Video klip di atas itu biji buah Mahoni yang jatuh. Saat SettiaBlog mencoba melempar biji Mahoni dan membiarkan jatuh, arah putarannya itu ada yang ke kanan dan ada yang ke kiri. Mestinya secara hukum alam arah putarannya itu dari kanan ke kiri, berlawanan dengan arah jarum jam. Ketika Anda mempelajari ilmu-ilmu sains (fisika, kimia dan geografi alam semesta), setiap benda kan terdiri dari unsur-unsur terkecil yang disebut atom. Atom itu sendiri terdiri dari inti atom (proton dan neutron) dan elektron-elektron yang mengelilinginya. Yang menarik adalah arah putarnya ternyata.. berlawanan dengan arah putar jarum jam! Atau secara dua dimensi dari kanan ke kiri. Bulan adalah satelit bumi. Bagaimana arah putarnya mengelilingi bumi? Ternyata juga berlawanan dengan arah putar jarum jam. Demikian juga gerakan bumi dan planet-planet mengelilingi matahari, berlawanan dengan arah putar jarum jam. Matahari pun ternyata tidak diam, ia berputar mengelilingi pusat galaxi dengan arah yang berlawanan dengan jarum jam. Meski orbitnya sangat lonjong, komet pun memiliki arah putar mengelilingi matahari berlawanan dengan jarum jam. Yang terakhir adalah galaxi-galaxi yang bertebaran di jagat raya, ternyata masing-masing juga berputar pada porosnya dengan arah yang berlawanan dengan jarum jam. Sungguh menakjubkan. Albert Einstein pernah mengatakan bahwa Tuhan tidak suka 'berjudi'. Maksudnya Tuhan merencanakan segala sesuatunya secara detail dengan perhitungan, tidak secara acak. Jadi, fenomena-fenomena yang diilustrasikan di atas, jelas bukan sebuah kebetulan. Pesannya sangat jelas, yakni bahwa Tuhan ingin menunjukan ke-eksistensinya. Ternyata semua sistem di alam semesta ini, mulai dari yang super mikro hingga yang maha makro, dikendalikan oleh Zat Tunggal yang Maha Besar, yaitu Allah SWT. Lagunya sendiri "dynasty" milik MIIA. Ndak ada kok kekuasaan atau kejayaan yang abadi di dunia ini, semua ada waktunya untuk turun dan naik.
Kembali ke fenomena benda yang berputar berlawan dengan arah putar jarum jam, begitu juga dengan putaran thawaf. Thawaf adalah mengelilingi Baitullah (Kabah) dengan cara-cara yang ditentukan oleh syari’at sebanyak 7 kali putaran yang analisis ilmu pengetahuan merupakan langkah dan gerak anggota tubuh yang sejalan dengan gerak putaran alam. Putaran thawaf dari arah kanan ke kiri tidak berlaku sebaliknya. Tawaf dimulai dan berakhir di rukun hajar aswad (sudut kabah yg dijadikan sebagai tempat penyimpanan batu hitam) dengan menjadikan Baitullah berada di sebelah kiri. Dalam praktik ibadah haji dan umrah, thawaf merupakan rukun yang tidak bisa ditinggalkan. Selain sebagai ibadah, thawaf memiliki keutamaan dan energi yang sangat dahsyat. Dan sangat dianjurkan untuk memperbanyak thawaf sunnah (tathawu) karena keutamaannya.
Dikisahkan bahwa ibadah pertama kali yang dilakukan Nabi Adam setelah turun dari langit adalah thawaf. Lalu, para malaikat menemuinya sambil berkata, “Semoga ibadahmu mabrur wahai Adam, dan kami pun telah melakukan tawaf di Baitullah ini sejak dua ribu tahun sebelum kamu.” Begitu pula ketika para malaikat merasa bersalah karena telah membantah Allah SWT, mereka segera melakukan thawaf untuk menebus kesalahannya. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa melakukan thawaf di Baitullah maka Allah akan mencatat kebaikan dan menghapuskan satu keburukan bagi setiap langkahnya.” (HR. Al-Azraqy).
