Klip "What I Like About You" di atas milik Poison. Ini untuk ngasih semangat teman - teman SettiaBlog, khususnya Mas Andi yang lagi Ulang Tahun. Liriknya sendiri tentang alasan yang membuat kita menyukai sesuatu. Selera dan aksi kita didorong oleh kekuatan biologis yang tersembunyi. Selera mungkin menjadi faktor terbesar dalam membentuk jati diri kita. Baik dalam hal makanan, minuman, pasangan, atau pilihan politik, selera mencerminkan identitas kita. Jadi wajar jika SettiaBlog beranggapan bahwa kesukaan atau ketidaksukaan dibentuk melalui pertimbangan matang dan pengambilan keputusan yang rasional melalui beberapa pilihan yang SettiaBlog tentukan sendiri. Begitu juga dengan orang - orang menyukai Anda atau tidak, tentu ada alasannya dan Andalah yang menentukannya.
Merasa terkucilkan? Mungkin Anda harus mengubah diri agar bisa disukai. Karena ternyata, menjadi orang yang lebih disukai itu sebenarnya lebih mudah daripada yang kita kira. Ada banyak penelitian tentang ciri-ciri dan perilaku-perilaku yang membuat orang lebih disukai. Semuanya bisa melakukannya secara diam-diam mengubah pribadi Anda jauh lebih baik dan menyenangkan.
1. Memegang Benda Hangat
Suatu penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science menengarai bahwa kehangatan fisik berkaitan dengan persepsi kehangatan antar pribadi (interpersonal). Dalam penelitian kecil tersebut, sebanyak 41 mahasiswa diminta untuk memegang secangkir kopi panas atau secangkir kopi es. Kemudian semua peserta membaca deskripsi hipotesis tentang kepribadian seseorang dan menilai kepribadian itu berdasarkan beberapa ciri, termasuk kehangatan. Terbukti, para peserta yang memegang kopi panas menilai individu itu lebih tinggi untuk kehangatan daripada para peserta yang memegang kopi es, walaupun mereka semua memberi penilaian mirip untuk ciri-ciri lain. Pengalaman dengan suhu fisik itu sendiri berdampak kepada kesan dan perilaku prososial terhadap orang lain, tanpa kesadaran orang akan pengaruh-pengaruh itu.
2. Bicara Dalam Nada Tinggi
Secara teknis, mungkin kita bisa melakukan kiat yang satu ini agar berhasil. Tapi, ternyata ini bukan semata-mata tentang apa yang kita katakan, melainkan bagaimana kita mengatakannya. Pria dan wanita yang berbicara dalam nada yang lebih tinggi dipandang lebih disukai dan dipercaya. Para peneliti mengamati adanya hubungan antara tinggi nada pembicara dan nilai-nilai yang diraihnya.
3. Gaya Pakaian
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal European Journal of Personality terungkap bahwa orang yang ekstrovert dan berpusat pada diri sendiri dianggap sebagai lebih disukai. Sebanyak 73 mahasiswa tingkat pertama di Jerman yang saling tidak mengenal bergantian memperkenalkan diri kepada kelompok. Perkenalan hanya berlangsung selama beberapa detik, dan semua peserta menilainya menurut beberapa hal, misalnya, "Menurutmu, seberapa disukaikah orang ini?" Para peneliti menggali lebih dalam untuk mengerti mengapa mereka yang ekstrovert dan orang-orang yang berpusat pada diri sendiri dianggap lebih disukai. Ternyata, salah satu alasan dua kelompok itu dianggap lebih disukai adalah karena keduanya "memiliki penampilan yang lebih bergaya."
4. Percaya Diri dan Berenergi
Penelitian yang sama dengan di atas mendapati bahwa hal disukainya seseorang juga bergantung kepada "kecepatan dan energi pergerakan tubuh peserta" dan "keyakinan diri pergerakan-pergerakan tubuh itu." Namun perlu dicatat bahwa "keaslian isi" dalam perkenalan diri oleh peserta juga berperan, tapi tanda-tanda nonverbal mungkin lebih berarti daripada yang kita duga.
5. Meniru Orang yang Bersama Kita
Strategi ini disebut dengan cerminan (mirroring) dan melibatkan peniruan tak kentara terhadap perilaku orang lain yang sedang bersama dengan kita. Ketika berbicara dengan orang lain, cobalah meniru bahasa tubuh, gestur, dan ekspresi wajahnya. Para peneliti New York University mendokumentasikan "dampak bunglon" yang terjadi ketika orang-orang secara tidak sadar saling meniru perilaku sesamanya. Peniruan itu membantu rasa menyukai. Para peneliti meminta 72 pria dan wanita untuk mengerjakan tugas besama dengan seorang rekan. Sambil direkam oleh para peneliti, rekan-rekan mereka (yang bekerja untuk para peneliti) ada yang meniru dan ada juga yang tidak meniru perilaku peserta. Di ujung interaksinya, para peneliti meminta para peserta untuk menilai seberapa mereka menyukai rekan-rekan mereka. Ternyata, para peserta lebih berkemungkinan mengatakan menyukai rekan mereka yang telah meniru perilaku si peserta.
