Selena, kemarin pagi SettiaBlog coba ambil jahe merah yang beberapa bulan lalu di tanam, di tanam secara organik. Selena Gomez itu suka mengkonsumsi jahe, dia juga suka kimchi timun ( acar mentimun Jepang). Kalau camilan kesukaan kamu itu apa? , seingat SettiaBlog dia dulu sering ngasih tahu, Cheetos (sejenis keripik jagung) ya kan Selena? Lagunya SettiaBlog ambil "Nothing Else Matters" milik Metalica yang di cover Shakira. Sebenarnya SettiaBlog ingin tunjukkan rok model spanyol yang di kenakan Shakira, lihat klip di atas! chic kan rok yang di kenakan Shakira? Itu bagus untuk busana muslim. Bukan yang di kenakan penarinya lho. Nothing Else Matters sendiri, maksudnya tidak ada masalah apa - apa. Anda bisa bayangkan jika hidup ini sama sekali tidak ada masalah.
Adakalanya seseorang tidak ingin terlibat pada suatu masalah, tetapi pada kenyataannya orang yang tidak bersalah sekalipun dijaman sekarang ini bisa saja terlibat pada suatu masalah, entah di lingkungan keluarga sendiri, teman, lingkungan kerja atau dimana pun seakan-akan masalah timbul secara disengaja tanpa kita tau siapa-siapa saja pihak yang bakal terlibat pada masalah tersebut. Lalu bagaimana jika hidup itu tanpa masalah.
1. Hidup Terkesan Monoton Tanpa Tantangan
Hidup tanpa masalah bagaikan sayur tanpa garam, terasa hampa, tapi mana ada orang yang sengaja melibatkan diri dalam masalah? Pasti ndak ada yang mau kan. Mungkin maksudnya masalah yang secara tidak langsung, yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya dan memang betul-betul datang tanpa kita tau sumber masalahnya. Tetapi ada juga dari kesalahan yang sudah kita buat sendiri yang ujung-ujungnya timbul masalah. Dengan adanya masalah kita akan lebih peka, lebih kritis lagi dalam bertindak atau membuat keputusan, yang pada akhirnya kita akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya.
2. Pikiran Seseorang Sulit Berkembang
Seseorang yang hidupnya jauh dari masalah bukan berarti dia tidak punya masalah tetapi lebih kepada menjaga diri agar tidak terlibat lebih jauh dari masalah-masalah yang mungkin bisa fatal terjadi. Masalah itu akan membuat seseorang untuk membuka lebih dalam pikirannya, untuk bisa mengkaji kembali kenapa masalah itu bisa terjadi sehingga secara tidak langsung akan membuat otak kita bekerja mencari solusi dari masalah tersebut menjadi lebih berkembang dan pada akhirnya bisa lebih bijak dalam menyikapi semua masalah.
3. Sulitnya Perubahan Hidup Pada Seseorang
Perubahan hidup seseorang bisa terjadi karena belajar dari suatu masalah, belajar dari pengalaman. Sekarang jika seseorang hidupnya misalkan selalu di zona nyaman, tidak mau mencoba sesuatu yang baru untuk perkembangan hidupnya, sudah dipastikan kehidupannya akan begitu-begitu saja, tidak akan terjadi perubahan yang signifikan pada kehidupannya. Dari sinilah seseorang dituntut untuk mencoba ambil resiko meskipun dalam prosesnya timbul masalah berat tetapi hasil yang akan didapat diharapkan kedepannya bisa jauh lebih memuaskan.
4. Problem Solving Tidak Diperlukan Lagi
Poin ini merupakan satu-satunya jalan bagi siapa saja yang sedang ditimpa masalah, karena masalah datang bukan untuk diratapi atau dipikirkan berlarut-larut tetapi untuk dicari solusi atau jalan keluarnya. Kalau di dunia ini tanpa adanya masalah secara logika problem solving ini tidak ada gunanya ya kan, karena semua orang hidup berjalan apa adanya dan baik-baik saja.
