Agama kita mengenal reward dan punishment, seperti dalam sebuah manajemen modern. Reward atau penghargaan, dalam Islam disebut sebagai pahala. Sedangkan punishment atau hukuman, dikenal dengan istilah dosa.
Tetapi, sebagaimana dalam sebuah proses manajemen, kedua cara itu digunakan untuk tujuan kemajuan perusahaan. Bukan sebaliknya.
Demikian pula dalam Islam. Pahala dan dosa adalah salah satu cara yang digunakan oleh 'manajemen' agama kita agar tujuan 'perusahaan' ini tercapai. Siapakah yang mengambil keuntungan jika 'perusahaan' ini baik dan maju? Ternyata kita semua. Para hamba Allah. Bagaimana dengan Allah ? Allah, sebagai pemilik 'perusahaan', sama sekali tidak mengambil keuntungan apa-apa. Karena Dia tidak membutuhkan apa-apa. Allah adalah Dzat Maha Kaya yang memiliki seluruh eksistensi ini. Yang setiap saat telah berada dalam Genggaman-Nya.
Apakah yang disebut pahala? Pahala adalah sebentuk 'penghargaan' yang diberikan Allah kepada kita kalau kita berbuat sesuatu yang membawa 'manfaat'. Manfaat kepada siapa? Manfaat kepada diri kita sendiri dan makhluk-Nya secara kolektif.
Bagaimana dengan Allah? Allah tidak butuh 'manfaat' dari perbuatan kita. Sebaliknya, apakah dosa? Dosa adalah sebentuk 'hukuman' yang diberikan kepada kita karena kita melakukan sesuatu yang membawa 'mudharat' pada diri kita sendiri maupun makhluk-Nya secara kolektif. Bagaimana dengan Allah ? Apakah kita bisa berbuat dosa atau mudharat kepada Allah? Tentu tidak. Karena tidak satu perbuatan pun yang bisa memberikan mudharat kepada Allah.
Jadi, konsep pahala dan dosa itu sepenuhnya berkiblat pada manfaat dan mudharat buat makhluk Allah. Bukan buat Allah. Karena itu, setiap perintah Allah, pasti ujung-ujungnya adalah memberikan manfaat buat kehidupan makhluk-Nya. Sebalilnya, setiap larangan Allah ujung-ujungnya selalu memberikan mudharat kepada makhluk-Nya. Lantas dimana posisi Allah dalam hal ini ? Allah adalah Fasilitator sekaligus Penguasa drama kehidupan ini. Bahkan, Dialah pemilik segala yang ada. Karena itu, sama sekali Dia tidak 'kena dampak' permainan ini. Justru Dialah yang memainkannya.
Bagaimanakah contoh konkretnya? Jika kita berjudi, maka kita berdosa. Apakah dosa ini membawa mudharat pada Allah ? Sama sekali tidak. Judi membawa mudharat pada diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, dan sistem perekonomian negara kita.
Kalau kita berbuat zina, apakah itu juga membawa mudharat pada kita sendiri? Tentu saja, karena zina itu merusak tatanan moral bermasyarakat, menebarkan penyakit fisik dan penyakit kejiwaan, serta mewariskan keturunan dan generast yang berantakan. Demikian juga minuman keras, perampokan dan pencurian, pembunuhan, korupsi, dan lain sebagainya yang dilarang Allah itu, ujung-ujungnya adalah menyebabkan rnudharat buat kehidupan kita sendiri.
Bahkan ketika kita tidak shalat, tidak puasa, atau pun tidak menjalankan peribadatan yang semestinya dilakukan oleh seorang muslim. itu sama sekali tidak membawa mudharat kepada Allah. Mudharatnya akan menimpa diri kita sendiri. Baik sebagai pribadi maupun sebagai manusia kolektif.
Seringkali orang beranggapan salah. Bahwa kalau kita tidak shalat, tidak puasa, maka Allah akan marah kepada kita karena seakan-akan kita tidak menghiraukan Allah sebagai Tuhan. Ini tidak betul, dan cara berpikir yang salah kaprah. Allah sama sekali tidak terganggu Eksistensinya jika seluruh manusia di muka bumi ini tidak menyembah-Nya.
Inti sikap beragama adalah tunduk dan taat kepada Pencipta alam yang Mahaagung dan Mahamulia dan mengakui kekuasaan-Nya yang mutlak. Hanya milik Allahlah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dengan kekuasaan-Nya yang mutlak, Allah berkata, "Kami telah mewasiatkan kepada pemeluk agama- agama samawi dari golongan Ahl al-Kitâb--termasuk juga kalian, umat Islam--untuk selalu takut dan beribadah kepada-Nya, dan tidak kufur. Dialah satu-satunya pemilik kekuasaan terbesar di langit dan di bumi. Dengan kekuasaan Allah, tidak ada sesuatu pun yang tampak ganjil. Dia Mahakaya, tidak membutuhkan kalian. Tetapi, meskipun demikian, Dia selalu memuji keimanan kalian. Dia memang tidak membutuhkan apa-apa tetapi selalu memuji kebajikan yang dilakukan hamba-hamba-Nya
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Milik Allahlah segala yang ada di langit dan di bumi, penciptaan, ukuran dan pengurusannya. Maka bagaimana mungkin mereka meninggalkan ibadah kepada-Nya? Dan sesungguhnya Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ciptaan dan peribadatan mereka kepada-Nya. Dia Maha Terpuji Zat-Nya dan Yang paling berhak untuk dipuji oleh hamba-hamba-Nya. (Qs Luqman : 26)
Pemahaman ini sangat perlu, supaya kita bisa memposisikan dili secara benar di hadapan Allah. Sekali lagi jangan sampai kita menjalani agama ini dengan pikiran bahwa Allah butuh ibadah kita. Sama sekali tidak. Seluruh petunjuk Allah di dalam Al Quran itu adalah demi kebaikan dan keselamatan kita sendiri, di dunia dan di akhirat.
Jika kita tidak menuruti instruksi-instruksi yang dibelikan Al Quran, maka dijamin hidup kita akan amburadul, dan hancur sebelum waktunya. Baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Sebaliknya kalau kita mengikuti saran-saran Al Quran maka hidup kita akan selamat di dunia dan selamat di akhirat.
Nah, dalam konteks inilah. maka yang disebut dosa itu adalah ketika kita tidak mengikuti saran -saran Al Quran dalam menjalani kehidupan ini. Dipastikan kita akan memperoleh mudharat atas perbuatan-perbuatan kita. Sebaliknya, yang disebut pahala itu adalah ketika kita memperoleh manfaat atas perbuatan kita, karena sesuai dengan anjuran Al Quran.
No comments:
Post a Comment