6. Meluangkan Waktu dengan Orang yang Ingin Dijadikan Teman
Berdasarkan dampak paparan-kebiasaan, orang cenderung menyukai orang lain yang familiar dengan dirinya. Dalam suatu contoh fenomena ini, para ahli psikologi University of Pittsburgh meminta 4 wanita untuk berpura-pura menjadi mahasiswi dalam sebuah kelas kuliah psikologi. Masing-masing wanita itu hadir dalam kuliah dalam jumlah yang berbeda. Ketika para peneliti menunjukkan foto 4 wanita itu kepada 130 mahasiswa, mereka menunjukan kedekatan yang lebih kepada wanita-wanita yang lebih sering mereka lihat di kelas walaupun tidak pernah berinteraksi dengan wanita-wanita itu.
7. Sentuhan Kasual pada Rekan Bicara
Sentuhan subliminal terjadi ketika kita menyentuh seseorang dengan sangat tidak kentara sehingga mereka hampir tidak menyadarinya. Contoh paling lazim adalah tepukan punggung seseorang atau sentuhan pada lengan yang bisa membuat mereka menjadi lebih hangat kepada kita. Dalam sebuah penelitian di Prancis yang terbit dalam jurnal Social Influence, kaum pria muda ditugaskan berdiri di pojok-pojok jalan dan berbicara kepada para wanita yang melintas. Eksperimen itu berrjalan selama 3 minggu dan melibatkan 120 wanita. Hasilnya, beberapa pria memiliki angka kesuksesan dua kali lipat dalam memulai obrolan ketika secara ringan menyentuh lengan si wanita ketika mereka mengobrol dibandingkan dengan yang tidak melakukannya sama sekali. Sebuah eksprimen oleh University of Mississippi dan Rhodes College meneliti dampak sentuhan antar orang (interpersonal) untuk pemberian tip di restoran. Beberapa pramujasi ditugaskan untuk secara singkat menyentuh tangan atau bahu pelanggan ketika memberikan uang kembalian. Ternyata, para pramusaji yang melakukan hal tersebut meraup jauh lebih banyak tip daripada para pramusaji yang tidak menyentuh para pelanggan mereka.
8. Senyum
Dalam suatu penelitian University of Wyoming, sekitar 100 mahasiswi S1 melihat foto-foto seorang wanita lain dalam 1 di antara 4 gaya, yaitu senyum dalam posisi tubuh membuka, senyum dalam posisi tubuh menutup, tidak senyum dalam posisi tubuh membuka, dan tidak senyum dalam posisi tubuh menutup. Hasilnya menengarai bahwa wanita yang ada dalam foto paling disukai ketika ia tersenyum, tidak tergantung kepada posisi tubuhnya – membuka atau menutup. Dalam penelitian yang lebih baru, para peneliti di Stanford University dan University of Duisburg-Essen mendapati bahwa para mahasiswa yang berinteraksi satu sama lain melalui avatar merasa lebih positif tentang interaksi itu ketika avatar-nya menampilkan senyum yang lebih lebar.
9. Biarkan Orang Lain Bicara
Secara umum, orang menghargai seorang pendengar yang baik. Dalam sebuah penelitian, para peneliti meminta para peserta duduk dalam mesin fMRI dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan tentang pendapatnya ataupun pendapat orang lain. Para peserta diminta untuk membawa seorang teman atau anggota keluarga ke eksperimen dan pengiring itu duduk di luar mesin fMRI. Dalam beberapa kasus, para peserta diberitahu bahwa tanggapan-tanggapan mereka akan dibagikan kepada teman atau kerabat. Dalam beberapa kasus lain, tanggapan mereka tidak diteruskan ke siapapun. Hasilnya menunjukkan bahwa kawasan-kawasan otak yang berkaitan dengan motivasi dan ganjaran menjadi paling aktif ketika para peserta berbagi informasi secara publik, tapi juga aktif ketika mereka bicara tentang dirinya walau tidak ada yang mendengarkan. Dengan kata lain, membiarkan orang lain membagikan satu atau dua kisah tentang hidupnya daripada kita sibuk bicara tentang kisah kita, dapat memberi kenangan yang lebih positif dalam interaksi.