Sementara itu problem solving tergantung pada kestabilqn emosi seseorang. Emosi yang terkontrol itu juga di butuhkan, kalau orang tidak punya emosi justru bermasalah tapi emosi yang terkontrol. Seandainya kita sama sekali tidak memiliki emosi, apa jadinya. Secara normal orang ketika melihat sesuatu yang lucu, seperti acara komedi di televisi, umumnya bisa membuat kebanyakan orang tertawa hingga terbahak. Kebalikannya ketika berhadapan dengan situasi yang memilukan atau menyayat hati, rasa tidak tega atau kesedihan mungkin menyelimuti hati Anda. Bagaimana jika seseorang tidak punya emosi? Apakah mungkin hal itu terjadi?
Emosi memainkan peran penting dalam menentukan cara Anda berpikir dan berperilaku untuk mengambil keputusan dan bertindak. Hal ini membantu Anda bertahan hidup, menghindari bahaya, serta berempati dengan orang lain. Ada segelintir orang yang tidak punya emosi dan tidak bisa merasakannya. Dalam dunia psikologis, gangguan emosi ini disebut dengan gangguan depersonalisasi-derealisasi (DD). Sebetulnya setiap orang mungkin saja kadang merasa tidak bisa merasakan emosi alias “mati rasa” sesekali dalam hidupnya. Misalnya saat Anda merasa amat sangat kewalahan dilanda stres di kantor. Pikiran Anda otomatis sudah dipenuhi oleh segala tetek bengek yang berkaitan dengan pekerjaan, sehingga secara emosional Anda justru jadi cenderung kurang responsif ketika mendapat berita baik. Nah saking stresnya Anda bukannya menanggapi dengan keceriaan, tapi mungkin malah bereaksi datar dan membalas dengan “Oke thanks” atau “Duh lagi sibuk nih, ndak bisa diganggu.” Hayo, ngaku saja, pernah mengalami yang seperti ini, kan? Atau justru pernah jadi korban dijutekin pasangan?
Sampai batas tertentu, reaksi ini masih terhitung wajar. Namun ketika kecenderungan “mati rasa” emosional yang Anda rasakan sampai menetap dalam waktu lama, terjadi berulang-ulang, serta hingga mengganggu aktivitas dan bahkan merusak hubungan Anda dengan orang lain, bisa jadi ini menandakan gejala gangguan psikologis yang disebut depersonalisasi-derealisasi (DD).
Biasanya seseorang yang mengalami DD akan menunjukkan tanda dan gejala umum seperti:
• Merasa jiwa, pikiran dan raganya tidak saling terhubung; seperti roh Anda lepas dari dalam tubuh (disosiasi).
•• Merasa jauh atau berjarak dengan lingkungan sekitar; tidak terkoneksi dengan lingkungan sekitar.
• Merasa asing dengan kehidupan sendiri.
• Merasa tertekan tanpa sebab yang jelas.
• Sering lupa waktu, hari, tanggal, dan tempat.
• Berpikiran bahwa diri mereka tidak berarti dan tidak layak.
•• Merasa “hidup segan, mati tak mau”; hati dan pikiran kosong melompong; perasaan hanya berjalan sambil tidur ketika beraktivitas; tidak lagi merasa senang ketika melakukan hobi.
• Berpikiran atau merasa kondisi mentalnya tidak stabil.
• Merasa lambat dalam menerima dan memproses sinyal yang diterima tubuh seperti; pengelihatan, pendengaran, pengecap dan sensasi sentuhan.
• Kesalahan persepsi visual, seperti melihat benda lebih besar atau lebih kecil yang sebenarnya.
• Kesalahan persepsi suara; suara menjadi lebih pelan atau lebih kencang dari yang sebenarnya.
• Tidak pernah merasa bugar meski tetap rajin olahraga atau selalu tidur cukup.
• Mengalami perubahan persepsi tentang citra tubuh (body image) sendiri.
• Tampak kurang empati, tidak bisa/sulit memahami keadaan sosial.
Masalah tidak punya emosi yang disebabkan oleh DD tidak dapat disamakan dengan jenis gangguan mental lainnya yang juga berkaitan dengan stres, seperti kejang akibat epilepsi, serangan panik dan serangan kecemasan, atau depresi. Makanya SettiaBlog selalu menekankan untuk mampu mengenali diri sendiri agar lebih mudah mengontrol emosi.