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa setiap hari Allah menurunkan 120 rahmat kepada orang yang berhaji ke rumah Allah yang suci: 60 untuk yang berthawaf, 40 untuk yang shalat, dan 20 untuk yang menyaksikannya (HR. Baihaqi). Thawaf merupakan simbolisasi dari perjalanan hidup manusia yang seyogyanya dalam rangka mendekat kepada Allah SWT. Sering disebut bahwa Allah merupakan asal dan akhir. Kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah SWT. Siapa saja yang mengorientasikan hidupnya kepada selain Allah, maka ia telah keluar dari orbit penciptaannya. Dalam thawaf umat Islam mengelilingi Ka'bah. Ka’bah adalah kiblat umat Islam dalam beribadah yang terletak di tengah-tengah Masjidil Haram di kota Makkah. Ka’bah adalah tempat beribadah kepada Allah yang pertama kali dibangun manusia. Allah SWT berfirman yang artinya: ”Sesungguhnya rumah yang pertama kali dibina untuk tempat beribadah bagi manusia adalah Baitullah di kota Makkah yang diberkati dan menjadi petunjuk bagi umat manusia “(QS. Ali Imran : 96 ).
Ka'bah adalah batu yang disusun berbentuk kotak yang dibina untuk tempat beribadah kepada Allah terletak di tengah Masjidil Haram. Umat islam melakukan thawaf, mengelilingi Ka’bah dan mengecup Hajar al Aswad bukan bermakna memuja dan menyembah batu. Ka’bah dan Hajar Aswad tersebut adalah batu sebagaimana batu biasa yang tidak dapat memberi manfaat dan mudharat bagi kehidupan.
Kita melakukan thawaf dan mengecup batu tersebut adalah karena diperintah oleh Allah dan mengikuti sunnah baginda Rasulullah. Itulah sebabnya Umar bin Khattab ra. berkata: "Wahai batu Hajarul aswad engkau adalah batu sebagaimana batu yang lain. Kalau bukan disebabkan oleh Rasulullah yang telah mengecupmu, maka aku tidak akan mengecupmu”.
Dengan demikian, mengecup batu bukan karena memuja dan kemuliaan batu atau untuk menyembah batu, tetapi disebabkan untuk mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Thawaf melambangkan nilai-nilai tauhid. Dalam thawaf manusia diarahkan agar selalu mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana dekatnya badan dengan Kabah. Mendekatkan diri kepada Allah bukan hanya satu kali saja, tetapi berulang kali dan setiap waktu dalam kehidupan, sebagaimana dilambangkan dalam ibadah thawaf yang dilakukan tujuh kali putaran. Ini melambangkan agar manusia selalu mendekatkan diri kepada Allah selama tujuh hari dalam seminggu, bermakna manusia harus dapat mendekatkan diri kepada Alah setiap saat dan setiap hari dalam kehidupan.
