Salah satu refleksi dari kecintaan seseorang kepada Nabi Muhammad SAW adalah membaca shalawat untuknya, di samping itu menyebarkan ajaran-ajaran yang di bawa Beliau.Oleh karena itu di antara karya-karya manusia yang baik ada yang sangat dipujikan Allah, yaitu berda'wah menghimbau manusia ke jalan Allah:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Apakah ada orang yang lebih baik daripada orang yang kerjanya berda'wah menghimbau orang ke jalan Allah, serta beramal shaleh dan berkata sesungguhnya aku ini seorang yang pasrah kepada Allah." (QS 41: 33)
Kalimat retoris ini tentu meyakinkan kita, bahwa memang tidak ada amal yang lebih baik dari da`wah. Tapi hendaklah kita waspada pula bisikan syetan, karena berda'wah itu pekerjaan yang terpuji, maka syetan mernpergunakan seluruh kemampuannya menggoda orang yang berda'wah agar bisa jatuh terjerembab ke lembah kehinaan. Syetanpun tahu betul, bahwa mereka yang sudah mampu naik mimbar-mimbar masjid berkhothbah atau bertabligh menghimbau manusia ke jalan Allah, meyakinkan manusia akan ketinggian risalah Muhammad SAW, sudah tidak mempan lagi jika diajak dan digoda membuat maksiat. Maka teknik syetanpun diperhalus, mereka tidak diajak korupsi atau berkunjung ke rumah mesum.
Syetan hanya berbisik merayu. Apa yang dirayukan syetan? Suatu pujian: "memang hebat engkau, wahai mubaligh yang shaleh, lihatlah semua orang terharu mendengarkan khuthbahmu. Semua tergantung kepada gerakan lidah dan bibirmu". Kalau kita mempercayai bisikan syetan ini, tumbuhlah sifat ujub (kagum akan diri) dalam hati kita. Padahal ujub ini bunganya, yang kalau tidak segera ditindas akan tumbuh menjadi buah yang bernama kibir (sombong).
Karena itulah sesudah Allah memuji kan amal orang yang berda'wah, Ia memperingatkan kita dengan ayat :
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Jika bisikan syetan sempat menggembirakanmu segeralah berlindung kepada Allah, yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui." (Qs 41 : 36)
Kalau saja sampai berjawab dan tergetar hati kita oleh bisikan itu, hancurlah segala amal baik kita itu. Kita sudah syirik pula. Maka dari itu kita dituntut untuk senantiasa berlindung kepada Allah dari bisikan syetan itu. Bagaimana tajamnya bisikan syetan itu, pernah pula 'Ali bin Abi Thalib terbujuk. Selesai beliau berpidato, beliau bertanya kepada salah seorang yang hadir bagaimana pendapatnya tentang pidato yang baru saja disampaikannya, apakah ada kurangnya. Yang ditanya adalah seorang yang arif. Dia menjawab, "Ada kekurangan", katanya. "Itulah pertanyaan Anda sendiri". Maka sadarlah Ali bahwa apa yang telah dilakukannya itu bersifat membesarkan diri, seakan-akan mengharap pujian orang. Kalau seorang Ali yang dijamin masuk surga bisa slip dan silap, apakah artinya kita ini? Demikian peliknya masalah ikhlas itu sehingga memang sangat membutuhkan latihan yang terus menerus. Dimulai sejak kecil, karena apabila sudah dewasa, maka akan banyak motif-motif yang bisa mencemari keikhlasan beramal itu.
No comments:
Post a Comment