Sebenarnya masalah timbul karena dari dalam dirinya sendiri. Mudah atau rumitnya sebuah masalah adalah hanya sebuah prasangka dari individu semata. Prasangka itu muncul akibat kurang seimbangnya kenginan dan kenyataan yang harus dihadapi. Dan prasangka yang berlebihan ini akan mengakibatkan terganggunya psikologis seseorang yakni berupa tekanan atau depresi.Tipe kepribadian manusia sangat beragam, berbeda individu, maka berbeda pula caranya untuk menyelesaikan sebuah masalah. Tidak semua orang akan mempunyai strategi khusus yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sebuah masalah. Ada beberapa cara menyelesaikan masalah menurut psikolog.
" Penghalang Mental di Dalam Proses Penyelesaian Masalah ”
Sebelum kita menginjak bagaimana cara menyelesaikan masalah menurut psikolog. Terlebih dahulu, kita harus mengetahui apa saja penghalang mental seseorang yang menjadi sebuah penghambat dalam proses penyelesaian sebuah masalah. Beberapa yang termasuk penghalang mental tersebut adalah :
Functional fixedness (keterpakuan fungsional)
Seseorang yang memiliki sebuah anggapan bahwa fungsi dan kegunaan suatu objek atau benda mempunyai kecenderungan yang stabil dan menetap sepanjang waktu. Atau bisa disebut sebagai seseorang yang hanya melihat benda seperti yang dibuat oleh penciptanya. Jadi, individu yang memiliki mental seperti ini akan cenderung tidak mau melihat peluang lain dan justru malah terpaku dengan satu hal.
Mental set (keajegan mental)
Kecenderungan seseorang untuk tetap mempertahankan suatu aktivitas yabg berhubungan dengan fungsi mental dimana hal tersebut telah dilakukan secara berulang-ulang namun tetap berhasil menyelesaikan sebuah masalah walaupun dalam situasi berbeda.
Perceptual added frame (pemahaman bingkai persepsual)
Keadaan tanpa sadar seseorang yang saat menghadapi masalah, melihat dirinya dikelilingi oleh masalah yang dihadapi. Padahal, sebenarnya bingakai itu tidak ada atau tersamar sehingga akan membatasi gerak langkah seseorang untuk mencari jalan keluar bagi masalahnya.
Beberapa cara yang bisa dipakai untuk menyelesaikan masalah ditinjau dari segi psikologi, antara lain:
1. Sadar Akan Masalah
Langkah pertama seseoramg dalam menyelesaikan sebuah masalah adalah dengan menyadari akan adanya permasalahan yang terjadi. Seseorang harus sadar bahwa ia sedang dihadapkan pada suatu masalah yang membutuhkan sebuah solusi. Dengan begitu, seseorang akan merasa memiliki sebuah kesulitan yng harus segera diselesaikan dengan baik.
2. Paham Akan Masalah
Setelah menyadari bahwa seseorang tersebut sedang menghadapi masalah, maka hal yang tak kalah pentingnya adalah memahami kemudian menjabarkan masalah yang terjadi. Pemahaman akan masalah ini memerlukan adanya diagnosis pada suatu kejadian. Kita perlu sekali untuk memfokuskan seluruh perhatian kita terhadap masalah yang dihadapi. Jadi, seseorang sangat membutuhkan informasi yang banyak agar dapat memahami masalah secara utuh.
3. Ketahui Penyebab Masalah
Tidak ada asap tanpa api, tidak ada masalah tanpa penyebab. Hal inilah yang sekiranya harus dijadikan sebuah acuan bahwa setiap masalah terjadi karena adanya penyebab yang memicunya. Setelah kita menyadari dan memahami benar akan masalah tersebut, hal yang perlu kita perhatika selanjutnya adalah mengetahui secara mendalam apa penyebab munculnya masalah tersebut. Dengan mengenali masalah, kita akan lebih mudah memecahkan sebuah masalah.
4. Mulai Sederhanakan Masalah
Bukan tidak mungkin, bahwa yang membuat masalah menjadi rumit dan tak kunjung reda adalah dari dalam diri kita sendiri. Tak jarang kita sering membuat diri kita terpuruk sendiri pada suatu keputusasaan. Masalah bisa menjadi semakin kompleks dan rumit akibat dari persepsi yang ternyata dibangun dari kita sendiri. Misalnya saja, kita terlalu terputuk dan menangisi berlebihan tentang permasalahan yang sedang kita hadapi. Maka dari itu, hal yang paling bijak adalah segera sederhanakan masalah kita dengan begitu sederhana pula solusi yang akan kita dapat.