Pergerakan atau perputaran manusia mengelilingi Ka’bah merupakan sunnatullah dan gambaran kehidupan manusia. Manusia yang mengikuti sunnatullah dengan melaksanakan thawaf dalam garis yang sesuai maka dia akan selamat. Tapi jika manusia mencoba melawan arus perputaran thawaf, dipastikan orang itu celaka dan tidak selamat. Demikian juga dengan kehidupan manusia yang berada dalam jalur yang sudah ditentukan Tuhan, yakni patuh pada agama, pasti akan selamat. Jika manusia sudah melawan agama, dipastikan celaka dan tidak akan selamat. Perputaran dari kiri ke kanan melawan arah jarum jam, merupakan petunjuk kepada kita agar melihat ayat-ayat Tuhan yang tersebar di alam jagat raya ini. Rangkaian planet mengelilingi matahari dari kiri ke kanan, bintang-bintang mengelilingi porosnya dari kiri ke kanan, elektron-elektron, dan peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh dilakukan dari kiri ke kanan. Intinya banyak tanda-tanda kebesaran Allah yang ditunjukkan melalui berbagai rangkaian, termasuk thawaf, agar manusia mempu memikirkan dan mengambil makna terbaiknya.Ada ribuan orang bahkan jutaan yang pada waktu yang sama melakukan thawaf. Ada rasa kekerdilan di dalam hati, takut dengan postur yang tidak terlalu tinggi dan bodi yang kurus untuk ‘memasuki’ putaran lautan manusia. Namun, keikhlasan untuk beribadah kepada sang pemilik Ka’bah, membuat ketakutan tersebut berganti dengan rasa kerinduan. Thawaf hanya bisa dimaknai oleh mereka yang melaksanakan thawaf itu sendiri, sehingga tidak jarang kita melihat para jamaah yang berthawaf menangis, mengalirkan air mata, seperti mengalirnya lautan manusia dalam mengitari Ka’bah.
Oleh karena itu, thawaf harus dilakukan dengan penuh penghayatan akan kehadiran Allah, berzikir , berdo'a dan memohon ampun kepada-Nya. Ini melambangkan agar setiap manusia harus selalu beribadah kepada Allah dengan merasakan kehadiran Allah dalam setiap hari, mengingat kepada-Nya, berzikir, berdoa dan memohon ampun kepada-Nya. Tidak ada hari yang lepas daripada ibadah, zikir, berdo'a dan memohon ampun. Inilah kehidupan beribadah seorang muslim. Maksud thawaf ini sesuai dengan lafadz doa iftitah yang dilakukan dalam shalat “inna shalaati wa nusuki wamahyaaya wa mamaati lillahi rabbil ‘alamin “, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah, Tuhan seluriuh alam”.
Thawaf adalah sesuatu yang harus kita lakukan di mana pun kita berada. Kita harus bergerak, mengelilingi pusat orbit untuk mencoba mendekatkan diri dengan mencoba memaknai kehidupan ini. Oleh karena itu, dalam melaksanakan thawaf selalu diiringi dengan membaca do'a dan dzikir secara khusyu sekalipun pada dasarnya dalam pelaksanaan thawaf tidak ada do'a-do'a yang dikhususkan. Tidak pernah diriwayatkan dari Nabi bahwa di dalam thawaf terdapat do'a khusus. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: Dalam hal ini—yakni thawaf—tidak ada dzikir yang khusus dari Nabi, baik perintah atau ucapan. Beliau SAW. tidak mengajarkan hal itu. Namun demikian para ulama telah berijtihad untuk menyusun do'a-do'a khusus pada setiap putaran thawaf, yang dimaksudkan agar para jamaah haji dan umrah senantiasa mengumandangkan do'a selama menjalankan ibadah umrah. Sekalipun tidak ada ketentuan dan keharusan untuk membaca do'a-do'a tersebut, namun setidaknya ada beberapa hikmah dan manfaat dari do'a-do'a tersebut, antara lain sebagai berikut:
Pertama, Do'a-do'a yang disusun para ulama tersebut tersusun dengan rapi serta mudah untuk dibaca dan dilapalkan. Selain itu setiap putaran memiliki makna permohonan dan pernyataan diri secara tertentu yang jika dirangkaikan semuanya mengandung permohonan paripurna yang dibutuhkan manusia untuk meraih kebahagiaan dunia akhirat.
Kedua, do'a thawaf juga bisa menjadi media pengingat agar tidak lupa jumlah putaran. Dimaklumi bahwa dalam kondisi penuh sesak dan berdesakan tidak jarang orang lupa dan tidak ingat sudah berapa putaran dalam thawaf. Dengan adanya do'a tiap putaran maka jamaah akan teringat tentang jumlah putaran thawaf yang sudah dialuinya.
