Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang optimal. Anak yang sehat, ceria, dan cerdas menjadi harapan orangtua. Pengasuhan anak adalah suatu kegiatan alami yang telah dijalani manusia sejak awal adanya kehidupan. Di masa sekarang ini, ibu-bapak tentunya berusaha anaknya memiliki keterampilan yang membuatnya mandiri di kehidupan sehari-hari. Ingatlah bahwa setiap anak adalah unik dan hasil dari perangsangan dapat berbeda antar anak. Hindari memaksa anak melakukan kegiatan yang barangkali belum dikuasainya.
Kali ini SettiaBlog akan memberi sedikit tips rangsangan Sosial - Emosi pada anak usia 0 - 2 tahun.
Perangsangan Sosial-Emosi Usia 0-3 Bulan
Selama beberapa bulan awal ini, ibu - bapak dan anak membutuhkan waktu untuk mengenal satu sama lain. Secara bertahap ibu dan bapak akan belajar tentang arti tangisannya, ekspresi wajah, dan bahasa tubuhnya. Anak pun akan belajar arti dari ibu dan bapaknya mulai dari nada suara, cara menyentuh, dan sikap. Kunci dari perkembangan sosial-emosi di masa awal ini adalah menciptakan ikatan penuh kasih sayang antara ibu – bapak dan anak.
Kegiatan yang dapat dilakukan
• Kontak mata dengan anak : sangat penting! Anak sangat senang jika ibu –bapak melihatnya dengan tatapan yang dalam. Perhatian yang tercipta akan membantu mengembangkan rasa percaya dirinya. Ia pun akan terbiasa untuk menatap mata orang lain ketika ia sedang berhubungan sosial.
• Tunjukkan bahwa ibu – bapak tertarik kepadanya. Anak perlu merasa bahwa ia berarti bagi ibu - bapak. Cara paling tepat untuk menunjukkan adalah dengan memberinya perhatian, mengajaknya berbicara, tersenyum, dan memeluknya sesering mungkin.
• Usahakan pola minum air susu ibu (ASI) dan tidur yang rutin. Kebutuhan anak untuk minum ASI dan tidur akan berubah pada periode ini. Awalnya pasti ibu dan bapak merasa kesulitan untuk mengatur jadwal minum ASI dan tidur anak. Namun, dengan ketekunan, anak pun akan merasa nyaman bila pola kegiatannya sudah teratur.
Perangsangan Sosial-Emosi Usia 4-6 Bulan
Keterampilan sosial anak akan berkembang sejalan dengan kebutuhannya untuk bertemu orang lain dengan lebih sering. Pada usia ini, anak akan lebih menyadari keberadaan orang lain di sekitarnya. Anak juga akan menggunakan komunikasi non verbal untuk berhubungan mendapatkan perhatian. Perlu diingat, meskipun anak tampak bersemnagat bila bertemu orang lain, ia masih mengembangkan rasa nyaman terhadap keberadaan orang lain. Bukan tidak mungkin anak menangis bila melihat orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, ibu dan bapak dapat memberikan respon yang sesuai. Jika anak tersenyum atau mengeluarkan suara-suara untuk menarik perhatian ibu dan bapak, maka berikanlah respon dan bermainlah bersama anak. Jika ia menyodorkan mainannya, terimalah dan sodorkan kembali kepadanya. Demikian seterusnya. Kegiatan ini akan mengembangkan keterampilan sosialnya dalam berinteraksi dengan orang lain. Akan ada saatnya dimana anak menikmati bermain sendiri, tetapi ia pun akan senang bila ibu dan bapak menemani dan memberinya perhatian. Bukan berarti ibu dan bapak harus sepanjang waktu bersama anak. Bagian penting dari perkembangan sosial dan emosi adalah aspek kemandirian. Sejak usia dini, anak juga harus mengembangkan rasa aman dan dapat menikmati kesendiriannya dengan bermain.
Kegiatan yang dapat dilakukan
• Bermain bersama teman sebaya.
Tentu saja anak belum akan bermain bersama-sama dengan temannya. Ia mungkin akan duduk tenang dan memperhatikan teman yang menarik perhatiannya. Biarkan saja, anak akan mempelajari perilaku dari teman-temannya.
• Ajak anak berbicara dengan orang lain.
Anak perlu belajar bahwa bicara dan bahasa adalah penting dalam interaksi sosial. Dengan memperhatikan ibu dan bapak berbincang-bincang dengan orang lain, anak akan mengamati dan menirunya.
• Tertawalah.
