Tidak apa-apa, kan? Untuk sementara kita sendirian dulu. Saling menunduk saat mata berpapasan, walau terkadang, ada senyum yang menukil diam-diam. Menyembunyikan rasa dalam-dalam. Mendesiskan rindu di gelap malam. Hingga suatu hari, sang jodoh datang menyampaikan salam.
Tidak apa-apa, kan? Untuk sementara kita sendirian dulu. Membersamai siang dengan shaum sunnah. Menemani malam dengan doa sembari menengadah. Menunggu sang kekasih lewat takbir, rukuk, dan sujud di atas hamparan sajadah. Sebab hati begitu percaya, bahwa, jikalau diri mencintai Allah, maka yang datang adalah ia yang juga mencintai ar-Rahmaan. Duhai, adakah cinta yang lebih indah dari dua jiwa yang saling menggenggam, berjalan bersisian menuju surga-Nya?
Tidak apa-apa, kan? Untuk sementara kita sendirian dulu. Memeluk sabar erat-erat. Mendekap tawakkal rapat-rapat. Menyibukan diri dalam ikhtiar menemukan ridha-Nya. Sebab Wahai, jodoh itu sudah tertulis di Lauh Mahuzh-Nya; tak perlu dirisaukan. Yang perlu dikhawatirkan adalah, bisakah kita meletakan batu kebaikan untuk membangun rumah tangga yang berkah?
Kepada jiwa yang masih sendiri. Tetaplah bersabar, ya. Mengapa? Karena pada akhirnya, hanya ketetapan Allah-lah yang paling manis. Sendiri karena Allah, indah. Berdua karena Allah, berkah.
Wahai Tuhanku, jangan biarkan aku sendiri. Segerai pertemukan kami, agar ada yang menemaniku tuk bersujud kepada-Mu. Agar ada yang menggamit lengan ini menuju surga-Mu. Dengan cinta yang sempurna. Aaamin.
No comments:
Post a Comment