5. Fokus Pada Solusi
Hindari untuk berfokus terus-menerus terhadap masalah kita karena sikap ini malah akan membuat kita terlalu ‘manja’ dan sibuk mengasihi diri sendiri. Menyadari masalah yang sedang kita hadapi memang penting, akan tetapi terlalu berfokus pada masalah yang dihadapi juga tidak baik. Bagi fokus Anda terhadap upaya untuk mencari solusi berupa tindakan nyata untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang Anda hadapi.
6. Kenali Kemungkinan Penyelesaian
Setelah Anda fokus akan solusi penyelesaian masalah yang sedang dihadapi, langkah selanjutnya adalah mengenali dan mengklasifikasikan beberapa kemungkinan akan sebuah bentuk kemungkinan penyelesaian suatu masalah. Anda bisa membuat daftar atau tabel untuk mengkategorikan beberapa kemungkinan solusi untuk menyelesaikan masalah Anda.
7. Menemukan Strategi Penyelesaiannya
Setelah mengetahui beberapa kemungkinan solusi untuk menyelesaikan sebuah masalah tersebut, maka segera menemukan strategi penyelesaiannya, startegi yang baik diperlukan untuk menyelesaikan amasalh secara bijak. Dalam fase ini, seseorang sudah paham betul akan situasi masalah dan penyelesaian yang efektif dalam menghadapi masalah.
8. Tinjau Kemungkinan Implementasi Pemecahannya
Setelah keputusan final kita ambil, maka periksa serta evaluasi lagi pilihan tersebut. Perhatikan dan pertimbangkan bentuk implementasinya. Apakah memang benar solusi tersebut rasional dan logis? Jika iya lanjutkan dengan tahapan berikutnya.
9. Jangan Mengeluh Berlebihan
Sikap mengeluh hanya akan mendoktin otak untuk menganggap bahwa suatu permasalahan itu semakin rumit, kompleks, sulit dan tidak mudah untuk diselesaikan. Ini bukan sikap psikologis yang baik, maka dari itu ganti keluhan Anda dengan tindakan yang lebih nyata.
10. Segera Ambil Tindakan
Seberapa paham pun Anda terhadap suatu masalah, seberapa fokus pun Anda dalam mencari solusinya, dan seberapa hebat pun Anda dalam mengatur strategi sebuah penyelesaian masalah, tanpa adanya tindakan yang nyata adalah sia-sia. Tidak akan ada perubahan yang dapat Anda ambil jika Anda tidak melakukan tindakan apapun.
11. Atur Emosi
Pola pikir seseoang dengan emosi yang dihasilkan adalah dua hubungan yang saling berkaitan. Pengaturan kecerdasan emosional dalam psikologi yang baik akan berpengaruh kepada pengembangan pola pikir yang baik juga, begitupun sebaliknya. Ketika seseorang tidak mampu menegendalikan emosinya maka dia tidak dapat berpikir jernih sehingga dia juga akan sulit menyelesaikan masalah yang dihadapi.
12. Berpikir Logis
Setelah Anda bisa mengendalikan emosi Anda, maka hal yang tidak kalah pentingnya adalah selalu berusaha untuk berpikir secara logis dan rasional. Berpikir secara logis akan mempengaruhi pola pikir yang Anda miliki. Ketika seseorang berpikir positif dan logis, maka hal-hal yang dia lakukan juga berpositif khususnya dalam penyelesaian masalah
13. Bersikap Proporsional
Bersikap proporsional berarti kita terkukung oleh pikiran atau hal-hal yang bersifat negatif yang dapat mempengaruhi kejiwaan seseorang. Manusia hanya dapat berfikir jernih dan baikketika dalam keadaan yang rileks dan nyaman. Seringkali, individu akan cenderung stress, marah atau sedih ketika menghadapi masalah yang terjadi. Hal ini malah akan membuatnya sulit untuk menyelesaikan masalahnya.
Adakalanya seseorang tidak ingin terlibat pada suatu masalah, tetapi pada kenyataannya orang yang tidak bersalah sekalipun dijaman sekarang ini bisa saja terlibat pada suatu masalah, entah di lingkungan keluarga sendiri, teman, lingkungan kerja atau dimana pun seakan-akan masalah timbul secara disengaja tanpa kita tau siapa-siapa saja pihak yang bakal terlibat pada masalah tersebut. Lalu bagaimana jika hidup itu tanpa masalah.