Anak harus dapat tertawa bila ada kejadian lucu. Kemampuan humor akan sangat membantunya di kemudian hari. Jadi, ibu dan bapak harus tertawa bila mendengar ia tertawa dan cobalah untuk menggodanya bila ia menampakkan wajah serius.
• Hibur anak bila ia merasa gusar.
Jika anak rewel karena sesuatu, tetaplah berbicara dan bermain dengannya. Jika ibu dan bapak meninggalkannya dalam kondisi rewel, maka anak mungkin akan rewel lebih lama lagi.
Perangsang Sosial-Emosi Usia 7-9 Bulan
Jika di periode usia sebelumnya anak terlihat diam saja bila ada orang lain di dekatnya, maka di periode usia ini, anak menunjukkan perubahan. Di usia ini anak akan menunjukkan sikap menarik perhatian orang lain. Meski ia belum mampu untuk berbicara secara jelas, anak akan mengoceh dengan keras bila ada orang yang mengajaknya berbicara. Ia pun mampu untuk menunjukkan pada ibu dan bapak serta orang lain bila merasa tidak nyaman.
Di usia ini pula anak akan menunjukkan reaksi bila diajak berbicara. Ibu dan bapak harus memberikan kesempatan pada anak untuk berbicara. Ketika ibu dan bapak mengatakan, “Mau minum lagi?” perhatikan jawaban anak melalui mimik wajah, gerakan tubuh, dan suara yang diucapkannya. Kesempatan yang ibu dan bapak berikan kepadanya, menyadarkan bahwa anak harus terlibat dalam percakapan.
Kegiatan yang dapat dilakukan :
• Kenalkan perasaan berhasil.
Ketika berhasil, anak merasa nyaman dan percaya akan kemampuannya sendiri. Contoh, ketika anak berusaha untuk memasukkan sendok ke dalam gelas, biarkan ia melakukan secara mandiri. Berikan senyuman dan pujian ketika ia berhasil melakukannya.
• Berinteraksi bersama teman sebaya.
Kegiatan bersama anak lain dan orangtuanya dapat membuat anak mengenal lingkungan sosialnya. Anak tidak harus mengikuti kegiatan yang tersusun atau pun bermain dalam waktu yang lama. Pengalaman itu akan menyemangati anak untuk berhubungan dalam lingkungan sosial.
• Berikan pujian. Kalimat pujian akan memberi semangat kepada anak untuk melatih kemampuannya. Berikan kalimat pujian yang jelas mengenai aktivitas yang dilakukannya, seperti “Adik hebat ya, sudah bisa minum pakai gelas”.
Perangsangan Sosial-Emosi Usia 10-12 Bulan
Di usia ini, karakter emosi anak akan lebih jelas teramati. Bahkan, ibu dan bapak mungkin sudah dapat menebak reaksi yang akan ditampilkan anak pada situasi tertentu. Ketika bertemu dengan orang baru, anak akan tersenyum malu kemudian bersembunyi di balik badan ibu dan bapaknya, misalnya. Meskipun demikian, anak menunjukkan rasa tertarik dan keinginan yang besar untuk berinteraksi dengan orang lain. Kebanyakan anak usia ini merasa sangat nyaman bila ia berada bersama orangtua atau pengasuhnya. Sebaliknya, bila bersama orang asing maka anak akan terlihat gusar atau tidak nyaman. Jangan heran bila anak terlihat sangat riang dan aktif melakukan kegiatan bersama ibu dan bapak. Sebaliknya, anak terlihat pasif dan sangat pendiam bila berada bersama orang yang baru dikenalnya. Jangan terlalu khawatir bila anak terlihat sangat manja dan selalu menempel pada ibu dan bapak. Anak justru membutuhkan dukungan orangtuanya agar dapat merasa nyaman dan mandiri bila bersama orang lain.
Untuk mengembangkan kemandirian emosinya, ajak anak untuk bermain bersama dengan anak lain di suatu tempat selama waktu tertentu. Misalnya, bermain bersama di lapangan ketika sore hari atau berjalan-jalan pagi di sekitar rumah sambil menyapa tetangga-tetangga. Bila di lingkungan tempat tinggal ada tempat seperti Taman Kanak-Kanak atau Taman Pendidikan Al-Quran, ajak anak untuk melihat keramaian itu. Biarkan ia disapa dan diajak bermain oleh teman-temannya. Sesekali, ibu dan bapak dapat meninggalkan anak dengan pengasuh atau orang lain yang dipercaya untuk beberapa waktu tertentu. Misal, ketika berbelanja ke pasar atau menjemur pakaian. Biarkan anak bermain dalam penjagaan orang lain. Kegiatan ini juga perlu dilakukan agar anak dapat mengembangkan kemandirian emosinya.