Dan yang tak kalah pentingnya dari sikap di atas adalah memunculkan inner beauty. adalah kecantikan dalam yang terpantul keluar dalam wujud sikap-sikap positif. Kecantikan berarti suasana batin yang mendorong seseorang menerima sesuatu dengan sepenuh hati, karena telah tertanam rasa suka dalam jiwa. Lalu apa yang dimaksud dengan inner beauty dalam pandangan Islam ? Al-Qur’an menggunakan berbagai macam kata untuk mengungkapkan kecantikan, di antaranya Al-Jamal, Al-Husn, Al-Bahjah dan Al-Jinah. Al-Qur’an menggunakan kata Al-Jamal sebanyak delapan kali yang semuanya berbicara dalam konteks akhlak, kecuali dalam Surat An-Nahl ayat 6 :
“Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan”. (Q.S. An-Nahl : 6)
Sementara yang lain terdapat dalam Surat Yusuf ayat 18 dan 83 yang berbicara tentang “kesabaran yang baik”. Dalam Surat Al- Hijr ayat 85 yang berbicara tentang “cara memaafkan yang baik”. Dalam Surat Al-Ahzab ayat 28 dan 49 yang berbicara tentang “cara menceraikan yang baik”. Dalam Surat Al-Ma’arif ayat 5 yang berbicara tentang “perintah untuk bersabar dengan baik”. Semuanya berbicara dalam konteks akhlak.
Kata Al-Husn banyak sekali dijumpai dalam Al-Qur’an dengan bentuk kata yang berbeda-beda. Kata tersebut dipakai untuk menunjukkan kebaikan rupa maupun perilaku. Namun kecantikan fisik yang mencakup kecantikan raut muka dan tubuh tidak tersebut dalam Al-Qur’an, kecuali hanya dua kali saja.
Pertama, manakala Allah SWT mengingatkan Rasul-Nya agar tidak terlena oleh fenomena luar dari orang-orang munafik. Dan apa yang tampak di mata dalam banyak hal tidak mengisyaratkan kebenaran. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Munafiqun ayat 4 :
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?”. (Q.S. Al-Munafiqun : 4)
Kedua, adalah tatkala Allah berbicara pada Rasul-Nya dalam Surat Al- Ahzab ayat 52. Allah berfirman :
“Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) menggantikan mereka dengan istri-istri (yang lain) meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu”. (Q.S. Al-Ahzab : 52)
Maksud dari kata husnuhunna di sini adalah keelokan wanita, keindahan raut muka atau tindakan tubuh secara umum. Namun tatkala Allah menyebutkan kecantikan dalam Al-Qur’an, sesungguhnya Allah menyebutkan sifat bidadari surga :
“Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik”. (Q.S. Al-Rahman : 70)
Meskipun begitu kata “yang baik-baik” didahulukan daripada kata “yang cantik-cantik”. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa wanita yang baik (yang memiliki sifat-sifat terpuji) lebih utama dari wanita yang hanya memiliki kecantikan fisik saja. Allah SWT tidak menetapkan keindahan lahiriah dan fisik sebagai standar untuk menilai manusia. Tentang hal ini Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupamu dan hartamu tetapi dia melihat amal perbuatanmu dan hatimu”. (HR. Ibnu Majah)
Isi hadits di atas sangat jelas menerangkan bahwa kecantikan lahiriah tidak ada harganya di mata Allah jika tidak disertai kecantikan hati, kedudukan dan jabatan yang tinggi serta harta benda yang melimpah tidak ada nilainya di hadapan Allah jika tanpa disertai akhlak dan amal perbuatan yang mulia. Sesungguhnya Allah telah menentukan standar lain untuk memuliakan hambanya yaitu orang yang bertaqwa yang mempunyai kemuliaan hati dan keluhuran akhlak.
Bagi Allah yang Maha Bijaksana, hati merupakan inti kepribadian manusia yang pantas untuk dijadikan petunjuk tentang diri seseorang. Jika hati seseorang baik, bersih dan hidup, maka baiklah pribadinya. Sebaliknya bila hati itu rusak, kotor bahkan berpenyakit, maka buruklah pribadi manusia yang memilikinya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya :
“Sungguhnya dalam hati manusia itu ada segumpal darah, jika sehat, sehatlah seluruh tubuhnya. Jika rusak, rusaklah seluruh tubuhnya. Segumpal darah itu hati”.
