Ya ini SettiaBlog habis makan, Simbok tadi masak lodeh sayur tewel (nangka muda) dengan ikan Dorang. Terus sama Simbok di belikan lontong di warung sebelah. Mantap puoll rasanya, di tempat Selena dan Taylor Swift jelas ndak ada masakan ini ...he...he... Semua pasti tahu kan ya buah nangka?
"Pohon dan buah nangka bila dirawat dengan baik, maka rasa dan aromanya bisa dinikmati. Tetapi jika dibiarkan, tidak dijaga dan dirawat, maka yang didapat hanya aroma dan tidak akan ada rasa dan selera untuk menikmatinya karena busuk di dalam. Sama halnya dengan kehidupan. Apabila setiap pribadi keberadaannya tidak dijaga dan dirawat dengan akhlaq dan iman, maka yang didapat hanyalah pesona tampilan permukaan, tapi busuk di dalam karena penuh dengan pertikaian dan kedustaan"
Apa maksudnya Settia? Mana SettiaBlog tahu, SettiaBlog kan hanya njelasin buah Nangka. O...o..dasar SettiaBlog ndak jelas dan kacau. Biarin SettiaBlog kacau, lha wong gendhuk SettiaBlog juga kacau.
Di lanjut ya ceritanya. Habis makan SettiaBlog chillin (nyantai), sambil searching lagu di YouTube dan mata SettiaBlog tertuju pada klip "Insya Allah" milik Maher Zein yang di cover Umimma Khusna. Ya, Insya Allah dapat menjadi bukti kuatnya akidah seseorang yang mengaitkan segala yang akan terjadi pada masa yang akan datang berkat kehendak Allah SWT. Insya Allah merupakan bentuk pasrah dan tawakal seorang hamba atas terlaksananya sesuatu yang telah ditekadkan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 159:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ ١٥٩ "Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal."
Namun kata Insya Allah tidak boleh diucapkan dengan maksud menggantungkan kegiatan itu semata-mata pada Allah SWT tanpa melakukan usaha apapun. Karenanya kita di sarankan sering - sering mengucapkan la hawla wa la quwwata illa billah (tidak ada kekuasaan, kemampuan untuk mewujudkan sesuatu atau menghindar dari sesuatu, kecuali dengan Allah).
Segala sesuatu berasal dari Allah SWT, Dialah wajibul wujud, sebab segala wujud. Setelah semua mahkluk diciptakan beserta tujuan penciptaannya, dibekali juga bahwa semua yang ada akan kembali pada proses ruju' atau kembali kepada asalnya, Allah SWT. Dalam Al Qur’an disebutkan,
اَفَحَسِبْتُمْ اَنَّمَا خَلَقْنٰكُمْ عَبَثًا وَّاَنَّكُمْ اِلَيْنَا لَا تُرْجَعُوْنَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan kamu tidak dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mukmin: 115).
Proses ‘kembali’ yang disebutkan dalam berbagai ayat diterjemahkan dengan istilah kematian. Semua yang diciptakan Allah tidaklah sia sia, mengandung maksud dan tujuan, bahkan kematian. Kematian manusia hanyalah sebuah bentuk proses peralihan alam, di mana manusia masih akan tetap ada namun pada tingkatan alam yang berbeda. Allah SWT berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَتُرْجَعُوْنَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada kami kamu dikembalikan” ( QS. Al Ankabut: 57).
Dalam dunia Tasawwuf, istilah kembali kepada Allah SWT tidaklah harus menunggu kematian secara fisik, namun setiap orang wajib berupaya dengan kesungguhan hati belajar mengembalkan segalanya kepada Allah SWT, jauh sebelum datang kematian sesungguhnya.
Beruntunglah orang yang mau dan mampu melaksanakan pengembalian dirinya kepada Allah SWT sebelum benar benar merasakan sakaratul maut. Baginda Rasululullah Muhammad Saw bersabda,
”Matilah kalian sebelum kalian dimatikan (benar-benar mati)”.