Kegiatan yang dapat dilakukan:
• Berikan kegiatan yang terjadwal.
Bila ibu dan bapak meninggalkan anak bersama orang lain untuk beberapa waktu, tetap berikan jadwal rutin anak sesuai waktunya. Misalnya, jam 10 anak terbiasa untuk makan buah atau camilan, dan setelah makan siang pukul 1 siang, anak tidur siang. Jangan ubah pola yang sudah ada agar anak tidak merasa bingung.
• Tunjukkan perilaku yang positif.
Hindari untuk selalu membetulkan perilaku yang salah. Anak akan lebih mudah belajar bila ia diberi tahu apa yang sebaiknya dilakukan. Sebagai contoh, beritahu anak untuk berkata, “pinjam” sebelum mengambil mainan milik temannya. Ini akan lebih baik daripada ibu dan bapak melarangnya merebut mainan teman dan memberitahunya bahwa perilaku tersebut tidak baik.
Perangsangan Sosial - Emosi Usia 13-18 Bulan
Melewati ulang tahun pertamanya, anak akan menguji kesabaran ibu dan bapaknya. Biasanya anak ingin melakukan semua kegiatannya sendiri dan tidak senang bila diatur. Ketika dilarang, anak akan menampilkan perilaku mengamuk. Di satu sisi, anak berusaha untuk menampilkan sikap asertif, yaitu sikap menyatakan keinginan dan kemauannya sendiri secara lugas. Namun, anak memiliki keterbatasan kemampuan. Anak belum mampu untuk melakukan pertimbangan, kapan bisa bersikap asertif atau harus menurut. Anak pun belum dapat mengarahkan keinginannya menjadi sikap yang positif. Oleh karena itu, anak akan menampilkan perilaku mengamuk agar keinginannya dituruti.
Ketika menghadapi perilaku anak seperti, sikap ibu dan bapak hendaknya tetap konsisten. Bila ibu dan bapak tidak memenuhi keinginan anak karena alasan yang kuat. Misal, tidak boleh makan es krim karena sedang pilek, maka ibu dan bapak harus tetap pada pendirian itu. Tidak ada pengecualian karena tangisan atau perilaku mengamuk anak. Jika anak mengamuk, yang harus dilakukan adalah membuatnya tenang. Tidak usah dibujuk berlebihan, cukup tunjukkan sikap tenang ibu dan bapak. Sesungguhnya yang paling sulit bagi adalah mengatasi pandangan orang lain atau komentar-komentar orang lain yang berada di sekitar ibu dan bapak.
Pesan yang harus diterima oleh anak adalah tidak ada gunanya mengamuk atau menangis berlebihan karena keinginannya tidak dituruti. Ada alasan yang kuat sehingga ibu dan bapak menolak keinginannya itu. Jika ibu dan bapak berada di keramaian, angkat anak dan peluk serta hindarkan dari keramaian sehingga perilakunya tidak menarik perhatian orang lain. Setelah anak tenang, ajaklah anak untuk berbicara mengenai alasan ibu dan bapak tidak menuruti kemauannya.
Dalam kemampuan sosialnya, anak seringkali merasa penasaran terhadap orang lain dan akan sangat memperhatikan hal-hal yang menarik perhatiannya. Untuk memenuhi rasa ingin tahu, ibu dan bapak dapat mengajak anak ke luar rumah dan memperhatikan orang-orang yang ada di sekitarnya. Anak pun makin tertarik dengan anak lain. Ia akan senang sekali bila bermain dengan anak sebayanya, meskipun tidak selalu berinteraksi bersama.
Cara paling baik untuk meningkatkan kemampuan sosial anak adalah dengan memberikannya kesempatan untuk berhubungan dengan anak lain. Meski, anak tidak selalu bermain dengan temannya. Akan ada waktu dimana ia tidak ikut bermain dan hanya mengamati teman-temannya. Jangan khawatir, anak sedang mengembangkan kemampuan pengamatan atas perilaku temannya. Salah satu cara untuk memberi kesempatan anak adalah dengan membawanya mengikuti kegiatan bersama anak-anak lain seperti di posyandu atau bermain di lapangan.
Kegiatan yang dapat dilakukan:
• Latihan perilaku sosial.