Menyimak hadits di atas, membuat mereka yang berwajah pas-pasan termotivasi untuk mempercantik diri dengan biaya murah, yaitu dengan mempercantik hati, yang terpenting adalah adanya kemauan dan kesungguhan. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu”. (Q.S. Al-Hujurat : 13)
Alangkah indahnya ayat tersebut, bagi Allah SWT, segala perangkat atau atribut dunia, baik kebangsaan, kesarjanaan, kekayaan dan kedudukan tidaklah berarti. Cukuplah seseorang itu melakukan “make up” bagi hatinya dengan taqwa. Niscaya dengan demikian ia akan mampu merebut posisi penting di hadapan Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW memerintahkan kepada seluruh umatnya agar selalu bertaqwa dimanapun berada dan bergaul dengan sesamanya dengan akhlak yang baik. Sebagaimana sabda beliau :
“Bertaqwalah kepada Allah dimanapun berada dan ikutilah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”. (H.R. Tirmidzi)
Demikianlah komitmen Nabi Muhammad sebagai Rasul penyeru kebajikan. Akhlak terpuji atau budi pekerti luhur (positive attitudes) yang melekat pada diri beliau telah mengantarkannya mencapai derajat kemuliaan di hadapan-Nya. Juga di tengah-tengah umat manusia, karena sesungguhnya Rasulullah SAW diutus di dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana sabdanya :
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang bagus”. (HR. Ahmad Bin Hambal)
Selain diperintah untuk bertaqwa dan berhias dengan akhlak yang baik, manusia juga diperintah untuk menuntut ilmu dan mengembangkan akal demi menggapai ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah SAW :
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)
Perintah untuk menuntut ilmu tersebut tidak hanya ditujukan kepada kaum pria saja tetapi juga kepada kaum wanita. Sejak hari pertama perjalanan Islam, wanita muslimah pada masyarakat Islam pada saat itu telah mengenal kedudukan ilmu. Mereka sadar betul kedudukan wanita sama dengan kedudukan pria dalam menuntut ilmu. Sehingga pada suatu ketika ada beberapa wanita yang datang kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata :
“Ya Rasulullah, kami tidak mendapatkan peluang untuk belajar di majlismu yang dipenuhi kaum laki-laki, maka berilah kami kesempatan agar kami dapat belajar darimu pada kesempatan itu”.
Kemudian Rasulullah SAW menjawab :
“Bagianmu adalah di rumah Si Anu”.
Maka beliau datang kepada mereka (kaum wanita) pada hari dan tempat yang telah dijanjikan dan beliau mengajar mereka. Dari riwayat di atas terlihat, bahwa setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan wajib mengisi hidupnya dengan pengetahuan, tidak terbatas pada baca tulis, melainkan dengan ilmu. Khususnya bagi wanita, Nabi menandaskan bahwa mereka hendaknya diberikan pelajaran-pelajaran lain sebanyak mungkin, selama tidak keluar dari kodratnya, hal tersebut sangat dianjurkan oleh agama.
Setelah mempelajari semuanya, wanita mesti kembali memperhatikan kewajiban pokoknya mengurus rumah tangga dan mendidik putra-putrinya. Dengan seperangkat ilmu itulah wanita membenahi kepribadiannya. Dengan ilmu pula wanita memperoleh derajat kemuliaan di sisi Allah SWT. Juga di mata manusia lainnya. Derajat tersebut seperti yang dijanjikan oleh-Nya sebagai berikut :
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (Q.S. Al-Mujadilah : 11)
Dan firman-Nya :
“Katakan, adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu ?” (Q.S. Az-Zumar : 9)
Demikianlah keutamaan ilmu dalam pandangan Islam. Manfaatnya bukan menjadi dominasi pemiliknya, melainkan juga bagi orang lain yang belum mempunyai pengetahuan, yang belajar darinya. Allah SWT berfirman :
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu mengetahuinya”. (Q.S. An-Nahl : 43)
Selain diperintah untuk menjaga hati, berakhlak mulia dan menuntut ilmu serta berusaha untuk memperluas wawasan, kaum wanita juga dianjurkan untuk memelihara ruh dan jiwanya. Dengan mencermati ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi tersebut di atas, kiranya cukup jelas bahwa Islam sangat menekankan arti penting kecantikan hakiki, yaitu kecantikan yang memiliki makna lebih luas dan mendalam, bukan sekedar pesona jasmani. Kecantikan itu adalah ketaqwaan, kebersihan hati dan jiwa, tingkah laku (sifat positif) dan keluasan cakrawala berfikir. Adapun wanita yang memiliki kecantikan hakiki adalah wanita yang disebut wanita shalihah, wanita yang mampu menghadirkan pesona dan kebahagiaan hati yang menjadi perhiasan dunia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah”. (HR. Ibnu Majah)
Dengan demikian jelas bahwa Islamlah penganjur inner beauty. Islam menganjurkan kepada para wanita agar memiliki “inner beauty” dengan cara menuntut ilmu dan berusaha memperluas wawasannya, membersihkan jiwa dan hatinya serta berhias dengan keluhuran tingkah laku.