Kembali ke fenomena benda yang berputar berlawan dengan arah putar jarum jam, begitu juga dengan putaran thawaf. Thawaf adalah mengelilingi Baitullah (Kabah) dengan cara-cara yang ditentukan oleh syari’at sebanyak 7 kali putaran yang analisis ilmu pengetahuan merupakan langkah dan gerak anggota tubuh yang sejalan dengan gerak putaran alam. Putaran thawaf dari arah kanan ke kiri tidak berlaku sebaliknya. Tawaf dimulai dan berakhir di rukun hajar aswad (sudut kabah yg dijadikan sebagai tempat penyimpanan batu hitam) dengan menjadikan Baitullah berada di sebelah kiri. Dalam praktik ibadah haji dan umrah, thawaf merupakan rukun yang tidak bisa ditinggalkan. Selain sebagai ibadah, thawaf memiliki keutamaan dan energi yang sangat dahsyat. Dan sangat dianjurkan untuk memperbanyak thawaf sunnah (tathawu) karena keutamaannya.
Dikisahkan bahwa ibadah pertama kali yang dilakukan Nabi Adam setelah turun dari langit adalah thawaf. Lalu, para malaikat menemuinya sambil berkata, “Semoga ibadahmu mabrur wahai Adam, dan kami pun telah melakukan tawaf di Baitullah ini sejak dua ribu tahun sebelum kamu.” Begitu pula ketika para malaikat merasa bersalah karena telah membantah Allah SWT, mereka segera melakukan thawaf untuk menebus kesalahannya. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa melakukan thawaf di Baitullah maka Allah akan mencatat kebaikan dan menghapuskan satu keburukan bagi setiap langkahnya.” (HR. Al-Azraqy).
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa setiap hari Allah menurunkan 120 rahmat kepada orang yang berhaji ke rumah Allah yang suci: 60 untuk yang berthawaf, 40 untuk yang shalat, dan 20 untuk yang menyaksikannya (HR. Baihaqi). Thawaf merupakan simbolisasi dari perjalanan hidup manusia yang seyogyanya dalam rangka mendekat kepada Allah SWT. Sering disebut bahwa Allah merupakan asal dan akhir. Kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah SWT. Siapa saja yang mengorientasikan hidupnya kepada selain Allah, maka ia telah keluar dari orbit penciptaannya. Dalam thawaf umat Islam mengelilingi Ka'bah. Ka’bah adalah kiblat umat Islam dalam beribadah yang terletak di tengah-tengah Masjidil Haram di kota Makkah. Ka’bah adalah tempat beribadah kepada Allah yang pertama kali dibangun manusia. Allah SWT berfirman yang artinya: ”Sesungguhnya rumah yang pertama kali dibina untuk tempat beribadah bagi manusia adalah Baitullah di kota Makkah yang diberkati dan menjadi petunjuk bagi umat manusia “(QS. Ali Imran : 96 ).
Ka'bah adalah batu yang disusun berbentuk kotak yang dibina untuk tempat beribadah kepada Allah terletak di tengah Masjidil Haram. Umat islam melakukan thawaf, mengelilingi Ka’bah dan mengecup Hajar al Aswad bukan bermakna memuja dan menyembah batu. Ka’bah dan Hajar Aswad tersebut adalah batu sebagaimana batu biasa yang tidak dapat memberi manfaat dan mudharat bagi kehidupan.
Kita melakukan thawaf dan mengecup batu tersebut adalah karena diperintah oleh Allah dan mengikuti sunnah baginda Rasulullah. Itulah sebabnya Umar bin Khattab ra. berkata: "Wahai batu Hajarul aswad engkau adalah batu sebagaimana batu yang lain. Kalau bukan disebabkan oleh Rasulullah yang telah mengecupmu, maka aku tidak akan mengecupmu”.