1. Hidup Terkesan Monoton Tanpa Tantangan
Hidup tanpa masalah bagaikan sayur tanpa garam, terasa hampa, tapi mana ada orang yang sengaja melibatkan diri dalam masalah? Pasti ndak ada yang mau kan. Mungkin maksudnya masalah yang secara tidak langsung, yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya dan memang betul-betul datang tanpa kita tau sumber masalahnya. Tetapi ada juga dari kesalahan yang sudah kita buat sendiri yang ujung-ujungnya timbul masalah. Dengan adanya masalah kita akan lebih peka, lebih kritis lagi dalam bertindak atau membuat keputusan, yang pada akhirnya kita akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya.
2. Pikiran Seseorang Sulit Berkembang
Seseorang yang hidupnya jauh dari masalah bukan berarti dia tidak punya masalah tetapi lebih kepada menjaga diri agar tidak terlibat lebih jauh dari masalah-masalah yang mungkin bisa fatal terjadi. Masalah itu akan membuat seseorang untuk membuka lebih dalam pikirannya, untuk bisa mengkaji kembali kenapa masalah itu bisa terjadi sehingga secara tidak langsung akan membuat otak kita bekerja mencari solusi dari masalah tersebut menjadi lebih berkembang dan pada akhirnya bisa lebih bijak dalam menyikapi semua masalah.
3. Sulitnya Perubahan Hidup Pada Seseorang
Perubahan hidup seseorang bisa terjadi karena belajar dari suatu masalah, belajar dari pengalaman. Sekarang jika seseorang hidupnya misalkan selalu di zona nyaman, tidak mau mencoba sesuatu yang baru untuk perkembangan hidupnya, sudah dipastikan kehidupannya akan begitu-begitu saja, tidak akan terjadi perubahan yang signifikan pada kehidupannya. Dari sinilah seseorang dituntut untuk mencoba ambil resiko meskipun dalam prosesnya timbul masalah berat tetapi hasil yang akan didapat diharapkan kedepannya bisa jauh lebih memuaskan.
4. Problem Solving Tidak Diperlukan Lagi
Poin ini merupakan satu-satunya jalan bagi siapa saja yang sedang ditimpa masalah, karena masalah datang bukan untuk diratapi atau dipikirkan berlarut-larut tetapi untuk dicari solusi atau jalan keluarnya. Kalau di dunia ini tanpa adanya masalah secara logika problem solving ini tidak ada gunanya ya kan, karena semua orang hidup berjalan apa adanya dan baik-baik saja.
Sementara itu problem solving tergantung pada kestabilqn emosi seseorang. Emosi yang terkontrol itu juga di butuhkan, kalau orang tidak punya emosi justru bermasalah tapi emosi yang terkontrol. Seandainya kita sama sekali tidak memiliki emosi, apa jadinya. Secara normal orang ketika melihat sesuatu yang lucu, seperti acara komedi di televisi, umumnya bisa membuat kebanyakan orang tertawa hingga terbahak. Kebalikannya ketika berhadapan dengan situasi yang memilukan atau menyayat hati, rasa tidak tega atau kesedihan mungkin menyelimuti hati Anda. Bagaimana jika seseorang tidak punya emosi? Apakah mungkin hal itu terjadi?
Emosi memainkan peran penting dalam menentukan cara Anda berpikir dan berperilaku untuk mengambil keputusan dan bertindak. Hal ini membantu Anda bertahan hidup, menghindari bahaya, serta berempati dengan orang lain. Ada segelintir orang yang tidak punya emosi dan tidak bisa merasakannya. Dalam dunia psikologis, gangguan emosi ini disebut dengan gangguan depersonalisasi-derealisasi (DD). Sebetulnya setiap orang mungkin saja kadang merasa tidak bisa merasakan emosi alias “mati rasa” sesekali dalam hidupnya. Misalnya saat Anda merasa amat sangat kewalahan dilanda stres di kantor. Pikiran Anda otomatis sudah dipenuhi oleh segala tetek bengek yang berkaitan dengan pekerjaan, sehingga secara emosional Anda justru jadi cenderung kurang responsif ketika mendapat berita baik. Nah saking stresnya Anda bukannya menanggapi dengan keceriaan, tapi mungkin malah bereaksi datar dan membalas dengan “Oke thanks” atau “Duh lagi sibuk nih, ndak bisa diganggu.” Hayo, ngaku saja, pernah mengalami yang seperti ini, kan? Atau justru pernah jadi korban dijutekin pasangan?