Merasa terkucilkan? Mungkin Anda harus mengubah diri agar bisa disukai. Karena ternyata, menjadi orang yang lebih disukai itu sebenarnya lebih mudah daripada yang kita kira. Ada banyak penelitian tentang ciri-ciri dan perilaku-perilaku yang membuat orang lebih disukai. Semuanya bisa melakukannya secara diam-diam mengubah pribadi Anda jauh lebih baik dan menyenangkan.
1. Memegang Benda Hangat
Suatu penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science menengarai bahwa kehangatan fisik berkaitan dengan persepsi kehangatan antar pribadi (interpersonal). Dalam penelitian kecil tersebut, sebanyak 41 mahasiswa diminta untuk memegang secangkir kopi panas atau secangkir kopi es. Kemudian semua peserta membaca deskripsi hipotesis tentang kepribadian seseorang dan menilai kepribadian itu berdasarkan beberapa ciri, termasuk kehangatan. Terbukti, para peserta yang memegang kopi panas menilai individu itu lebih tinggi untuk kehangatan daripada para peserta yang memegang kopi es, walaupun mereka semua memberi penilaian mirip untuk ciri-ciri lain. Pengalaman dengan suhu fisik itu sendiri berdampak kepada kesan dan perilaku prososial terhadap orang lain, tanpa kesadaran orang akan pengaruh-pengaruh itu.
2. Bicara Dalam Nada Tinggi
Secara teknis, mungkin kita bisa melakukan kiat yang satu ini agar berhasil. Tapi, ternyata ini bukan semata-mata tentang apa yang kita katakan, melainkan bagaimana kita mengatakannya. Pria dan wanita yang berbicara dalam nada yang lebih tinggi dipandang lebih disukai dan dipercaya. Para peneliti mengamati adanya hubungan antara tinggi nada pembicara dan nilai-nilai yang diraihnya.
3. Gaya Pakaian
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal European Journal of Personality terungkap bahwa orang yang ekstrovert dan berpusat pada diri sendiri dianggap sebagai lebih disukai. Sebanyak 73 mahasiswa tingkat pertama di Jerman yang saling tidak mengenal bergantian memperkenalkan diri kepada kelompok. Perkenalan hanya berlangsung selama beberapa detik, dan semua peserta menilainya menurut beberapa hal, misalnya, "Menurutmu, seberapa disukaikah orang ini?" Para peneliti menggali lebih dalam untuk mengerti mengapa mereka yang ekstrovert dan orang-orang yang berpusat pada diri sendiri dianggap lebih disukai. Ternyata, salah satu alasan dua kelompok itu dianggap lebih disukai adalah karena keduanya "memiliki penampilan yang lebih bergaya."
4. Percaya Diri dan Berenergi
Penelitian yang sama dengan di atas mendapati bahwa hal disukainya seseorang juga bergantung kepada "kecepatan dan energi pergerakan tubuh peserta" dan "keyakinan diri pergerakan-pergerakan tubuh itu." Namun perlu dicatat bahwa "keaslian isi" dalam perkenalan diri oleh peserta juga berperan, tapi tanda-tanda nonverbal mungkin lebih berarti daripada yang kita duga.
5. Meniru Orang yang Bersama Kita
Strategi ini disebut dengan cerminan (mirroring) dan melibatkan peniruan tak kentara terhadap perilaku orang lain yang sedang bersama dengan kita. Ketika berbicara dengan orang lain, cobalah meniru bahasa tubuh, gestur, dan ekspresi wajahnya. Para peneliti New York University mendokumentasikan "dampak bunglon" yang terjadi ketika orang-orang secara tidak sadar saling meniru perilaku sesamanya. Peniruan itu membantu rasa menyukai. Para peneliti meminta 72 pria dan wanita untuk mengerjakan tugas besama dengan seorang rekan. Sambil direkam oleh para peneliti, rekan-rekan mereka (yang bekerja untuk para peneliti) ada yang meniru dan ada juga yang tidak meniru perilaku peserta. Di ujung interaksinya, para peneliti meminta para peserta untuk menilai seberapa mereka menyukai rekan-rekan mereka. Ternyata, para peserta lebih berkemungkinan mengatakan menyukai rekan mereka yang telah meniru perilaku si peserta.
