licik seperti tikus diam-diam melilit di kaki kuda sepanjang perjalanan menyeberangi sungai. Dia juga menumpang. Kemunculan ular yang tiba-tiba ini membuat kuda kaget setengah mati. Kuda meringkik ketakutan dan melonjak mundur. Kesempatan sepersekian detik itu dimanfaatkan ular untuk menyelinap masuk dan merebut posisi keenam. Kuda yang masih syok dan jantungnya berdebar kencang harus puas di posisi ketujuh. Ironis bukan? Hewan sebesar kuda kalah gesit oleh ular hanya karena rasa takutnya sendiri. Di belakang mereka melihat pemandangan yang sangat berbeda. Bukan persaingan individu, tapi kerja sama tim. Trio yang ndak terduga kambing, monyet, dan ayam muncul bersama. Mereka menyadari bahwa mereka ndak akan bisa menyeberang sendirian. Ayam menemukan sebuah rakit kayu. Monyet dan kambing membantu membersihkan alang-alang dan mendorong rakit ke air. Mereka mendayung bersama melintasi sungai. Kaisar Giok sangat terkesan. Mereka memutuskan untuk memberikan posisi kedelapan kepada kambing karena dianggap paling supportif. Diikuti monyet di posisi kesembianl dan ayam di posisi ke-10.

Tapi dengan 10 posisi terisi, siapa yang akan mengisi dua tempat terakhir? Keterlambatan yang konyol. Tinggal dua tempat lagi. Semua mata tertuju ke arah sungai. Akhirnya anjing muncul dari air menggoyangkan badannya yang basah. Anjing sebenarnya perenang yang handal dan seharusnya bisa tiba lebih awal. Lantas kenapa dia terlambat? Ternyata anjing terlalu menikmati air sungai yang segar dan jernih. Sudah lama dia ndak mandi dan bermain air sepuasnya. Jadi, alih-alih fokus pada perlombaan, dia malah asyik bermain air. Dia baru ingat kalau sedang berlomba ketika melihat hewan lain sudah hampir selesai dan langsung mengamankan posisi ke-11. Kaisar Giok akan menutup perlombaan. Gerbang sudah hampir ditutup, tapi tiba-tiba terdengar suara oing-oing dari kejauhan. Babi berlari tergopoh-gopoh. Dia adalah hewan terakhir yang tiba menggenapi siklus di posisi ke-12. Kenapa dia terlambat? Jawabannya jujur sekali. Dalam perjalanan dia merasa lapar. Dia berhenti untuk makan besar dulu. Setelah kenyang, dia merasa mengantuk dan tidur siang sebentar. Dia baru bangun dan menyadari kalau dia hampir terlambat. Babi berhasil masuk tepat waktu, mencerminkan sifatnya yang santai dan menikmati hidup.

Dan begitulah urutan 12 terbentuk. Tapi kalau kita lihat lagi, perlombaan langit ini bukan sekadar dongeng pengantar tidur. Ini adalah cerminan strategi dan karakter dalam hidup. Ini bukan tentang siapa yang terkuat atau tercepat. Tikus menang karena dia yang paling cerdik dan oportunis. Kerbau menunjukkan kegigihan dan kebaikan hati. Meskipun itu membuatnya dimanfaatkan, naga menunjukkan bahwa kemuliaan dan belas kasihan lebih penting daripada kemenangan semata. Dan trio kambing, monyet, ayam membuktikan kekuatan kolaborasi. Bahkan keterlambatan anjing dan babi mengajarkan kita tentang pentingnya menikmati proses meskipun tetap harus menyelesaikan tugas. Kaisar Giok sepertinya sengaja membiarkan drama ini terjadi karena hidup memang seperti itu. Keseimbangan antara kelicikan, kekuatan, keberuntungan, dan kebajikan.

Makanya kita harus selalu eling lan waspodo.  Eling  ( ingat ) berarti kita harus ingat bahwa tujuan sejati kita adalah Allah ﷻ maka segala perilaku kita harus dalam rangka ibadah ke Allah ﷻ tetapi dalam praktik perjalannya seringkali ujian, halangan dan cobaan datang sehingga kita lupa tujuan sejati kita. Maka kita harus terus Waspodo  ( waspada ) setiap perjalannya. Dihitung. Dirumus. Difikirkan. Berhati -- hati dalam melangkah. Agar selalu ingat tujuan sejati.

No comments:

Post a Comment