Dengan demikian, mengecup batu bukan karena memuja dan kemuliaan batu atau untuk menyembah batu, tetapi disebabkan untuk mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Thawaf melambangkan nilai-nilai tauhid. Dalam thawaf manusia diarahkan agar selalu mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana dekatnya badan dengan Kabah. Mendekatkan diri kepada Allah bukan hanya satu kali saja, tetapi berulang kali dan setiap waktu dalam kehidupan, sebagaimana dilambangkan dalam ibadah thawaf yang dilakukan tujuh kali putaran. Ini melambangkan agar manusia selalu mendekatkan diri kepada Allah selama tujuh hari dalam seminggu, bermakna manusia harus dapat mendekatkan diri kepada Alah setiap saat dan setiap hari dalam kehidupan.
Pergerakan atau perputaran manusia mengelilingi Ka’bah merupakan sunnatullah dan gambaran kehidupan manusia. Manusia yang mengikuti sunnatullah dengan melaksanakan thawaf dalam garis yang sesuai maka dia akan selamat. Tapi jika manusia mencoba melawan arus perputaran thawaf, dipastikan orang itu celaka dan tidak selamat. Demikian juga dengan kehidupan manusia yang berada dalam jalur yang sudah ditentukan Tuhan, yakni patuh pada agama, pasti akan selamat. Jika manusia sudah melawan agama, dipastikan celaka dan tidak akan selamat. Perputaran dari kiri ke kanan melawan arah jarum jam, merupakan petunjuk kepada kita agar melihat ayat-ayat Tuhan yang tersebar di alam jagat raya ini. Rangkaian planet mengelilingi matahari dari kiri ke kanan, bintang-bintang mengelilingi porosnya dari kiri ke kanan, elektron-elektron, dan peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh dilakukan dari kiri ke kanan. Intinya banyak tanda-tanda kebesaran Allah yang ditunjukkan melalui berbagai rangkaian, termasuk thawaf, agar manusia mempu memikirkan dan mengambil makna terbaiknya.Ada ribuan orang bahkan jutaan yang pada waktu yang sama melakukan thawaf. Ada rasa kekerdilan di dalam hati, takut dengan postur yang tidak terlalu tinggi dan bodi yang kurus untuk ‘memasuki’ putaran lautan manusia. Namun, keikhlasan untuk beribadah kepada sang pemilik Ka’bah, membuat ketakutan tersebut berganti dengan rasa kerinduan. Thawaf hanya bisa dimaknai oleh mereka yang melaksanakan thawaf itu sendiri, sehingga tidak jarang kita melihat para jamaah yang berthawaf menangis, mengalirkan air mata, seperti mengalirnya lautan manusia dalam mengitari Ka’bah.
Oleh karena itu, thawaf harus dilakukan dengan penuh penghayatan akan kehadiran Allah, berzikir , berdo'a dan memohon ampun kepada-Nya. Ini melambangkan agar setiap manusia harus selalu beribadah kepada Allah dengan merasakan kehadiran Allah dalam setiap hari, mengingat kepada-Nya, berzikir, berdoa dan memohon ampun kepada-Nya. Tidak ada hari yang lepas daripada ibadah, zikir, berdo'a dan memohon ampun. Inilah kehidupan beribadah seorang muslim. Maksud thawaf ini sesuai dengan lafadz doa iftitah yang dilakukan dalam shalat “inna shalaati wa nusuki wamahyaaya wa mamaati lillahi rabbil ‘alamin “, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah, Tuhan seluriuh alam”.
