Bahasan kali ini cerita - cerita aja ya. SettiaBlog sambil dengerin lagu "someone you loved" pada video klip di atas. Biar rileks mengetik bahasannya. Semoga semua yang baca blognya Settia menjadi orang - orang yang selalu mendapatkan kebahagiaan bersama orang - orang yang di sayanginya. Tadi siang SettiaBlog membakar daun bambu dan ranting - rantingnya yang menumpuk, mau SettiaBlog buat arang bambu untuk tambahan pupuk. Cerita apa ya enaknya? O ya, SettiaBlog benar - benar minta maaf ya, kalau terkadang bahasan SettiaBlog ndak enak di baca. Lupakan ya bahasan - bahasan yang kurang enak di baca! SettiaBlog dulu punya guru, namanya ibu Mami Martoemi, yang betul - betul memperhatikan SettiaBlog, mulai tindak tanduk, kesehatan, kepribadian dan lain - lainnya. Terima kasih, SettiaBlog ndak mungkin bisa membalas kebaikan mereka semua. SettiaBlog itu dulu gemuk, sampai kalau di pakai lari gitu mudah ngos - ngosan. Suatu hari SettiaBlog di tegur sama ibu Mami Martoemi, awalnya dia lihat betis SettiaBlog kan besar. SettiaBlog di suruh menekan dengan jari. Beberapa saat dia bilang katanya SettiaBlog kurang vitamin B. SettiaBlog hanya diem. Beberapa hari kemudian SettiaBlog di suruh meminum rebusan kacang hijau sama gula aren buatan ibu Mami. Dia sambil cerita, karena dia itu juga memiliki tubuh gemuk. Banyak c ceritanya, terus dia ngasih saran ke SettiaBlog untuk membiasakan jalan kaki. Katanya c untuk menguatkan jantung dan paru - paru. SettiaBlog pun menurutinya. Dalam seminggu, SettiaBlog berangkat ke sekolah dengan jalan kaki 3 kali, sekitar 3 km-an jarak rumah SettiaBlog ke sekolah. Makanya waktu sekolah dulu SettiaBlog sering gunakan sepatu Adidas, karena ini yang paling nyaman buat jalan kaki. Sampai SettiaBlog suka naik gunung, blusukan masuk hutan, ya alasan ini, untuk menguatkan jantung dan paru - paru.
Cerita ini beneran, bukan rekayasa atau sindiran, boleh kok di tanyakan ke temen - temen SettiaBlog. SettiaBlog dari dulu itu orangnya lemah, ndak pinter, ndak cerdas, seenaknya, pokoknya ndak ada yang bisa di contoh dari SettiaBlog. Tapi Alhamdulillah, dari dulu SettiaBlog itu selalu dekat dengan orang - orang yang baik dan memperhatikan SettiaBlog. Baik di rumah, lingkungan dan di manapun SettiaBlog melangkahkan kaki. Dari dulu seperti itu. Dan SettiaBlog minta maaf untuk semuanya, ndak mungkin SettiaBlog bisa membalas kebaikan mereka. Seandainya SettiaBlog bisa kembali ke masa lalu, SettiaBlog pasti akan membenahi semua kesalahan sikap atau tindakan yang ndak semestinya SettiaBlog lakukan, tentu yang menjadikan SettiaBlog lebih baik. Tapi sayang, masa lalu itu seperti daun bambu dan ranting yang terbakar jadi arang. Arang kan ndak mungkin bisa menjadi daun dan ranting bambu lagi. Untuk yang baca blognya Settia, jadikan SettiaBlog ini contoh yang buruk ya dan contoh kegagalan. Agar Anda semua bisa lebih baik dan lebih baik lagi.
Udah ya ceritanya. SettiaBlog mau self healing....he....he.... Banyak yang bilang self healing merupakan metode penyembuhan penyakit bukan dengan obat, melainkan dengan menyembuhkan dan mengeluarkan perasaan dan emosi yang terpendam dalam tubuh yang dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam praktiknya, metode ini merupakan salah satu istilah yang menggunakan prinsip bahwa sebenarnya tubuh manusia mampu memperbaiki dan menyembuhkan diri melalui cara-cara tertentu secara alamiah.