6. Meluangkan Waktu dengan Orang yang Ingin Dijadikan Teman
Berdasarkan dampak paparan-kebiasaan, orang cenderung menyukai orang lain yang familiar dengan dirinya. Dalam suatu contoh fenomena ini, para ahli psikologi University of Pittsburgh meminta 4 wanita untuk berpura-pura menjadi mahasiswi dalam sebuah kelas kuliah psikologi. Masing-masing wanita itu hadir dalam kuliah dalam jumlah yang berbeda. Ketika para peneliti menunjukkan foto 4 wanita itu kepada 130 mahasiswa, mereka menunjukan kedekatan yang lebih kepada wanita-wanita yang lebih sering mereka lihat di kelas walaupun tidak pernah berinteraksi dengan wanita-wanita itu.
7. Sentuhan Kasual pada Rekan Bicara
Sentuhan subliminal terjadi ketika kita menyentuh seseorang dengan sangat tidak kentara sehingga mereka hampir tidak menyadarinya. Contoh paling lazim adalah tepukan punggung seseorang atau sentuhan pada lengan yang bisa membuat mereka menjadi lebih hangat kepada kita. Dalam sebuah penelitian di Prancis yang terbit dalam jurnal Social Influence, kaum pria muda ditugaskan berdiri di pojok-pojok jalan dan berbicara kepada para wanita yang melintas. Eksperimen itu berrjalan selama 3 minggu dan melibatkan 120 wanita. Hasilnya, beberapa pria memiliki angka kesuksesan dua kali lipat dalam memulai obrolan ketika secara ringan menyentuh lengan si wanita ketika mereka mengobrol dibandingkan dengan yang tidak melakukannya sama sekali. Sebuah eksprimen oleh University of Mississippi dan Rhodes College meneliti dampak sentuhan antar orang (interpersonal) untuk pemberian tip di restoran. Beberapa pramujasi ditugaskan untuk secara singkat menyentuh tangan atau bahu pelanggan ketika memberikan uang kembalian. Ternyata, para pramusaji yang melakukan hal tersebut meraup jauh lebih banyak tip daripada para pramusaji yang tidak menyentuh para pelanggan mereka.
8. Senyum
Dalam suatu penelitian University of Wyoming, sekitar 100 mahasiswi S1 melihat foto-foto seorang wanita lain dalam 1 di antara 4 gaya, yaitu senyum dalam posisi tubuh membuka, senyum dalam posisi tubuh menutup, tidak senyum dalam posisi tubuh membuka, dan tidak senyum dalam posisi tubuh menutup. Hasilnya menengarai bahwa wanita yang ada dalam foto paling disukai ketika ia tersenyum, tidak tergantung kepada posisi tubuhnya – membuka atau menutup. Dalam penelitian yang lebih baru, para peneliti di Stanford University dan University of Duisburg-Essen mendapati bahwa para mahasiswa yang berinteraksi satu sama lain melalui avatar merasa lebih positif tentang interaksi itu ketika avatar-nya menampilkan senyum yang lebih lebar.
9. Biarkan Orang Lain Bicara
Secara umum, orang menghargai seorang pendengar yang baik. Dalam sebuah penelitian, para peneliti meminta para peserta duduk dalam mesin fMRI dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan tentang pendapatnya ataupun pendapat orang lain. Para peserta diminta untuk membawa seorang teman atau anggota keluarga ke eksperimen dan pengiring itu duduk di luar mesin fMRI. Dalam beberapa kasus, para peserta diberitahu bahwa tanggapan-tanggapan mereka akan dibagikan kepada teman atau kerabat. Dalam beberapa kasus lain, tanggapan mereka tidak diteruskan ke siapapun. Hasilnya menunjukkan bahwa kawasan-kawasan otak yang berkaitan dengan motivasi dan ganjaran menjadi paling aktif ketika para peserta berbagi informasi secara publik, tapi juga aktif ketika mereka bicara tentang dirinya walau tidak ada yang mendengarkan. Dengan kata lain, membiarkan orang lain membagikan satu atau dua kisah tentang hidupnya daripada kita sibuk bicara tentang kisah kita, dapat memberi kenangan yang lebih positif dalam interaksi.
Dan yang tak kalah pentingnya dari sikap di atas adalah memunculkan inner beauty.
“Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan”. (Q.S. An-Nahl : 6)
Sementara yang lain terdapat dalam Surat Yusuf ayat 18 dan 83 yang berbicara tentang “kesabaran yang baik”. Dalam Surat Al- Hijr ayat 85 yang berbicara tentang “cara memaafkan yang baik”. Dalam Surat Al-Ahzab ayat 28 dan 49 yang berbicara tentang “cara menceraikan yang baik”. Dalam Surat Al-Ma’arif ayat 5 yang berbicara tentang “perintah untuk bersabar dengan baik”. Semuanya berbicara dalam konteks akhlak.