Thawaf adalah sesuatu yang harus kita lakukan di mana pun kita berada. Kita harus bergerak, mengelilingi pusat orbit untuk mencoba mendekatkan diri dengan mencoba memaknai kehidupan ini. Oleh karena itu, dalam melaksanakan thawaf selalu diiringi dengan membaca do'a dan dzikir secara khusyu sekalipun pada dasarnya dalam pelaksanaan thawaf tidak ada do'a-do'a yang dikhususkan. Tidak pernah diriwayatkan dari Nabi bahwa di dalam thawaf terdapat do'a khusus. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: Dalam hal ini—yakni thawaf—tidak ada dzikir yang khusus dari Nabi, baik perintah atau ucapan. Beliau SAW. tidak mengajarkan hal itu. Namun demikian para ulama telah berijtihad untuk menyusun do'a-do'a khusus pada setiap putaran thawaf, yang dimaksudkan agar para jamaah haji dan umrah senantiasa mengumandangkan do'a selama menjalankan ibadah umrah. Sekalipun tidak ada ketentuan dan keharusan untuk membaca do'a-do'a tersebut, namun setidaknya ada beberapa hikmah dan manfaat dari do'a-do'a tersebut, antara lain sebagai berikut:
Pertama, Do'a-do'a yang disusun para ulama tersebut tersusun dengan rapi serta mudah untuk dibaca dan dilapalkan. Selain itu setiap putaran memiliki makna permohonan dan pernyataan diri secara tertentu yang jika dirangkaikan semuanya mengandung permohonan paripurna yang dibutuhkan manusia untuk meraih kebahagiaan dunia akhirat.
Kedua, do'a thawaf juga bisa menjadi media pengingat agar tidak lupa jumlah putaran. Dimaklumi bahwa dalam kondisi penuh sesak dan berdesakan tidak jarang orang lupa dan tidak ingat sudah berapa putaran dalam thawaf. Dengan adanya do'a tiap putaran maka jamaah akan teringat tentang jumlah putaran thawaf yang sudah dialuinya.
Bottom Note
Thawaf sesungguhnya merupakan miniatur kehidupan yang berputar dari satu titik menuju ke titik yang sama. Amalan ritual itu menggambarkan kehidupan manusia yang berasal dari satu titik “لله” (milik Allah) dan pada akhirnya kembali ke titik yang sama “اليه”. Selain pemahaman itu, juga satu hal yang krusial adalah bahwa selama perputaran dalam thawaf Ka’bah harus selalu menjadi pusat perputaran. Dalam realita kehidupan satu hal yang menentukan adalah pentingnya selalu menjadikan Allah sebagai “Pusat” perputaran hidup. Kemana saja pergerakan hidup ini, kaya atau miskin, kuat atau lemah, sehat atau sakit, Allah harus selalu menjadi pusarannya.
Sa’i sesungguhnya menjadi bagian dari pembicaraan tentang thawaf. Karenanya Sa’i selalu mengekor kepada thawaf. Karena sesungguhnya Sa’i adalah esensi dari perputaran itu. Hidup dalam dunia adalah hidup tertantang. Al-Quran menyebutnya dengan “balaa” (liyabluwakum). Dan Karenanya perlu usaha sungguh-sungguh yang terpatri dalam amalan Sa’i itu. Sa’i memaknai bahwa mencari rezeki Allah itu keharusan. Tapi ada dua hal yang harus menjadi catatan. Satu, apa yang diburu itu (dunia) kadang berwujud fatamorgana. Yang hakiki pada akhirnya apa yang Allah karuniakan. Dua, dalam urusan dunia kita berhak bahkan pada tataran tertentu wajib berusaha. Tapi kita tidak perlu miliki sikap superman yang seolah mampu menentukan. Pada akhirnya rezeki itu ditentukan oleh yang Maha Pemberi Rezeki. Manusia bisa merencanakan dan mengusahakan yang terbaik. Tapi hasil terbaik ada dalam QadarNya.
"Segala sesuatu dalam hidup adalah sementara. Jika semuanya berjalan baik, nikmatilah karena itu tidak akan bertahan selamanya. Jika keadaan menjadi buruk, jangan khawatir karena itu juga tidak akan bertahan selamanya."
No comments:
Post a Comment