Peristiwa ledakan bom yang terjadi pada konser Ariana Grande di Manchester dan menewaskan 22 orang 2017 lalu sempat membuat Ariana Grande trauma dan tidak mau lagi bernyanyi. Kemampuan resiliensi yang tinggi pada dirinya membuat Ariana Grande tidak hanyut dalam kesedihan yang berlarut-larut. Dan tak berapa lama terciptalah lagu No tears left to cry (tak ada lagi air mata ) dengan kata lain air mata tidak akan menyelesaikan masalah
.
Perhatikan klip Ariana Grande di atas dengan grafis yang super detail, menceritakan perjalanan awal perjuangan Ariana Grande dalam meniti karier, halangan yang merintanginya, di klip itu juga di gambarkan Ariana Grande duduk dalam posisi orang meditasi dan di akhiri dengan duduk santai sambil melepas lebah (simbol kota Manchester).
Dengan flash back ke belakang mengingat - ingat betapa berat perjuangan dalam meniti karier, meditasi sebagai bentuk menenangkan diri dan membuang tekanan batin (trauma) seperti yang di lakukan Ariana Grande tentu kita akan mudah keluar dari permasalahan. Seperti bahasan SettiaBlog berikut ini "Resiliensi dan Sabar sebagai Respon Pertahanan Psikologis dalam Menghadapi Permasalahan."
Resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit. Resiliensi adalah faktor penting dalam kehidupan kita sekarang ini. Ketika perubahan dan tekanan hidup berlangsung begitu intens dan cepat, maka seseorang perlu mengembangkan kemampuan dirinya sedemikian rupa untuk mampu melewati itu semua secara efektif. Untuk mampu menjaga kesinambungan hidup yang optimal, maka kebutuhan akan kemampuan untuk menjadi resilien sungguh menjadi makin tinggi. Orang-orang dengan resiliensi yang tinggi, akan mampu keluar dari masalah dengan cepat dan tak terbenam dengan perasaan sebagai korban lingkungan atau keadaan.
Upaya mengembangkan keterampilan resiliensi dan membangun kekuatan individu mengikuti hirarki lima tingkatan, yaitu:
a. Meningkatkan kesehatan dan energi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan individu:
• Merasa bahwa hidup kita dikontrol oleh kekuatan diri kita sendiri bukan oleh orang lain
• Merasa nyaman dalam berhubungan dengan keluarga dan teman
• Bertanggung jawab
• Bisa mengatur perubahan diri dengan baik
• Mengembangkan kebiasaan gaya hidup sehat
• Menjadikan pengalaman-pengalaman negatif menjadi pelajaran yang menguntungkan
• Menikmati pengalaman-pengalaman positip
b. Memiliki ketrampilan menyelesaikan masalah
Ada tiga jenis kecerdasan yang berpengaruh terhadap kesuksesan hidup. Tiga jenis kecerdasan tersebut adalah: kecerdasan analitik (analytical intelligence), kecerdasan kreatif (creative intelligent) dan kecerdasan praktis (practical intelligence).
c. Memperkuat diri dengan tiga kekuatan diri: Percaya diri, harga diri dan konsep diri
Ada tiga kekuatan yang esensial di dalam diri kita, yaitu: self confident, self esteem dan self concept. Jika ketiga self ini kuat maka akan mengembangkan talenta, kemampuan dan menjadi kekuatan resiliensi. Sebaliknya, jika lemah maka akan menurunkan resiliensi dan kesehatan individu.
d. Optimis
Oxford Dictionary mendefinisikan optimisme sebagai memiliki “harapan dan keyakinan tentang masa depan atau hasil yang sukses dari sesuatu”. Kecenderungan untuk mengambil pandangan positip atau penuh harapan. Kata ini awalnya berasal dari optimal (Latin) yang berarti terbaik. Menjadi optimis, dalam arti khas kata, pada akhirnya berarti mengharapkan hasil terbaik dari situasi tertentu.
Harapan dan optimis berkontribusi terhadap resiliensi sebab keduanya berorientasi pada masa depan. Individu yang penuh dengan harapan dan optimis mampu bangkit kembali dan mampu membuat sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebuah “harapan” akan membantu individu melewati masa- masa sulit. Optimis, akan membantu individu berfikir dan berimajinasi bahwa segala sesuatu akan berjalan dengan baik.
e. Empati
Kemampuan empati merupakan kemampuan untuk melihat dan mengetahui kondisi emosional dan psikologis orang lain. Hal ini termasuk mampu untuk melihat dan mengerti pesan non verbal, ekspresi nada suara dan gerakan tubuh dari orang lain. Individu yang tidak memiliki kemampuan ini tidak dapat menempatkan dirinya pada orang lain dan memprediksi apa yang dirasakan oleh orang lain. Individu yang tidak mampu berempati akan terus terjebak pada karakternya yang tidak resilien karena ia tidak berusaha untuk mencoba meningkatkan diri dengan memahami orang lain.