Hadits di atas tidak bermakna kita harus melakukan bunuh diri atau perbuatan yang mengantarkan kepada kematian, akan tetapi bermakna untuk belajar mengekang hawa nafsu dan segala hal yang tercela dalam diri, sehingga jiwa tidak di korori hawa nafsu. Mayat yang terbujur kaku dan tidak bisa berbuat apa pun, adalah gambaran hawa nafsu yang dapat dikendalikan.
Allah SWT berfirman,
(yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (Al Baqarah: 46).
Hari-hari kita akan menjadi bermakna dengan selalu berinteraksi dengan Al Qur’an, karena memang Al Qur’an adalah batu ujian iman dan ilmu bagi manusia. Siapa yang selalu dekat dengan Al Qur’an, membaca dan memahaminya, mengamalkan isinya bahkan mendakwahkannya adalah ahli Qur’an, mereka adalah keluarga Allah SWT (para wali Allah dan golongan yang mendapat tempat istimewa di hadapan Allah SWT).
Sabar dan sholat adalah jalan menggapai pertolongan Allah SWT, akan tetapi semua itu berat kecuali bagi mereka yang khusyu’. Pertanyaannya adalah apa yang dimaksud dengan khusyu’? Dalam surat Al Baqarah ayat 46 bahwa yang dimaksud dengan orang khusyu’ adalah mereka yang meyakini akan perjumpaan dengan Allah SWT dan yakin akan kembali kepada Allah SWT. Kata khusyu’dalam ayat ini lebih pada sifat, karakter yang menempel pada seseorang. Sifat penuh keyakinan bahwa dirinya akan berjumpa dengan Allah SWT, sehingga keyakinan inilah yang mengantarkan dirinya menjadi bahagia dan ringan dalam bersabar dan sholat. Mengapa mereka mampu bersabar akan segala ujian, karena mereka yakin bahwa semua ujian begitu ringan ketika dibandingkan dengan perjumpaan dengan Allah SWT. Sholat menjadi ringan ketika mereka yakin bahwa mereka akan berjumpa dengan Allah dan kembali kepada Nya.
Dengan khusyu’ manusia hanya akan fokus pada Allah SWT, baik dalam kondisi susah maupun senang, dalam kesendirian atau keramaian. Keyakinan inilah yang menjadikan para nabi dan rasul, para sahabat dan tabiin benar benar menikmati indahnya beribadah kepada Allah SWT. Khusyu' hakikatnya fokus kepada Allah, ketika kita menjalankan sebuah kebenaran, mengajarkan kebenaran maka fokuslah akan perjumpaan kepada Allah, bukan fokus pada apa yang di dapat di dunia. Dengan fokus kepada Allah SWT, semua akan menjadi baik, menjadi terencana dan terukur dalam menapaki jalan perjumpaan dengan Allah SWT. Banyak orang melakukan fokus hanya pada aspek duniawi, sedangkan dunia akan musnah, akan tetapi fokus dunia ini benar-benar mereka rencanakan dengan baik, degan manajemen yang baik, sehingga menghasilkan output yang baik di dunia.
Tapi kita lupa merencanakan akhirat kita, dengan cara apa kita akan menemui Allah SWT, dan dalam keadaan apa kita akan kembali kepada Allah SWT? Ini butuh fokus, rencanakan dan aturlah bagaimana kita akan berjumpa dengan Allah SWT. Karena orang cerdas adalah mereka yang selalu melakukan perencanaan, evaluasi, dan amal untuk akhiratnya. Jika kita seorang dosen, apakah profesi kita mampu mempertemukan kita dengan Allah? Kalau mampu, dengan cara bagaimana, dan seperti apa? Kalau kita seorang pengusaha, maka bagaimana cara dengan usaha kita, kita rencanakan untuk berjumpa dengan Allah SWT. Jika kita seorang pejabat, maka bagaiamana kita merencanakan jabatan kita untuk berjumpa dengan Allah SWT. Itu yang dimaksud dengan fokus, khusyu’ dalam amal, sehingga dengan khusyu' semua menjadi nikmat dan dirindukan, karena memang dia sedang menapaki jalan bertemu dengan Allah SWT.