Emangnya SettiaBlog mau self healing di mana? Huuuss.... jangan keras - keras! Ya biasa, glimbang - glimbung di atas kasur. Ehmmm....
Lalu bagaimana sebenarnya bentuk self healing dalam pandangan Islam? Manusia diciptakan dengan beragam jenis perasaan seperti rasa kesal, takut, sedih, maupun senang. Semua itu merupakan sifat manusiawi yang diberikan Allah SWT kepada umatnya. Dalam sejarah Islam, kita tahu bahwa sosok nabi pun pasti pernah mengalami kesedihan dan ketakutan, seperti kisah Nabi Yaqub AS yang kehilangan anak tercintanya Yusuf. Allah SWT berfirman dalam QS. Yusuf ayat 84 yang artinya:
"Dan Ya'qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya)."
Kisah lain juga dialami oleh sahabat Rasul. Rasulullah SAW sedang dalam peperangan atau dalam perjalanan yang jauh, maka Rasulullah SAW memerintahkan kepada Bilal untuk beristirahat dengan shalat. Shalat dapat mengobati penyakit-penyakit, seperti persepsi yang salah terhadap diri sendiri maupun orang lain, mengobati kesedihan dan juga keputusasaan. Manusia yang berdiri di hadapan Sang Pencipta dalam shalatnya dengan khusyuk, akan membuatnya mendapatkan energi positif yang menciptakan ketenangan hati dan perasaan aman. Melalui shalat, ketidakstabilan emosi, beban masalah, lelah fisik, dan berbagai permasalahan lainnya akan menghilang. Inilah mengapa shalat merupakan obat untuk berbagai penyakit sekaligus penolong bagi manusia.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 153:
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
Selain shalat, hal yang dapat kita lakukan untuk self healing adalah berdzikir. Berdzikir tidak hanya sekedar mengucapkan kalimat-kalimat thoyyibah. Berdzikir juga berarti kita mengingat bagaimana kasih sayang, cinta, dan kebesaran Allah SWT dalam hidup kita. Berdzikir akan membantu kita juga untuk lebih fokus, tenang, dan damai. Sebagaimana Firman Allah SWT yang artinya:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d : 28).
Bertafakur juga menjadi cara lain untuk self healing seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Di saat emosinya tidak dalam keadaan yang baik-baik saja, Rasulullah SAW pernah menyendiri (beruzlah) di Gua Hira, melaksanakan shalat, dzikir, ataupun kembali bertafakur akan kebesaran Allah SWT di dunia ini. Kembali kepada Allah dan menyadari kebesarannya adalah hal yang dilakukan Rasulullah SAW saat butuh proses untuk kembali bangkit.
Kita juga dapat bertafakur dengan mencari tempat baru yang ingin dikunjungi guna untuk me-refresh diri, mengingat kebesaran Allah yang ada di alam semesta, dan mendapatkan ketenteraman hati. Dan semoga kita menjadi pribadi yang mampu menjaga hati dan pikiran, serta menuangkan perasaan yang kita rasakan dengan cara yang positif seperti beribadah, shalat, berdzikir, dan bertafakur.
Cerita ini beneran, bukan rekayasa atau sindiran, boleh kok di tanyakan ke temen - temen SettiaBlog. SettiaBlog dari dulu itu orangnya lemah, ndak pinter, ndak cerdas, seenaknya, pokoknya ndak ada yang bisa di contoh dari SettiaBlog. Tapi Alhamdulillah, dari dulu SettiaBlog itu selalu dekat dengan orang - orang yang baik dan memperhatikan SettiaBlog. Baik di rumah, lingkungan dan di manapun SettiaBlog melangkahkan kaki. Dari dulu seperti itu. Dan SettiaBlog minta maaf untuk semuanya, ndak mungkin SettiaBlog bisa membalas kebaikan mereka. Seandainya SettiaBlog bisa kembali ke masa lalu, SettiaBlog pasti akan membenahi semua kesalahan sikap atau tindakan yang ndak semestinya SettiaBlog lakukan, tentu yang menjadikan SettiaBlog lebih baik. Tapi sayang, masa lalu itu seperti daun bambu dan ranting yang terbakar jadi arang. Arang kan ndak mungkin bisa menjadi daun dan ranting bambu lagi. Untuk yang baca blognya Settia, jadikan SettiaBlog ini contoh yang buruk ya dan contoh kegagalan. Agar Anda semua bisa lebih baik dan lebih baik lagi.
