Klip di atas itu pepohonan yang ada di tepi jalan. Itu SettiaBlog ambil di daerah Bojonegoro wilayah timur tapi yang masuk ke desa - desa. Tepatnya di daerah Balen arah ke Selatan. Kalau soal jalannya, di kota SettiaBlog Bojonegoro, sudah mulus semua, sampai ke pelosok jalannya mulus. Alhamdulillah kota SettiaBlog Bojonegoro mulai berbenah dan menata diri. Lagunya sendiri "knockin' on heaven's door" versinya Bob Dylan yang di cover oleh Park Daeun. Kalau makna lagunya c banyak versi, SettiaBlog ambil pemaknaan tentang seseorang yang putus asa karena pengaruh masa lalunya yang kelam. SettiaBlog hanya mengingatkan pada kita semua agar jangan sampai putus asa, karena Allah SWT tidak ridho kepada orang yang putus asa. SettiaBlog sendiri kan juga ndak mungkin ngerti, seseorang itu memiliki masa lalu yang kelam atau tidak, karena mengetahui isi hati seseorang adalah hal yang tidak mungkin tetapi isi hati akan tergambar melalui sikap dan perkataan lho.
Dalam Islam sendiri diajarkan, isi selalu berpengaruh kepada penampilan. Ini merujuk pada sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadis, "Dalam setiap tubuh ada segumpal daging. Jika daging itu baik maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ketahuilah, itu adalah kalbu." (HR Bukhari Muslim).
Kalbu yang dimiliki seseorang akan memengaruhi seluruh tubuhnya. Baik buruknya anggota tubuh merupakan cerminan dari baik buruknya kalbu seseorang. Ibnu Ataillah dalam Kitab Al Hikam menyebutkan, apa yang tampak pada lahiriah seseorang merupakan cerminan dari batiniahnya. Seseorang yang hatinya beriman dan dekat dengan Allah SWT akan terpancar dari tubuhnya. Orang-orang di sekelilingnya bisa menilai dan merasakan bagaimana buruk dan baiknya hati seseorang dengan melihat tingkah laku lahiriahnya. "Sesuatu yang tersembunyi di balik rahasia-rahasia hati dapat terungkap nyata disaksikan dalam realitas kehidupannya," ungkap Ibnu Ataillah dalam Kitab Al Hikam bab ke-28. Ini pulalah alasannya, seseorang tidak dikatakan beriman hatinya sementara tingkah polahnya masih jahiliyah. Tidak mungkin orang yang saleh hatinya, tetapi berakhlak buruk. Rasulullah SAW pernah menyatakan, tidak beriman seseorang yang tidur dalam perut kenyang, sementara tetangganya kelaparan. (HR Thabrani).
Iman di hati dan praktik dengan tingkah laku merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah RA dikatakan, suatu kali Rasulullah SAW pernah melihat seseorang memainkan jenggotnya ketika shalat. Melihat itu, Beliau SAW pun bersabda, "Seandainya hatinya khusyuk maka khusyuk pula anggota badannya." (HR Tirmidzi).
Apa yang terlihat dari tindak-tanduk seseorang semuanya lahir dari hatinya. Rasulullah SAW dapat dengan mudah menilai orang yang tidak khusyuk tersebut. Analoginya sederhana saja. Jika fisiknya bermain-main ketika shalat, sudah dipastikan hatinya juga tengah bermain-main. Karena, apa yang ada pada lahiriah asalnya dari batiniah. Ibarat menilai buah yang sudah matang atau belum, tentu dapat terlihat dari penampilan fisiknya. Dari segi warna, buah yang sudah matang akan berubah dari hijau menjadi kuning. Baunya pun akan semakin sedap untuk disantap. Demikian pula rasanya, akan terasa ranum di lidah. Jadi, interpretasi Islam berlawanan dari pepatah tadi. Dalam Islam, isi akan selalu serupa dengan sampulnya. Pernahkah Anda rasakan, ketika berada di sekitar orang saleh ada nuansa kesejukan dan kedamaian hati? Memang, hal itu dapat didapati dari segolongan orang yang mempunyai aura baik. Jangankan berinteraksi secara langsung dengannya, melihat kepadanya saja hati sudah tenteram. Jangankan bertemu langsung dengannya, mendengar namanya saja hati sudah rindu.
Namun, ada pula mereka yang tampil dengan sosok antagonis. Entah mengapa, hati terasa sesak saja ketika berada didekatnya. Melihat wajahnya saja sudah membuat kesal. Segagah apa pun penampilannya, tetap saja hati menjadi keruh memandangnya. Mengapa bisa sampai sedemikian itu? Inilah yang ingin disampaikan Ibnu Ataillah bahwa penampilan lahiriah adalah cerminan dari batiniah. Jiwa yang tenang akan memancarkan aura yang tenang pula. Hati yang tenteram akan membuat jiwa raga, bahkan orang disekelilingnya terasa tentram pula. Jadi, tidak berlebihan rasanya ketika seorang ulama salaf Yusuf bin Husain berpesan, "Bergaullah dengan orang yang apabila engkau memandangnya, dia akan mengingatkanmu kepada Allah." Yusuf bin Husain berpendapat, setiap orang saleh mempunyai aura kesalehannya. Bahkan, dengan memandangnya saja orang sudah bisa ingat kepada Allah SWT.