Sampai batas tertentu, reaksi ini masih terhitung wajar. Namun ketika kecenderungan “mati rasa” emosional yang Anda rasakan sampai menetap dalam waktu lama, terjadi berulang-ulang, serta hingga mengganggu aktivitas dan bahkan merusak hubungan Anda dengan orang lain, bisa jadi ini menandakan gejala gangguan psikologis yang disebut depersonalisasi-derealisasi (DD).
Biasanya seseorang yang mengalami DD akan menunjukkan tanda dan gejala umum seperti:
• Merasa jiwa, pikiran dan raganya tidak saling terhubung; seperti roh Anda lepas dari dalam tubuh (disosiasi).
•• Merasa jauh atau berjarak dengan lingkungan sekitar; tidak terkoneksi dengan lingkungan sekitar.
• Merasa asing dengan kehidupan sendiri.
• Merasa tertekan tanpa sebab yang jelas.
• Sering lupa waktu, hari, tanggal, dan tempat.
• Berpikiran bahwa diri mereka tidak berarti dan tidak layak.
•• Merasa “hidup segan, mati tak mau”; hati dan pikiran kosong melompong; perasaan hanya berjalan sambil tidur ketika beraktivitas; tidak lagi merasa senang ketika melakukan hobi.
• Berpikiran atau merasa kondisi mentalnya tidak stabil.
• Merasa lambat dalam menerima dan memproses sinyal yang diterima tubuh seperti; pengelihatan, pendengaran, pengecap dan sensasi sentuhan.
• Kesalahan persepsi visual, seperti melihat benda lebih besar atau lebih kecil yang sebenarnya.
• Kesalahan persepsi suara; suara menjadi lebih pelan atau lebih kencang dari yang sebenarnya.
• Tidak pernah merasa bugar meski tetap rajin olahraga atau selalu tidur cukup.
• Mengalami perubahan persepsi tentang citra tubuh (body image) sendiri.
• Tampak kurang empati, tidak bisa/sulit memahami keadaan sosial.
Masalah tidak punya emosi yang disebabkan oleh DD tidak dapat disamakan dengan jenis gangguan mental lainnya yang juga berkaitan dengan stres, seperti kejang akibat epilepsi, serangan panik dan serangan kecemasan, atau depresi. Makanya SettiaBlog selalu menekankan untuk mampu mengenali diri sendiri agar lebih mudah mengontrol emosi.
Sebenarnya masalah timbul karena dari dalam dirinya sendiri. Mudah atau rumitnya sebuah masalah adalah hanya sebuah prasangka dari individu semata. Prasangka itu muncul akibat kurang seimbangnya kenginan dan kenyataan yang harus dihadapi. Dan prasangka yang berlebihan ini akan mengakibatkan terganggunya psikologis seseorang yakni berupa tekanan atau depresi.Tipe kepribadian manusia sangat beragam, berbeda individu, maka berbeda pula caranya untuk menyelesaikan sebuah masalah. Tidak semua orang akan mempunyai strategi khusus yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sebuah masalah. Ada beberapa cara menyelesaikan masalah menurut psikolog.
" Penghalang Mental di Dalam Proses Penyelesaian Masalah ”
Sebelum kita menginjak bagaimana cara menyelesaikan masalah menurut psikolog. Terlebih dahulu, kita harus mengetahui apa saja penghalang mental seseorang yang menjadi sebuah penghambat dalam proses penyelesaian sebuah masalah. Beberapa yang termasuk penghalang mental tersebut adalah :
Functional fixedness (keterpakuan fungsional)
Seseorang yang memiliki sebuah anggapan bahwa fungsi dan kegunaan suatu objek atau benda mempunyai kecenderungan yang stabil dan menetap sepanjang waktu. Atau bisa disebut sebagai seseorang yang hanya melihat benda seperti yang dibuat oleh penciptanya. Jadi, individu yang memiliki mental seperti ini akan cenderung tidak mau melihat peluang lain dan justru malah terpaku dengan satu hal.
Mental set (keajegan mental)
Kecenderungan seseorang untuk tetap mempertahankan suatu aktivitas yabg berhubungan dengan fungsi mental dimana hal tersebut telah dilakukan secara berulang-ulang namun tetap berhasil menyelesaikan sebuah masalah walaupun dalam situasi berbeda.