Udah ya ceritanya. SettiaBlog mau self healing....he....he.... Banyak yang bilang self healing merupakan metode penyembuhan penyakit bukan dengan obat, melainkan dengan menyembuhkan dan mengeluarkan perasaan dan emosi yang terpendam dalam tubuh yang dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam praktiknya, metode ini merupakan salah satu istilah yang menggunakan prinsip bahwa sebenarnya tubuh manusia mampu memperbaiki dan menyembuhkan diri melalui cara-cara tertentu secara alamiah.
Emangnya SettiaBlog mau self healing di mana? Huuuss.... jangan keras - keras! Ya biasa, glimbang - glimbung di atas kasur. Ehmmm....
Lalu bagaimana sebenarnya bentuk self healing dalam pandangan Islam? Manusia diciptakan dengan beragam jenis perasaan seperti rasa kesal, takut, sedih, maupun senang. Semua itu merupakan sifat manusiawi yang diberikan Allah SWT kepada umatnya. Dalam sejarah Islam, kita tahu bahwa sosok nabi pun pasti pernah mengalami kesedihan dan ketakutan, seperti kisah Nabi Yaqub AS yang kehilangan anak tercintanya Yusuf. Allah SWT berfirman dalam QS. Yusuf ayat 84 yang artinya:
"Dan Ya'qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya)."
Kisah lain juga dialami oleh sahabat Rasul. Rasulullah SAW sedang dalam peperangan atau dalam perjalanan yang jauh, maka Rasulullah SAW memerintahkan kepada Bilal untuk beristirahat dengan shalat. Shalat dapat mengobati penyakit-penyakit, seperti persepsi yang salah terhadap diri sendiri maupun orang lain, mengobati kesedihan dan juga keputusasaan. Manusia yang berdiri di hadapan Sang Pencipta dalam shalatnya dengan khusyuk, akan membuatnya mendapatkan energi positif yang menciptakan ketenangan hati dan perasaan aman. Melalui shalat, ketidakstabilan emosi, beban masalah, lelah fisik, dan berbagai permasalahan lainnya akan menghilang. Inilah mengapa shalat merupakan obat untuk berbagai penyakit sekaligus penolong bagi manusia.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 153:
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
Selain shalat, hal yang dapat kita lakukan untuk self healing adalah berdzikir. Berdzikir tidak hanya sekedar mengucapkan kalimat-kalimat thoyyibah. Berdzikir juga berarti kita mengingat bagaimana kasih sayang, cinta, dan kebesaran Allah SWT dalam hidup kita. Berdzikir akan membantu kita juga untuk lebih fokus, tenang, dan damai. Sebagaimana Firman Allah SWT yang artinya:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d : 28).
Bertafakur juga menjadi cara lain untuk self healing seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Di saat emosinya tidak dalam keadaan yang baik-baik saja, Rasulullah SAW pernah menyendiri (beruzlah) di Gua Hira, melaksanakan shalat, dzikir, ataupun kembali bertafakur akan kebesaran Allah SWT di dunia ini. Kembali kepada Allah dan menyadari kebesarannya adalah hal yang dilakukan Rasulullah SAW saat butuh proses untuk kembali bangkit.
Kita juga dapat bertafakur dengan mencari tempat baru yang ingin dikunjungi guna untuk me-refresh diri, mengingat kebesaran Allah yang ada di alam semesta, dan mendapatkan ketenteraman hati. Dan semoga kita menjadi pribadi yang mampu menjaga hati dan pikiran, serta menuangkan perasaan yang kita rasakan dengan cara yang positif seperti beribadah, shalat, berdzikir, dan bertafakur.
No comments:
Post a Comment