Untuk itu kita harus hati-hati juga dengan apa yang kita fikirkan. Apa yang kita fikirkan akan tergambar dari tindakan yang kita lakukan. Bila kita sedih dan tidak bersemangat maka akan terlihat dari sikap. Orang boleh tertawa, semua tertawa namun orang yang bersedih juga akan mengikuti tertawa yang tak lepas atau terpaksa. Hal itu akan terlihat dari sikap dan tindakan kita. Tergambar jelas di raut wajahnya. Jika kita semangat dan bahagia , maka Kitapun akan bahagia. Sukses itu tergantung fikiranmu. Perbaiki fikiranmu, semangatmu agar sukses menghampirimu. Saat kita sedang ngedown segera motivasi diri agar tidak lama mengikuti rasa sedih atau frustasi. Teruslah berusaha agar bisa terus termotivasi dengan memulai hari dengan ucapan-ucapan syukur. Ucapan syukur dimulai saat pagi hari dengan vibrasi positif. Diucapkan bersuara ataupun dalam hati atau bahkan di tulis. Sebanyak-banyaknya. Dimulai dengan kalimat contoh berikut :
1. Alhamdulillah aku bersyukur dibangunkan dari tidur dalam keadaan sehat
2. Alhamdulillah Aku Bersyukur bisa bangun pagi dan sholat Shubuh
Lanjutkan sampai beberapa nomor, sebanyak- banyaknya. Pendidikan banyak senyum, motivasi diri untuk bahagia dengan terus berfikir dan berprasangka positif.
Dalam Islam sendiri diajarkan, isi selalu berpengaruh kepada penampilan. Ini merujuk pada sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadis, "Dalam setiap tubuh ada segumpal daging. Jika daging itu baik maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ketahuilah, itu adalah kalbu." (HR Bukhari Muslim).
Kalbu yang dimiliki seseorang akan memengaruhi seluruh tubuhnya. Baik buruknya anggota tubuh merupakan cerminan dari baik buruknya kalbu seseorang. Ibnu Ataillah dalam Kitab Al Hikam menyebutkan, apa yang tampak pada lahiriah seseorang merupakan cerminan dari batiniahnya. Seseorang yang hatinya beriman dan dekat dengan Allah SWT akan terpancar dari tubuhnya. Orang-orang di sekelilingnya bisa menilai dan merasakan bagaimana buruk dan baiknya hati seseorang dengan melihat tingkah laku lahiriahnya. "Sesuatu yang tersembunyi di balik rahasia-rahasia hati dapat terungkap nyata disaksikan dalam realitas kehidupannya," ungkap Ibnu Ataillah dalam Kitab Al Hikam bab ke-28. Ini pulalah alasannya, seseorang tidak dikatakan beriman hatinya sementara tingkah polahnya masih jahiliyah. Tidak mungkin orang yang saleh hatinya, tetapi berakhlak buruk. Rasulullah SAW pernah menyatakan, tidak beriman seseorang yang tidur dalam perut kenyang, sementara tetangganya kelaparan. (HR Thabrani).
Iman di hati dan praktik dengan tingkah laku merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah RA dikatakan, suatu kali Rasulullah SAW pernah melihat seseorang memainkan jenggotnya ketika shalat. Melihat itu, Beliau SAW pun bersabda, "Seandainya hatinya khusyuk maka khusyuk pula anggota badannya." (HR Tirmidzi).
Apa yang terlihat dari tindak-tanduk seseorang semuanya lahir dari hatinya. Rasulullah SAW dapat dengan mudah menilai orang yang tidak khusyuk tersebut. Analoginya sederhana saja. Jika fisiknya bermain-main ketika shalat, sudah dipastikan hatinya juga tengah bermain-main. Karena, apa yang ada pada lahiriah asalnya dari batiniah. Ibarat menilai buah yang sudah matang atau belum, tentu dapat terlihat dari penampilan fisiknya. Dari segi warna, buah yang sudah matang akan berubah dari hijau menjadi kuning. Baunya pun akan semakin sedap untuk disantap. Demikian pula rasanya, akan terasa ranum di lidah. Jadi, interpretasi Islam berlawanan dari pepatah tadi. Dalam Islam, isi akan selalu serupa dengan sampulnya. Pernahkah Anda rasakan, ketika berada di sekitar orang saleh ada nuansa kesejukan dan kedamaian hati? Memang, hal itu dapat didapati dari segolongan orang yang mempunyai aura baik. Jangankan berinteraksi secara langsung dengannya, melihat kepadanya saja hati sudah tenteram. Jangankan bertemu langsung dengannya, mendengar namanya saja hati sudah rindu.