Perceptual added frame (pemahaman bingkai persepsual)
Keadaan tanpa sadar seseorang yang saat menghadapi masalah, melihat dirinya dikelilingi oleh masalah yang dihadapi. Padahal, sebenarnya bingakai itu tidak ada atau tersamar sehingga akan membatasi gerak langkah seseorang untuk mencari jalan keluar bagi masalahnya.
Beberapa cara yang bisa dipakai untuk menyelesaikan masalah ditinjau dari segi psikologi, antara lain:
1. Sadar Akan Masalah
Langkah pertama seseoramg dalam menyelesaikan sebuah masalah adalah dengan menyadari akan adanya permasalahan yang terjadi. Seseorang harus sadar bahwa ia sedang dihadapkan pada suatu masalah yang membutuhkan sebuah solusi. Dengan begitu, seseorang akan merasa memiliki sebuah kesulitan yng harus segera diselesaikan dengan baik.
2. Paham Akan Masalah
Setelah menyadari bahwa seseorang tersebut sedang menghadapi masalah, maka hal yang tak kalah pentingnya adalah memahami kemudian menjabarkan masalah yang terjadi. Pemahaman akan masalah ini memerlukan adanya diagnosis pada suatu kejadian. Kita perlu sekali untuk memfokuskan seluruh perhatian kita terhadap masalah yang dihadapi. Jadi, seseorang sangat membutuhkan informasi yang banyak agar dapat memahami masalah secara utuh.
3. Ketahui Penyebab Masalah
Tidak ada asap tanpa api, tidak ada masalah tanpa penyebab. Hal inilah yang sekiranya harus dijadikan sebuah acuan bahwa setiap masalah terjadi karena adanya penyebab yang memicunya. Setelah kita menyadari dan memahami benar akan masalah tersebut, hal yang perlu kita perhatika selanjutnya adalah mengetahui secara mendalam apa penyebab munculnya masalah tersebut. Dengan mengenali masalah, kita akan lebih mudah memecahkan sebuah masalah.
4. Mulai Sederhanakan Masalah
Bukan tidak mungkin, bahwa yang membuat masalah menjadi rumit dan tak kunjung reda adalah dari dalam diri kita sendiri. Tak jarang kita sering membuat diri kita terpuruk sendiri pada suatu keputusasaan. Masalah bisa menjadi semakin kompleks dan rumit akibat dari persepsi yang ternyata dibangun dari kita sendiri. Misalnya saja, kita terlalu terputuk dan menangisi berlebihan tentang permasalahan yang sedang kita hadapi. Maka dari itu, hal yang paling bijak adalah segera sederhanakan masalah kita dengan begitu sederhana pula solusi yang akan kita dapat.
5. Fokus Pada Solusi
Hindari untuk berfokus terus-menerus terhadap masalah kita karena sikap ini malah akan membuat kita terlalu ‘manja’ dan sibuk mengasihi diri sendiri. Menyadari masalah yang sedang kita hadapi memang penting, akan tetapi terlalu berfokus pada masalah yang dihadapi juga tidak baik. Bagi fokus Anda terhadap upaya untuk mencari solusi berupa tindakan nyata untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang Anda hadapi.
6. Kenali Kemungkinan Penyelesaian
Setelah Anda fokus akan solusi penyelesaian masalah yang sedang dihadapi, langkah selanjutnya adalah mengenali dan mengklasifikasikan beberapa kemungkinan akan sebuah bentuk kemungkinan penyelesaian suatu masalah. Anda bisa membuat daftar atau tabel untuk mengkategorikan beberapa kemungkinan solusi untuk menyelesaikan masalah Anda.
7. Menemukan Strategi Penyelesaiannya
Setelah mengetahui beberapa kemungkinan solusi untuk menyelesaikan sebuah masalah tersebut, maka segera menemukan strategi penyelesaiannya, startegi yang baik diperlukan untuk menyelesaikan amasalh secara bijak. Dalam fase ini, seseorang sudah paham betul akan situasi masalah dan penyelesaian yang efektif dalam menghadapi masalah.