Kata Al-Husn banyak sekali dijumpai dalam Al-Qur’an dengan bentuk kata yang berbeda-beda. Kata tersebut dipakai untuk menunjukkan kebaikan rupa maupun perilaku. Namun kecantikan fisik yang mencakup kecantikan raut muka dan tubuh tidak tersebut dalam Al-Qur’an, kecuali hanya dua kali saja.
Pertama, manakala Allah SWT mengingatkan Rasul-Nya agar tidak terlena oleh fenomena luar dari orang-orang munafik. Dan apa yang tampak di mata dalam banyak hal tidak mengisyaratkan kebenaran. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Munafiqun ayat 4 :
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?”. (Q.S. Al-Munafiqun : 4)
Kedua, adalah tatkala Allah berbicara pada Rasul-Nya dalam Surat Al- Ahzab ayat 52. Allah berfirman :
“Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) menggantikan mereka dengan istri-istri (yang lain) meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu”. (Q.S. Al-Ahzab : 52)
Maksud dari kata husnuhunna di sini adalah keelokan wanita, keindahan raut muka atau tindakan tubuh secara umum. Namun tatkala Allah menyebutkan kecantikan dalam Al-Qur’an, sesungguhnya Allah menyebutkan sifat bidadari surga :
“Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik”. (Q.S. Al-Rahman : 70)
Meskipun begitu kata “yang baik-baik” didahulukan daripada kata “yang cantik-cantik”. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa wanita yang baik (yang memiliki sifat-sifat terpuji) lebih utama dari wanita yang hanya memiliki kecantikan fisik saja. Allah SWT tidak menetapkan keindahan lahiriah dan fisik sebagai standar untuk menilai manusia. Tentang hal ini Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupamu dan hartamu tetapi dia melihat amal perbuatanmu dan hatimu”. (HR. Ibnu Majah)
Isi hadits di atas sangat jelas menerangkan bahwa kecantikan lahiriah tidak ada harganya di mata Allah jika tidak disertai kecantikan hati, kedudukan dan jabatan yang tinggi serta harta benda yang melimpah tidak ada nilainya di hadapan Allah jika tanpa disertai akhlak dan amal perbuatan yang mulia. Sesungguhnya Allah telah menentukan standar lain untuk memuliakan hambanya yaitu orang yang bertaqwa yang mempunyai kemuliaan hati dan keluhuran akhlak.
Bagi Allah yang Maha Bijaksana, hati merupakan inti kepribadian manusia yang pantas untuk dijadikan petunjuk tentang diri seseorang. Jika hati seseorang baik, bersih dan hidup, maka baiklah pribadinya. Sebaliknya bila hati itu rusak, kotor bahkan berpenyakit, maka buruklah pribadi manusia yang memilikinya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya :
“Sungguhnya dalam hati manusia itu ada segumpal darah, jika sehat, sehatlah seluruh tubuhnya. Jika rusak, rusaklah seluruh tubuhnya. Segumpal darah itu hati”.
Menyimak hadits di atas, membuat mereka yang berwajah pas-pasan termotivasi untuk mempercantik diri dengan biaya murah, yaitu dengan mempercantik hati, yang terpenting adalah adanya kemauan dan kesungguhan. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu”. (Q.S. Al-Hujurat : 13)
Alangkah indahnya ayat tersebut, bagi Allah SWT, segala perangkat atau atribut dunia, baik kebangsaan, kesarjanaan, kekayaan dan kedudukan tidaklah berarti. Cukuplah seseorang itu melakukan “make up” bagi hatinya dengan taqwa. Niscaya dengan demikian ia akan mampu merebut posisi penting di hadapan Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW memerintahkan kepada seluruh umatnya agar selalu bertaqwa dimanapun berada dan bergaul dengan sesamanya dengan akhlak yang baik. Sebagaimana sabda beliau :
“Bertaqwalah kepada Allah dimanapun berada dan ikutilah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”. (H.R. Tirmidzi)
Demikianlah komitmen Nabi Muhammad sebagai Rasul penyeru kebajikan. Akhlak terpuji atau budi pekerti luhur (positive attitudes) yang melekat pada diri beliau telah mengantarkannya mencapai derajat kemuliaan di hadapan-Nya. Juga di tengah-tengah umat manusia, karena sesungguhnya Rasulullah SAW diutus di dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana sabdanya :
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang bagus”. (HR. Ahmad Bin Hambal)
Selain diperintah untuk bertaqwa dan berhias dengan akhlak yang baik, manusia juga diperintah untuk menuntut ilmu dan mengembangkan akal demi menggapai ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah SAW :
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)
Perintah untuk menuntut ilmu tersebut tidak hanya ditujukan kepada kaum pria saja tetapi juga kepada kaum wanita. Sejak hari pertama perjalanan Islam, wanita muslimah pada masyarakat Islam pada saat itu telah mengenal kedudukan ilmu. Mereka sadar betul kedudukan wanita sama dengan kedudukan pria dalam menuntut ilmu. Sehingga pada suatu ketika ada beberapa wanita yang datang kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata :
“Ya Rasulullah, kami tidak mendapatkan peluang untuk belajar di majlismu yang dipenuhi kaum laki-laki, maka berilah kami kesempatan agar kami dapat belajar darimu pada kesempatan itu”.