Insan profetis adalah mereka yang yakin akan bertemu dengan Allah SWT, dengan segala profesinya, dengan ibadahnya, dan semua itu untuk bekal kembali kepada Allah SWT. Dengan pola ini akan sangat kecil terjadi penyimpangan dalam hidup, Karena Allah akan menemui hamba Nya yang fokus menuju diri Nya, walau dengan bersusah payah.
"Pohon dan buah nangka bila dirawat dengan baik, maka rasa dan aromanya bisa dinikmati. Tetapi jika dibiarkan, tidak dijaga dan dirawat, maka yang didapat hanya aroma dan tidak akan ada rasa dan selera untuk menikmatinya karena busuk di dalam. Sama halnya dengan kehidupan. Apabila setiap pribadi keberadaannya tidak dijaga dan dirawat dengan akhlaq dan iman, maka yang didapat hanyalah pesona tampilan permukaan, tapi busuk di dalam karena penuh dengan pertikaian dan kedustaan"
Apa maksudnya Settia? Mana SettiaBlog tahu, SettiaBlog kan hanya njelasin buah Nangka. O...o..dasar SettiaBlog ndak jelas dan kacau. Biarin SettiaBlog kacau, lha wong gendhuk SettiaBlog juga kacau.
Di lanjut ya ceritanya. Habis makan SettiaBlog chillin (nyantai), sambil searching lagu di YouTube dan mata SettiaBlog tertuju pada klip "Insya Allah" milik Maher Zein yang di cover Umimma Khusna. Ya, Insya Allah dapat menjadi bukti kuatnya akidah seseorang yang mengaitkan segala yang akan terjadi pada masa yang akan datang berkat kehendak Allah SWT. Insya Allah merupakan bentuk pasrah dan tawakal seorang hamba atas terlaksananya sesuatu yang telah ditekadkan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 159:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ ١٥٩ "Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal."
Namun kata Insya Allah tidak boleh diucapkan dengan maksud menggantungkan kegiatan itu semata-mata pada Allah SWT tanpa melakukan usaha apapun. Karenanya kita di sarankan sering - sering mengucapkan la hawla wa la quwwata illa billah (tidak ada kekuasaan, kemampuan untuk mewujudkan sesuatu atau menghindar dari sesuatu, kecuali dengan Allah).
Segala sesuatu berasal dari Allah SWT, Dialah wajibul wujud, sebab segala wujud. Setelah semua mahkluk diciptakan beserta tujuan penciptaannya, dibekali juga bahwa semua yang ada akan kembali pada proses ruju' atau kembali kepada asalnya, Allah SWT. Dalam Al Qur’an disebutkan,
اَفَحَسِبْتُمْ اَنَّمَا خَلَقْنٰكُمْ عَبَثًا وَّاَنَّكُمْ اِلَيْنَا لَا تُرْجَعُوْنَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan kamu tidak dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mukmin: 115).
Proses ‘kembali’ yang disebutkan dalam berbagai ayat diterjemahkan dengan istilah kematian. Semua yang diciptakan Allah tidaklah sia sia, mengandung maksud dan tujuan, bahkan kematian. Kematian manusia hanyalah sebuah bentuk proses peralihan alam, di mana manusia masih akan tetap ada namun pada tingkatan alam yang berbeda. Allah SWT berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَتُرْجَعُوْنَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada kami kamu dikembalikan” ( QS. Al Ankabut: 57).
Dalam dunia Tasawwuf, istilah kembali kepada Allah SWT tidaklah harus menunggu kematian secara fisik, namun setiap orang wajib berupaya dengan kesungguhan hati belajar mengembalkan segalanya kepada Allah SWT, jauh sebelum datang kematian sesungguhnya.