Musibah dan penderitaan di dunia merupakan sebuah keharusan, siapa pun tidak bisa terlepas darinya. Bahkan, itulah warna-warni kehidupan. Kesabaran dalam menghadapi musibah dan penderitaan merupakan tanda kebenaran dan kejujuran iman seseorang kepada Allah SWT. Sesungguhnya musibah dan penderitaan yang datang bertubi-tubi menerpa hidup manusia merupakan satu ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT. Tidak satu pun di antara kita yang mampu menghalau ketentuan tersebut.
Keimanan, keyakinan tawakkal dan kesabaran yang kokoh sangat dibutuhkan dalam menghadapi badai kehidupan yang menerpa. Sehingga tidak menjadikan kita berburuk sangka kepada Allah SWT. terhadap segala ketentuan-Nya. Oleh karena itu, dalam keadaan apa pun, kita sebagai hamba yang beriman kepada Allah harus senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Dan haruslah diyakini bahwa tidaklah Allah menurunkan berbagai musibah melainkan sebagai ujian atas keimanan yang kita miliki. Sebagaimana Allah berfirman: ‘Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang- orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata: “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.‘ (Al-Baqarah: 214)
Kesabaran merupakan perkara yang sangat dicintai oleh Allah dan sangat dibutuhkan seorang muslim dalam menghadapi musibah dan penderitaan yang dialaminya. Sebagaimana dalam firman-Nya: ‘... Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar ‘(Al-Imran: 146).
Sabar berdasarkan bentuknya menjadi dua macam, kesabaran jasmani dan kesabaran jiwa. Kesabaran jasmani dibagi menjadi dua:
a. Kesabaran jasmani secara sukarela, misalnya sabar dalam melakukan pekerjaan berat atas pilihan dan kehendaknya sendiri
b. Kesabaran jasmani oleh faktor keterpaksaan, misalnya sabar dalam menahan rasa sakit akibat pukulan, sabar menahan penyakit, menahan dingin, panas dan sebagainya.
Sedangkan kesabaran jiwa dibagi menjadi dua macam, yakni:
a. Kesabaran jiwa secara sukarela, misalnya kesabaran menahan diri untuk melakukan perbuatan yang tidak baik berdasarkan pertimbangan syariat agama dan akal.
b. Kesabaran jiwa oleh faktor keterpaksaan, seperti kesabaran berpisah dengan orang yang dikasihi jika cinta terhalang.
Sabar merupakan suatu yang bersifat dinamik. Umat Islam melihat dinamika kesabaran sebagai lingkaran yang berasal dari Allah dan kembali kepada Allah. Dengan sifatnya yang dinamik, sabar bukan sesuatu yang bersifat pasif. Sabar bukanlah tunduk dan patuh tanpa perlawanan dan usaha melainkan perjuangan dan upaya dengan tetap memelihara ketabahan jiwa dan keyakinan akan hasil yang baik. Dalam hal ini, terdapat tanggapan yang kurang tepat tentang kesabaran. Umat Islam yang awam dengan ajaran agamanya memahami arti kata ini secara parsial, yakni hanya menekankan pada aspek kepasrahan di dalam menghadapi kesulitan hidup. Pemahaman mereka cenderung mengarah kepada sikap yang pasif di dalam menerapkan gagasan ini.
Langkah-langkah yang bisa menguatkan kesabaran Berikut ini beberapa tips untuk menguatkan kesabaran seseorang:
a. Hendaknya ia memaklumi faktor yang membangkitkan nafsu birahi terletak pada makanan yang mengandung unsur-unsur pembangkit berdasarkan jenis dan kuantitasnya. Dalam hal ini, hendaknya ia memutuskan untuk mengurangi jenis makanan itu. Jika tidak dapat diatasi, hendaknya ia berpuasa. Sebab, puasa itu melemahkan saluran syahwat dan melumpuhkan ketajamannya, teristimewa jika ia makan secukupnya di waktu sahur.
b. Menjauhkan diri dari berbagai unsur yang dapat menggerakkan hasrat birahi, dalam hal ini adalah menjaga pandangan mata. Dalam hal ini, ia dituntut untuk mengendalikan penglihatan sedapat mungkin, sebab faktor hasrat dan keinginan birahi itu akan menggelora melalui pandangan mata dan menggerakkan hati untuk bernafsu.
c. Menenangkan batin dengan melakukan perbuatan mubah yang dapat menjadi pengganti perbuatan haram. Sebab, segala yang diinginkan oleh hawa nafsu akan dapat tercukupi dengan apa yang dihalalkan Allah.
d. Merenungkan dampak-dampak buruk yang ditimbulkan dari perbuatan melampiaskan hawa nafsu dengan menempuh cara- cara yang tidak halal.
No comments:
Post a Comment