Kemudian Rasulullah SAW menjawab :
“Bagianmu adalah di rumah Si Anu”.
Maka beliau datang kepada mereka (kaum wanita) pada hari dan tempat yang telah dijanjikan dan beliau mengajar mereka. Dari riwayat di atas terlihat, bahwa setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan wajib mengisi hidupnya dengan pengetahuan, tidak terbatas pada baca tulis, melainkan dengan ilmu. Khususnya bagi wanita, Nabi menandaskan bahwa mereka hendaknya diberikan pelajaran-pelajaran lain sebanyak mungkin, selama tidak keluar dari kodratnya, hal tersebut sangat dianjurkan oleh agama.
Setelah mempelajari semuanya, wanita mesti kembali memperhatikan kewajiban pokoknya mengurus rumah tangga dan mendidik putra-putrinya. Dengan seperangkat ilmu itulah wanita membenahi kepribadiannya. Dengan ilmu pula wanita memperoleh derajat kemuliaan di sisi Allah SWT. Juga di mata manusia lainnya. Derajat tersebut seperti yang dijanjikan oleh-Nya sebagai berikut :
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (Q.S. Al-Mujadilah : 11)
Dan firman-Nya :
“Katakan, adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu ?” (Q.S. Az-Zumar : 9)
Demikianlah keutamaan ilmu dalam pandangan Islam. Manfaatnya bukan menjadi dominasi pemiliknya, melainkan juga bagi orang lain yang belum mempunyai pengetahuan, yang belajar darinya. Allah SWT berfirman :
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu mengetahuinya”. (Q.S. An-Nahl : 43)
Selain diperintah untuk menjaga hati, berakhlak mulia dan menuntut ilmu serta berusaha untuk memperluas wawasan, kaum wanita juga dianjurkan untuk memelihara ruh dan jiwanya. Dengan mencermati ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi tersebut di atas, kiranya cukup jelas bahwa Islam sangat menekankan arti penting kecantikan hakiki, yaitu kecantikan yang memiliki makna lebih luas dan mendalam, bukan sekedar pesona jasmani. Kecantikan itu adalah ketaqwaan, kebersihan hati dan jiwa, tingkah laku (sifat positif) dan keluasan cakrawala berfikir. Adapun wanita yang memiliki kecantikan hakiki adalah wanita yang disebut wanita shalihah, wanita yang mampu menghadirkan pesona dan kebahagiaan hati yang menjadi perhiasan dunia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah”. (HR. Ibnu Majah)
Dengan demikian jelas bahwa Islamlah penganjur inner beauty. Islam menganjurkan kepada para wanita agar memiliki “inner beauty” dengan cara menuntut ilmu dan berusaha memperluas wawasannya, membersihkan jiwa dan hatinya serta berhias dengan keluhuran tingkah laku.
Bottom Note
Background yang SettiaBlog gunakan di Bottom Note ini apa? Ada yang ngerti ndak? Ini bandana yang biasa SettiaBlog gunakan saat aktivitas outdoor. SettiaBlog gunakan untuk melapisi caping. Caping kan terbuat dari anyaman bambu, makanya SettiaBlog lapisi dengan bandana biar ndak sakit di jidat. Di samping itu SettiaBlog gunakan untuk menahan keringat agar tidak menetes ke muka atau mata. Beberapa hari ini SettiaBlog gunakan yang warna navy, produknya Mahameru, motifnya Surya Majapahit yang sudah di modif, sebenarnya ada maksudnya.
Bandana ini juga SettiaBlog gunakan sebagai pengganti iket atau udeng. Dalam tradisi Jawa udeng di gunakan sebagai simbol dari ngiket manah atau pemusatan pikiran. Beberapa waktu lalu SettiaBlog di ingatkan eyang - eyang SettiaBlog untuk terus menjaga hati dan pikiran.
SettiaBlog sekedar mengingatkan pada diri SettiaBlog dan keluarga, teman - teman SettiaBlog agar selalu menjaga hati dan pikiran. Khususnya Mas Andi dan keluarga yang kemaren berulang tahun, semoga Allah SWT selalu melimpahkan keberkahan di sisa umur yang diberikanNya.
No comments:
Post a Comment