8. Tinjau Kemungkinan Implementasi Pemecahannya
Setelah keputusan final kita ambil, maka periksa serta evaluasi lagi pilihan tersebut. Perhatikan dan pertimbangkan bentuk implementasinya. Apakah memang benar solusi tersebut rasional dan logis? Jika iya lanjutkan dengan tahapan berikutnya.
9. Jangan Mengeluh Berlebihan
Sikap mengeluh hanya akan mendoktin otak untuk menganggap bahwa suatu permasalahan itu semakin rumit, kompleks, sulit dan tidak mudah untuk diselesaikan. Ini bukan sikap psikologis yang baik, maka dari itu ganti keluhan Anda dengan tindakan yang lebih nyata.
10. Segera Ambil Tindakan
Seberapa paham pun Anda terhadap suatu masalah, seberapa fokus pun Anda dalam mencari solusinya, dan seberapa hebat pun Anda dalam mengatur strategi sebuah penyelesaian masalah, tanpa adanya tindakan yang nyata adalah sia-sia. Tidak akan ada perubahan yang dapat Anda ambil jika Anda tidak melakukan tindakan apapun.
11. Atur Emosi
Pola pikir seseoang dengan emosi yang dihasilkan adalah dua hubungan yang saling berkaitan. Pengaturan kecerdasan emosional dalam psikologi yang baik akan berpengaruh kepada pengembangan pola pikir yang baik juga, begitupun sebaliknya. Ketika seseorang tidak mampu menegendalikan emosinya maka dia tidak dapat berpikir jernih sehingga dia juga akan sulit menyelesaikan masalah yang dihadapi.
12. Berpikir Logis
Setelah Anda bisa mengendalikan emosi Anda, maka hal yang tidak kalah pentingnya adalah selalu berusaha untuk berpikir secara logis dan rasional. Berpikir secara logis akan mempengaruhi pola pikir yang Anda miliki. Ketika seseorang berpikir positif dan logis, maka hal-hal yang dia lakukan juga berpositif khususnya dalam penyelesaian masalah
13. Bersikap Proporsional
Bersikap proporsional berarti kita terkukung oleh pikiran atau hal-hal yang bersifat negatif yang dapat mempengaruhi kejiwaan seseorang. Manusia hanya dapat berfikir jernih dan baikketika dalam keadaan yang rileks dan nyaman. Seringkali, individu akan cenderung stress, marah atau sedih ketika menghadapi masalah yang terjadi. Hal ini malah akan membuatnya sulit untuk menyelesaikan masalahnya.
Bottom Note
Background yang SettiaBlog gunakan pada box ini adalah secangkir wedang jahe merah. Jahe rasanya sedikit pedas tapi bagus untuk kesehatan. SettiaBlog minta maaf pada semuanya jika sering ada kata yang sedikit pedas dari bahasan SettiaBlog, walaupun sebenarnya tidak pernah ada niatan untuk menyindir seseorang. Yang penting tidak sepedas Jalapeño (cabe dari Meksiko yang terkenal pedas). Seperti yang sudah di jelaskan di atas, hidup tidak mungkin lepas dari masalah. Dan kita akan mampu menanggapi suatu masalah dengan bijaksana ketika kita memiliki mental yang stabil. Orang yang tetap tenang dalam menghadapi masalah adalah orang yang punya kemampuan resiliensi (kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan. Bertahan dalam keadaan tertekan, dan bahkan berhadapan dengan kesengsaraan (adversity) atau trauma yang dialami dalam kehidupannya.
Background yang SettiaBlog gunakan pada box ini adalah secangkir wedang jahe merah. Jahe rasanya sedikit pedas tapi bagus untuk kesehatan. SettiaBlog minta maaf pada semuanya jika sering ada kata yang sedikit pedas dari bahasan SettiaBlog, walaupun sebenarnya tidak pernah ada niatan untuk menyindir seseorang. Yang penting tidak sepedas Jalapeño (cabe dari Meksiko yang terkenal pedas). Seperti yang sudah di jelaskan di atas, hidup tidak mungkin lepas dari masalah. Dan kita akan mampu menanggapi suatu masalah dengan bijaksana ketika kita memiliki mental yang stabil. Orang yang tetap tenang dalam menghadapi masalah adalah orang yang punya kemampuan resiliensi (kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan. Bertahan dalam keadaan tertekan, dan bahkan berhadapan dengan kesengsaraan (adversity) atau trauma yang dialami dalam kehidupannya.
No comments:
Post a Comment