Anak memerlukan bantuan ibu dan bapak untuk mengarahkan perilaku sosialnya. Anak belum mampu menampilkan perilaku yang seharusnya. Ibu dan bapak dapat memintanya untuk bermain lempar bola dengan anak lain yang ditemuinya di lapangan. Lain waktu ketika anak bertemu anak lain dan ada bola sebagai alat permainannya, anak akan paham bahwa ia dapat bermain lempar tangkap atau saling menendang bola. Demikian pula ketika anak bertemu dengan orang lain, ibu dan bapak dapat memintanya untuk salaman dan menjawab ketika ditanya siapa namanya.
• Menghadapi ketakutan.
Terkadang anak menunjukkan reaksi takutnya terhadap sesuatu, misalnya dengan orang baru, mainan baru, atau apa pun yang membuatnya ketakutan. Ibu dan bapak tidak perlu melindungi dari hal-hal yang membuatnya takut. Sebaliknya, dapat menunjukkan sikap yang biasa saja terhadap benda- benda yang membuat anak takut. Dengan demikian anak akan belajar untuk mengatasi ketakutannya.
• Ajak anak makan bersama.
Meskipun jam makan malamnya berlangsung lebih cepat dari ibu dan bapak makan, anak tetap dapat ikut duduk ketika makan bersama. Berilah ia camilan untuk membuatnya sibuk dan ikut makan. Anak akan belajar bahwa berhubungan dengan orang lain juga dapat berlangsung di meja makan.
Perangsangan Sosial - Emosi Usia 19-24 Bulan
Pada usia ini, anak mulai mengembangkan kemampuan untuk membantah apa yang sudah ditetapkan. Ia ingin agar kemauannya dituruti dan disetujui. Di sisi lain, kepercayaan dirinya juga berkembang lebih pesat, meskipun ia masih sering menangis bila tidak berhasil melakukan kegiatannya. Ibu dan bapak akan menghadapi masa di mana anak melawan apa pun yang telah ditetapkan. Ia akan mengatakan “tidak” terlebih dahulu sebelum mendengar apa yang ibu dan bapak harapkan darinya. Ia akan menolak ketika disuruh mandi, makan, tidur, dan sebagainya. Kuncinya adalah tetap konsisten. Anak justru akan merasa tidak nyaman bila berada dalam suasana yang tidak teratur.
Sikap melawan yang ditunjukkan oleh anak memang sesuai dengan perkembangan kemampuan psikologisnya. Ibu dan bapak tidak sendirian. Sebagian besar orangtua mengalami hal yang sama ketika anaknya berumur sekitar 2 tahun. Kadang anak menunjukkan sikap yang sama sekali tidak bisa diterima oleh lingkungan untuk menguji sikap ibu dan bapak sebagai orangtua. Jika ibu dan bapak tetap konsisten, maka anak juga akan belajar untuk memahami sikap orang lain. Tumbuhkan keyakinan bahwa perilaku anak itu memang terjadi pada usianya. Bukan karena pola pengasuhan ibu dan bapaknya yang buruk, selama ibu dan bapaknya tetap berusaha memberikan perangsangan yang tepat pada anak.
Kegiatan yang dapat dilakukan:
• Berikan penjelasan terhadap sikapnya.
Dalam pola pengasuhan terhadap anak, biasakan untuk menjelaskan alasan, mengapa ibu dan bapak memintanya melakukan sesuatu atau melarangnya untuk melakukan sesuatu. Gunakan kalimat yang sederhana dan singkat dalam menjelaskan. Misalnya, “Ananda tidak boleh makan es krim karena sedang pilek. Nanti pileknya tidak sembuh- sembuh”. Biarkan anak memberikan pendapatnya bila ia ingin melakukannya. Tetapi, tetap ingat untuk bersikap konsisten terhadap apa yang sudah ditetapkan.
• Hibur anak bila ia merasa tidak nyaman.
Tentu saja, kadang penjelasan atau larangan yang diberikan kepada anak membuatnya merasa tidak nyaman. Untuk itu berikan hiburan pada anak dengan memeluknya dan mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain yang dapat membuatnya sibuk.
• Berikan tanggung jawab.
Meskipun usianya baru akan dua tahun, anak sudah bisa diberikan tanggung jawab, seperti membereskan mainannya ke dalam kotak atau meletakkan sandal/sepatunya di rak sepatu.
• Ajarkan untuk bergantian atau bergiliran.
Keterampilan sosial ini sangat penting dalam menjalin hubungan di lingkungan. Ibu dan bapak dapat melatih keterampilan ini bersama anak di rumah. Berikan pengalaman padanya untuk antri dan menunggu giliran.
No comments:
Post a Comment