Namun, ada pula mereka yang tampil dengan sosok antagonis. Entah mengapa, hati terasa sesak saja ketika berada didekatnya. Melihat wajahnya saja sudah membuat kesal. Segagah apa pun penampilannya, tetap saja hati menjadi keruh memandangnya. Mengapa bisa sampai sedemikian itu? Inilah yang ingin disampaikan Ibnu Ataillah bahwa penampilan lahiriah adalah cerminan dari batiniah. Jiwa yang tenang akan memancarkan aura yang tenang pula. Hati yang tenteram akan membuat jiwa raga, bahkan orang disekelilingnya terasa tentram pula. Jadi, tidak berlebihan rasanya ketika seorang ulama salaf Yusuf bin Husain berpesan, "Bergaullah dengan orang yang apabila engkau memandangnya, dia akan mengingatkanmu kepada Allah." Yusuf bin Husain berpendapat, setiap orang saleh mempunyai aura kesalehannya. Bahkan, dengan memandangnya saja orang sudah bisa ingat kepada Allah SWT.
Untuk itu kita harus hati-hati juga dengan apa yang kita fikirkan. Apa yang kita fikirkan akan tergambar dari tindakan yang kita lakukan. Bila kita sedih dan tidak bersemangat maka akan terlihat dari sikap. Orang boleh tertawa, semua tertawa namun orang yang bersedih juga akan mengikuti tertawa yang tak lepas atau terpaksa. Hal itu akan terlihat dari sikap dan tindakan kita. Tergambar jelas di raut wajahnya. Jika kita semangat dan bahagia , maka Kitapun akan bahagia. Sukses itu tergantung fikiranmu. Perbaiki fikiranmu, semangatmu agar sukses menghampirimu. Saat kita sedang ngedown segera motivasi diri agar tidak lama mengikuti rasa sedih atau frustasi. Teruslah berusaha agar bisa terus termotivasi dengan memulai hari dengan ucapan-ucapan syukur. Ucapan syukur dimulai saat pagi hari dengan vibrasi positif. Diucapkan bersuara ataupun dalam hati atau bahkan di tulis. Sebanyak-banyaknya. Dimulai dengan kalimat contoh berikut :
1. Alhamdulillah aku bersyukur dibangunkan dari tidur dalam keadaan sehat
2. Alhamdulillah Aku Bersyukur bisa bangun pagi dan sholat Shubuh
Lanjutkan sampai beberapa nomor, sebanyak- banyaknya. Pendidikan banyak senyum, motivasi diri untuk bahagia dengan terus berfikir dan berprasangka positif.
Bottom Note
Background di Bottom Note ini, embun menempel di rumput, ini SettiaBlog ambil di tepi jalan. Ada beberapa cara untuk mendapatkan ridha Allah SWT:
• Jagalah dan rawat kesucian aqidah/tauhid/keimanan
Di dalam sholat kita sering mengulang-ngulang surat Al Fatihah, salah satunya ayat kelima yang berbunyi:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
Itu adalah janji kita kepada Allah SWT, Allah itu ridha kepada orang-orang yang hanya menghamba kepada-NYA. Dalam kehidupan pasti setiap orang mempunyai masalah baik kelebihan ataupun kondisi kekurangan. Maka orang-orang yang senantiasa menjaga aqidahnya pasti akan mengadukan semua itu hanya kepada Allah tidak kepada selain-NYA.
• Menjadi penolong agama Allah.
Dengan mempelajari Al-Qur’an, menyeru manusia kejalan kabaikan itu adalah contoh diantaranya menolong agama Allah sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
• Bersungguh-sungguh dan ikhlas dalam beramal
Didalam QS. Al-Bayyinah ayat 5 disebutkan bahwa
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Kita harus ikhlas dalam mena’ati perintah Allah dengan menjalankan perintah-perintah Allah, seperti : melaksanakan sholat, menunaikan zakat serta jalan yang lurus artinya jauh dari kesyirikkan dan kesesatan. Dalam kehidupan keseharian kita, yang sudah menjadi orang tua wajib mendidik keluarga dengan sungguh-sungguh dengan cara yang terbaik. Dan ini merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah SWT.
• Kendalikan hawa nafsu
Dalam diri manusia ada dua dorongan nafsu yang saling tarik menarik dari awal hidup sampai dengan kita mati. Yaitu dorongan nafsu baik dan nafsu buruk. Jika kita ingin mendapatkan ridha Allah, maka kita harus berjuang untuk mengendalikan nafsu buruk yang telah melekat pada diri kita.
(QS. An-Naz’iat: 40-41)
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).
No comments:
Post a Comment