Beruntunglah orang yang mau dan mampu melaksanakan pengembalian dirinya kepada Allah SWT sebelum benar benar merasakan sakaratul maut. Baginda Rasululullah Muhammad Saw bersabda,
”Matilah kalian sebelum kalian dimatikan (benar-benar mati)”.
Hadits di atas tidak bermakna kita harus melakukan bunuh diri atau perbuatan yang mengantarkan kepada kematian, akan tetapi bermakna untuk belajar mengekang hawa nafsu dan segala hal yang tercela dalam diri, sehingga jiwa tidak di korori hawa nafsu. Mayat yang terbujur kaku dan tidak bisa berbuat apa pun, adalah gambaran hawa nafsu yang dapat dikendalikan.
Allah SWT berfirman,
(yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (Al Baqarah: 46).
Hari-hari kita akan menjadi bermakna dengan selalu berinteraksi dengan Al Qur’an, karena memang Al Qur’an adalah batu ujian iman dan ilmu bagi manusia. Siapa yang selalu dekat dengan Al Qur’an, membaca dan memahaminya, mengamalkan isinya bahkan mendakwahkannya adalah ahli Qur’an, mereka adalah keluarga Allah SWT (para wali Allah dan golongan yang mendapat tempat istimewa di hadapan Allah SWT).
Sabar dan sholat adalah jalan menggapai pertolongan Allah SWT, akan tetapi semua itu berat kecuali bagi mereka yang khusyu’. Pertanyaannya adalah apa yang dimaksud dengan khusyu’? Dalam surat Al Baqarah ayat 46 bahwa yang dimaksud dengan orang khusyu’ adalah mereka yang meyakini akan perjumpaan dengan Allah SWT dan yakin akan kembali kepada Allah SWT. Kata khusyu’dalam ayat ini lebih pada sifat, karakter yang menempel pada seseorang. Sifat penuh keyakinan bahwa dirinya akan berjumpa dengan Allah SWT, sehingga keyakinan inilah yang mengantarkan dirinya menjadi bahagia dan ringan dalam bersabar dan sholat. Mengapa mereka mampu bersabar akan segala ujian, karena mereka yakin bahwa semua ujian begitu ringan ketika dibandingkan dengan perjumpaan dengan Allah SWT. Sholat menjadi ringan ketika mereka yakin bahwa mereka akan berjumpa dengan Allah dan kembali kepada Nya.
Dengan khusyu’ manusia hanya akan fokus pada Allah SWT, baik dalam kondisi susah maupun senang, dalam kesendirian atau keramaian. Keyakinan inilah yang menjadikan para nabi dan rasul, para sahabat dan tabiin benar benar menikmati indahnya beribadah kepada Allah SWT. Khusyu' hakikatnya fokus kepada Allah, ketika kita menjalankan sebuah kebenaran, mengajarkan kebenaran maka fokuslah akan perjumpaan kepada Allah, bukan fokus pada apa yang di dapat di dunia. Dengan fokus kepada Allah SWT, semua akan menjadi baik, menjadi terencana dan terukur dalam menapaki jalan perjumpaan dengan Allah SWT. Banyak orang melakukan fokus hanya pada aspek duniawi, sedangkan dunia akan musnah, akan tetapi fokus dunia ini benar-benar mereka rencanakan dengan baik, degan manajemen yang baik, sehingga menghasilkan output yang baik di dunia.
Tapi kita lupa merencanakan akhirat kita, dengan cara apa kita akan menemui Allah SWT, dan dalam keadaan apa kita akan kembali kepada Allah SWT? Ini butuh fokus, rencanakan dan aturlah bagaimana kita akan berjumpa dengan Allah SWT. Karena orang cerdas adalah mereka yang selalu melakukan perencanaan, evaluasi, dan amal untuk akhiratnya. Jika kita seorang dosen, apakah profesi kita mampu mempertemukan kita dengan Allah? Kalau mampu, dengan cara bagaimana, dan seperti apa? Kalau kita seorang pengusaha, maka bagaimana cara dengan usaha kita, kita rencanakan untuk berjumpa dengan Allah SWT. Jika kita seorang pejabat, maka bagaiamana kita merencanakan jabatan kita untuk berjumpa dengan Allah SWT. Itu yang dimaksud dengan fokus, khusyu’ dalam amal, sehingga dengan khusyu' semua menjadi nikmat dan dirindukan, karena memang dia sedang menapaki jalan bertemu dengan Allah SWT.
Insan profetis adalah mereka yang yakin akan bertemu dengan Allah SWT, dengan segala profesinya, dengan ibadahnya, dan semua itu untuk bekal kembali kepada Allah SWT. Dengan pola ini akan sangat kecil terjadi penyimpangan dalam hidup, Karena Allah akan menemui hamba Nya yang fokus menuju diri Nya, walau dengan bersusah payah.
Bottom Note
Jadi yakinlah bahwa penolong itu satu ialah Allah SWT, barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya selalu ada jalan dari setiap masalah yang dihadapinya. Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan segala keperluannya seperti keperluan lahir, keperluan batin, keperluan intlektual, dan lain-lain. Allah maha mengetahui apa yang kita butuhkan dan akan memenuhi kebutuhan layaknya Allah menciptkan paru-paru dalam tubuh kita yang membutuhkan udara, Allah menciptakan udara untuk dihirup oleh kita secara gratis. Beberapa cara mendekat kepada Allah dengan lima amalan utama:
• Sabar dan Perbaiki Sholat
Selalu berusaha sholat tepat waktu, berjamaah dimasjid, dan usahakan melakukan ibadah sholat sunnah lainnya seperti tahajud, makin banyak sujud makin dekat dengan pertolongan Allah. Jika kita ingin memperbaiki suatu urusan maka hal utama yang harus diperbaiki ialah sholat.
• Memperbanyak Baca Al Qur’an
Membaca satu huruf dalam Al Qur’an seperti melakkan satu kebaikan yang dikali 10 pahala kebaikannya, kalau kita sering membaca Al Qur’an maka kemungkinan akan banyak keajaiban dalam hidup kita.
• Perbanyak Sholawat
Semakin sering mengucapkan sholawat maka akan semakin sering mengingat Rasulullah SAW, sebab akan ingat kepada perjuangan Rasulullah SAW, pengorbanan beliau, ingat kepada kemulian akhlaq beliau, ingat kecintaan beliau kepada kita umatnya. Semakin sering bersholawat maka akan semakin sering kebaikan yang tercurahkan kepada kita.
• Perbanyak Istighfar
Barangsiapa terus menerus melazimkan istighfar, memohon ampun kepada Allah SWT baginya dilapangkan dari kesempitan, Allah SWT akan memberi jalan keluar dari setiap persoalannya dan Allah SWT datangkan rezeki yg tak terduga-duga. Rasulullah SAW adalah manusia tanpa dosa setiap harinya beristighfar sampai 100 kali, lantas bagaimana dengan kita yg bergelimang dosa. Setiap dosa adalah kegelapan, setiap dosa adalah kegelisahan, setiap dosa adalah penjara yang membuat takut diketahui orang lain, semakin banyak dosa maka semakin gelap kehidupan kita.
• Perbanyaklah Sedekah
Semua kebaikan adalah sedekah, dengan sedekah maka kebaikan akan kembali kepada kita, kita harus bisa melakukan sedekah sekecil apapun itu, seperti ilmu, tenaga, ataupun dengan harta sebab di dalamnya mengandung kebaikan yang berlimpah.
Allah melihat setiap perbuatan kita dan Allah maha teliti. kepintaran seseorang tidak akan berfungsi tanpa seizin Allah dan kekuasaan akan hilang jika Allah tidak ridho.
No comments:
Post a Comment